The Daily Walks
  • Home
  • Lifestyle
  • Beauty
  • Travel
  • Hotel
  • Cafe&Culinary
Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya Kebutuhan Marketing

Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya Kebutuhan Marketing - Belakangan ini ramai beredar di sosial media tentang seorang influencer yang kerap membagikan konten-konten sarat akan pamer kekayaan. 

Berada di sebuah privat jet, di kelilingi gepokan uang, mengenakan outfit dengan harga selangit dan memamerkan sisi materi dalam hidupnya. 

Belum lagi dengan munculnya para crazy rich dengan segudang bisnis mereka. Para orang-orang yang dijuluki crazy rich umumnya akan memamerkan bisnis yang sedang digeluti dan memotivasi orang lain untuk bisa seperti mereka. 

Baca Juga : Wejangan Phutut EA untuk Calon Penulis

Media sosial yang jangkauannya tidak terbatas menjadi media yang sempurna dalam mendukung pamer harta tersebut. 

Terlebih saat pandemi, banyak orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi, hanya memiliki sisa-sisa uang untuk modal bertahan hidup. Banyak orang yang akhirnya ingin meniru jalan sukses para crazy rich yang cenderung instan. 

Jika dilihat lagi, akankah perilaku flexing ini merupakan kebutuhan marketing, atau bisa menjadi sebuah jalan yang patut dijajaki jika ingin meraih kesuksesan? 

Fenomena Flexing

  Apa Itu Flexing

Flexing adalah istilah yang disematkan kepada orang-orang yang suka menunjukkan sesuatu tentang dirinya. 

Pada dasarnya flexing tidak hanya menunjukkan kekayaan saja. Seorang pebisnis akan menunjukkan hal-hal seputar bisnisnya, seorang akademisi akan menunjukkan seputar kegiatan akademiknya. 

Manusia terkadang butuh diakui keberadaannya untuk berbagai tujuan. Entah untuk menunjang rasa percaya diri, ingin diakui atau ingin dilihat hebat. 

Seiring dengan perkembangan digital, perilaku flexing menjadi sering dijumpai. Tidak bisa dipungkiri, digital dapat mempengaruhi kebutuhan dan standar penilaian seseorang. 

Baca Juga : Malas, Sebuah Seni Mempercepat Sukses


Perilaku Flexing Secara Psikologis

Menurut Profesor Leon F. Seltzer, tidak adanya sensitivitas para orang kaya yang suka pamer di sosial media dikategorikan sebagai self absorption. 

Self absorption identik dengan sikap mementingkan diri sendiri dan cenderung mengabaikan perasaan orang lain.

Saat pandemi seperti ini, di mana kebanyakan orang mengalami kesulitan ekonomi, namun ada kalangan lain yang dengan tidak punya rasa prihatinnya memamerkan kekayaan. Terlepas di belakang layar ia menyisihkan hartanya untuk di sedekahkan.

Orang yang kerap memamerkan kekayaan akan terus terdorong untuk melakukannya terus menerus. Bahkan ada yang rela melarat hanya untuk terlihat kaya. 

Dalam kasus bisnis, flexing sangat mungkin digunakan untuk menarik perhatian dan minat orang lain terhadap produk jualan. 

Fenomena Flexing

Sebut saja fenomena trading yang juga sedang hangat. Para trader yang memiliki kepentingan penjualan, biasanya akan menjaring pelanggan melalui cara flexing. 

Di tengah kesulitan ekonomi seperti ini, siapa yang tidak ingin memiliki banyak uang dengan cepat, terlebih mereka melihat ada orang lain yang sukses mendapatkannya. 

Para trader yang memiliki kepentingan akan menceritakan hal-hal berbau keuntungan dan menyampingkan kerugian. Hal ini tentu menyebabkan banyak orang awam yang tertipu dan rugi hingga jatuh miskin. 

Baca juga : Review Buku #101 Laws of Successfull Start Up

Cara Agar Terhindar Dari Penipuan Flexing


  • Tidak ada kesuksesan yang terjadi tiba-tiba

Perlu dipahami, sukses memiliki pola dan tidak ada yang tiba-tiba. Mengikuti perkataan seorang filusuf Seneca, kesuksesan adalah ketika persiapan bertemu dengan kesempatan. 

  • Menggali informasi lebih dalam 

Cari tahu mendalam mengenai bisnis yang ingin digeluti. Cari tahu siapa saja yang terlibat di bisnis tersebut, keuntungan dan kerugian serta bagaimana perputaran uangnya. 

Jangan terlena dengan keuntungan  yang cepat, banyak dan tidak masuk akal. 
  • Kontrol diri
Mengontrol diri agar tidak mudah tergiur dan percaya dengan kehidupan orang lain. Boleh saja memiliki role model untuk menggapai sukses, tetapi perlu riset yang dalam untuk meniru jalan sukses seseorang. 
Self Healing untuk menyembuhkan luka batin
Self Healing Jadi Trand , Pahami Dulu Fenomena dan Arti Sebenarnya- Self Healing belakangan ini menjadi kata yang populer di kalangan anak muda. Sebagian orang merasakan kepenatan dalam hidup, kuliah, pekerjaan, dan berbagai macam alasan orang lain untuk melakukan aktivitas yang dinamai healing. 

Kalau kita lihat dari video atau gambar-gambar yang tersebar di media sosial, biasanya orang-orang pergi untuk berlibur, belanja, membaca buku, atau aktivitas lainnya yang mereka sebut dengan healing. 

Baru-baru saja, jika teman-teman sempat membaca curhatan seorang warganet melalui sebuah tulisan di media sosial yang menceritakan kepenatannya menjalani kuliah. 

Baca juga : 5 Metode Self Healing Untukmu yang Suka Membandingkan Diri

"Gue anak 21, ga nyangka kuliah seburuk itu untuk mental health, semester 1 kemaren gue udah dihujani sama banyak tugas yang benar-benar banyak. Akibatnya waktu gue buat healing dan self reward jadi kurang banget. Yang tadinya gue masih bisa nonton netflix dan chattan sama bestie, sekarang jadi susah banget," tulis seorang warganet di media sosial. 

Dari penggalan cerita ini, yuk kita lihat apa sih sebenarnya healing itu? Apakah sama healing dengan self reward? Apakah healing harus dirayakan dengan belanja dan sekadar jalan-jalan?

Apa itu Self healing

Secara harfiyah, healing adalah penyembuhan. Dalam ilmu psikologi, healing adalah proses pemulihan yang umumnya terjadi akibat adanya gangguan psikologis, trauma, luka batin, yang disebabkan oleh diri sendiri atau orang lain. 

Self healing merupakan upaya penyembuhan diri dari luka batin dan gangguan psikologis lainnya. Dilakukan jika seseorang sedang menyimpan luka batin yang mengganggu sisi emosinya. 

Proses self healing hanya melibatkan diri sendiri untuk bangkit dari keterpurukan yang dialami.

Baca juga: IDCH TALK Perayaan Hari Blogger; Jangan Jadi Blogger yang Segini Aja

Tujuan dari self healing sendiri adalah agar kita dapat memahami diri sendiri, memiliki pikiran dan sikap yang positif, menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan diri, dan dapat merespon kejadian dengan sehat. 

Meditasi

Self Healing = Self Reward?

Jika dilihat dari trand yang ada, banyak orang yang menyamakan aktivitas self healing dengan self reward. 

Self reward merupakan pemberian kepada diri sendiri untuk menghargai diri sendiri. Biasanya setelah melalui hal yang sulit, atau menyelesaikan pekerjaan dan target dalam diri, seseorang memberikan hadiah kepada dirinya. 

Hal ini dinilai sangat bagus sekali. Ya terkadang kita memang butuh untuk memberikan apresiasi kepada diri sendiri atas kerja samanya untuk mencapai target atau menjadikan hidup kita lebih baik lagi. 

Tapi, ada hal yang perlu diperhatikan saat memberikan reward kepada diri sendiri. Jangan sampai memberikan reward yang justru akan menyusahkan diri kita. 

Contoh, kamu berhasil menyelesaikan semestermu dengan baik, kamu menghadiahi dirimu dengan smartphone dengan tipe terbaru, padahal keuanganmu sedang tidak mencukupi untuk itu. 

Baca juga: How to Cure Yourself With A Love Letter

Lalu kamu menghalalkan banyak cara yang merugikan dirimu untuk membeli sebuah smartphone. Artinya, jika ingin menghadiahi diri sendiri, hadiahilah dengan sesuai kemampuan, dan hadiah tersebut dapat memberikan semangat baru untuk dirimu. 

Jadi, self reward dan self healing adalah dua hal yang berbeda ya guys. Secara makna dan aktivitas, keduanya sangat berbeda. 

7 Hal yang Bisa Kamu Lakukan untuk Self Healing

Hal apa saja yang bisa dilakukan untuk self healing? Apakah dengan liburan ke Bali, belanja- belanja di Mall, atau staycation di hotel? 

Self healing penting sekali dilakukan untuk membantu penyembuhan diri dari luka batin, mempererat koneksi dan hubungan yang baik dengan diri sendiri, melatih diri untuk lebih mindful dan meningkatkan rasa cinta kepada diri. 

Yuk simak kegiatan yang dapat kamu lakukan untuk self healing.

  • Meditasi
  • Menulis jurnal harian
  • Melakukan praktik mindfulness
  • Meluangkan waktu untuk me time
  •  Berdialog dengan diri sendiri
  • Menulis surat untuk diri sendiri
  • Pergi ke tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater 
Jadi, apakah jalan-jalan bisa dikatakan sebagai self healing? Bisa saja, asalkan dari perjalanan tersebut kamu bisa terkoneksi dengan dirimu. 

Kamu bisa melakukan dialog dengan dirimu sendiri, kamu dapat menerima kejadian yang tidak mengenakkan dalam hidupmu melalui perjalanan tersebut. 

Perjalanan tersebut memberikan dampak positif, produktif dalam hidupmu. 
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Seedbacklink

ASUS AI

ASUS AI

Komunitas

Komunitas

ABOUT ME


 

Hallo! Aku Annisa, seorang ibu dari satu bayi ceria, juga seorang Lifestyle Blogger. Aku suka menulis perjalanan yang kulalui, tempat yang kukunjungi, ulasan produk, dan seputar parenting.Blog ini terbuka lebar untuk kerjasama. Baca juga tulisanku di blog https://hallobiuty.blogspot.com/ dan https://hallobia.blogspot.com/ Kamu dapat menghubungiku melalui email halloannisakhairiyyah@gmail.com dan jangan lupa untuk follow media sosialku, yaa. Pasti aku follback kok, hihihih .

Kerja Sama - Media Kit

Media Kit

Categories

  • Beauty 21
  • Blog 21
  • Book 19
  • BPN Ramadan 2022 12
  • BPN Ramadhan 2024 3
  • Cafe & Culinary 15
  • Competition 16
  • Content Placement 2
  • Dekorasi Rumah 1
  • finance 12
  • Guest Post 1
  • Hotel 8
  • Jogja Diary 5
  • Lifestyle 33
  • Motherhood 12
  • Parenting 5
  • Personal 21
  • Review Film 1
  • Self Development 9
  • Sponsored Post 18
  • Teknologi 1
  • Travel 23
  • Women Empowerment 1
Diberdayakan oleh Blogger.

Komunitas

Komunitas

Intellifluence

Komunitas

 


Komunitas


 

Komunitas

BloggerHub Indonesia

Arsip Blog

  • ►  2025 (5)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2024 (101)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (25)
    • ►  Mei (7)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2023 (47)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2022 (43)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (7)
    • ▼  Februari (2)
      • Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya K...
      • Self Healing Jadi Trand , Pahami Dulu Fenomena dan...
  • ►  2021 (25)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Review Interlac Drop, Solusi Ampuh untuk Bayi Kolik
  • Review Film Agak Laen, Komedi Horor yang Raih 4 Juta Penonton
  • [REVIEW] Hilangkan Jerawat dan Cerahkan Wajah dengan Rangkaian Serum Scarlett Whitening
  • REVIEW barenbliss Like A Pro! Shockproof Durabrow Pomade dan barenbliss Roll To Volume Mascara
  • Menyantap Aneka Olahan Seafood di Kepiting Bang Ja'i Yogyakarta
  • Pengalaman Membawa Bayi 10 Bulan Naik Pesawat
  • Review Some By Mi AHA-BHA-PHA 30 Days Miracle Toner
  • Hempaskan Jerawat Punggung dengan Earth Love Life Body Wash & Body Lotion East Balinese Bamboo dan Oriental Mint
  • Tentrem Bumi Coffee & Eatery, Salah Satu Kedai Kopi Bernuansa Tropikal di Jogja
  • Menemukan Gimbo Coffee, Slow Bar dengan Latar Belakang Gunung Merapi di Maguwoharjo

Copyright@ 2023 Annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger

Copyright © 2023. annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger