Holaaaa!!!!
Selamat hari Sumpah Pemuda. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, di mana saya merayakan sumpah pemuda hanya dengan menjaga semangat untuk terus berkarya di usia muda dan bersenang-senang di usia tua.
Pada tahun ini saya merayakannya dengan sedikit berbeda. Di dasari rasa takut dengan kondisi bumi dari tahun ke tahun, membuat saya kian berpikir dan memaksa diri saya untuk mengubah gaya hidup demi menjaga bumi.
Salah satu ketakutan saya dengan keadaan bumi saat ini adalah bencana alamnya. Memang, bencana alam sudah ada dari dahulu kala, tetapi jika kita amati dari tahun ke tahun, bencana alam kian intens terjadi.
Bencana alam adalah salah satu dampak dari mitigasi perubahan iklim. Dikutip dari jurnal penelitian Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Indonesia merupakan negara yang rentan mengalami perubahan iklim.
Hal tersebut disebabkan letak geografis Indonesia yang berada di antara Benua Asia dan Australia dan di antara Samudera Pasifik dan Hindia. Indonesia dilalui dengan garis khatulistiwa dan terdiri dari begitu banyak pulau dan kepulauan.
Salah satu bencana alam yang kerap terjadi adalah bencana alam terkait peningkatan suhu bumi. Dikutip dari lingkunganhidup.co, suhu rata-rata bumi sudah meningkat 1,5 derajat Fahrenheit jika dibandingkan dengan abad-abad lalu.
Suhu ini ditaksir akan terus melonjak dan mengalami kenaikan lagi seratus tahun ke depan sebanyak 0,5 sampai 8,6 derajat Fahrenheit.
Sudah terbayang kan, bagaimana gawatnya kondisi bumi kita.
Manusia adalah penyebab terbesar perubahan iklim
Manusia adalah penyebab sekaligus spesies yang kepayahan menghadapi perubahan iklim. Aktivitas manusia menjadi penyebab dan pemicu dasar dari perubahan iklim.
Penebangan hutan liar, pembakaran hutan, kekeringan, banjir dan bencana lainnya sering sekali terjadi karena aktivitas kita.
Sektor-sektor penting yang berhubungan dengan kelanjutan hidup manusia juga turut terdampak oleh perubahan iklim.
Sektor pertanian sebagai sumber pangan manusia akan dihadapkan dengan masalah penurunan produksi, terutama beras.
Jika sektor pertanian mengalami penurunan produksi pangan, artinya ketahanan pangan akan terancam dan seperti yang sudah-sudah, menurunnya produksi bahan pangan akan menyebabkan lonjakan harga pangan di masyarakat.
Sektor infrastruktur juga mengalami masalah banjir yang disebabkan tingginya curah hujan. Hewan peliharaan bermatian, aktivitas masyarakat terganggu, sulitnya masyarakat untuk mendapatkan air bersih, meningkatnya demam berdarah akibat genangan air.
Dari beberapa dampak di atas, rasanya sudah cukup kita bersantai dan terus menyalahkan keadaan, alih- alih pemerintah dengan bencana yang ada.
Sudah saatnya #mudamudibumi bergerak dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan bumi. Kita tidak perlu menuntut orang lain untuk bergerak terlebih dahulu. Kita bisa memulai mitigasi perubahan iklim dari diri kita sendiri. Dari hal-hal yang kita sukai.
Jalani Hobi Sambil Jaga Bumi
Seperti yang sudah saya paparkan di atas, tidak perlu menuntut orang lain untuk bergerak lebih dulu, kita pun bisa bergerak pelan-pelan menjaga bumi dan berupaya memperbaharui gaya hidup di mulai dari menjalani hobi.
Saya senang sekali membaca buku, belanja buku, juga jalan-jalan ke toko buku. Untuk mengawali gaya hidup baru, tentulah saya memulai dari hal yang saya senangi. Bertujuan untuk memberikan pengertian pada diri saya tentang adanya kebiasaan baru yang lain dari biasanya.
Upaya mitigasi perubahan iklim dan #TimeforActionIndonesia saya awali dengan memperhatikan dan menjalankan 7 hal di bawah ini.
1. Membawa alat makan pribadi
Belum lama ini saya selalu membawa alat makan dan minum sendiri jika harus bepergian ke luar rumah. Kalau sedang jalan-jalan, jajan adalah keharusan bagi saya.
Saya banyak melihat masih banyak gerai makanan yang masih menggunakan plastik sebagai tempat minum, sendok, dan garpu.
Sampah plastik adalah salah satu penyebab pencemaran tanah, dikarenakan sampah plastik sulit terurai oleh mikroorganisme.
Plastik yang tidak terurai akan menjadi racun dan akan membahayakan makhluk hidup di sekelilingnya. Betapa banyak sampah plastik di sekitar kita, dan jika tanah semakin tercemar pasti akan berdampak buruk untuk bumi dan makhluk yang ada di dalamnya.
Saya juga mengapresiasi restoran dan rumah makan yang sudah tidak menyediakan plastik sebagai alat makan. Mungkin akan menjadi beban dalam pencucian alat makan pelanggan, tetapi itu lebih baik dari pada harus membebani bumi dengan sampah plastik.
2. Tidak membuang sampah sembarangan
Sedari kecil kita selalu diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Bahkan begitu banyak tulisan-tulisan peringatan untuk aksi ini terpampang di sekolah dan jalan raya.
Namun masih saja banyak orang yang dengan sembarangan dan perasaan tidak berdosa membuang sampah tidak pada tempatnya.
Beberapa kali saya ke pantai di kampung halaman saya, dan sayang sekali masih banyak sampah-sampah plastik bersebaran di bibir pantai.
Jika alam sudah memberikan keindahan untuk kita nikmati, apakah sepadan dengan balasan kita yang dengan seenaknya membuang sampah dan mencemari alam yang sudah memberi kita pemandangan yang indah?
Saya tidak habis pikir, apa susahnya menyimpan sebentar sampah makanan yang kita konsumsi di dalam tas, lalu membuangnya jika sudah bertemu dengan tong sampah.
Sedari dulu saya selalu menyimpan sampah bekas bungkus makanan atau minuman saya di tas, dan akan membuangnya ketika sudah di rumah atau ketika bertemu dengan tong sampah. Saya rasa tidak ada hal yang sulit untuk melakukan itu.
Di hari sumpah pemuda ini, saya bersumpah tidak akan membuang sampah sembarangan.
3. Mengurangi belanja online
Belanja online belakangan ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup kita. Pada mulanya semua tampak baik-baik saja, dan bahkan belanja online memberikan dampak baik bagi kehidupan kita.
Belanja menjadi mudah, kemacetan jalan berkurang dan otomatis polusi dan emisi pun berkurang.
Siapa yang menyangka bahwa belanja online pada akhirnya memberikan dampak buruk juga bagi lingkungan.
Bayangkan saja berapa banyak dari kita yang berbelanja online, sehingga setiap tahunnya pembelian barang-barang retail melalui online meningkat.
Akibatnya transportasi laut darat dan udara kian memadat. Kapal-kapal dan pesawat cargo yang bertugas mengirimkan barang-barang semakin ramai, truk-truk kontainer juga turut meramaikan jalan, banyaknya kurir yang memadati jalanan kota.
Ditambah lagi pengemasan barang-barang belanjaan online sudah pasti menggunakan plastik yang banyak.
Menyadari hal itu, saya mulai mengurangi berbelanja online. Saya lebih memilih berbelanja buku atau barang-barang kebutuhan lainnya langsung ke toko di kota saya.
4. Daur ulang
Di sekitar kita, banyak sekali barang-barang yang bisa di daur ulang dibandingkan harus membuangnya dan kemudian akan menjadi sampah yang sulit untuk diurai.
Kebetulan saya sangat suka melihat inspirasi barang-barang hasil daur ulang DIY (do it yourself). Menjadikan botol bekas sebagai vas bunga, menjadikan kardus sebagai penyimpanan barang, tentu kardus tersebut sudah dilapisi dengan kertas kado.
Selagi barang-barang tersebut masih bisa digunakan dengan fungsi yang berbeda, kenapa harus dibuang.
Dengan ini kita bisa mengurangi sampah dan melatih kreativitas, bukan? Banyak loh, perabot-perabot vintage dan aeshthetic berasal dari bahan daur ulang.
5. Stop memakai tisu
Tiga bulan terakhir ini saya sudah tidak membeli tisu lagi untuk keperluan di rumah. Gantinya, saya membeli banyak kain lap dan sapu tangan. Biasanya saya membeli banyak tisu untuk di rumah dan untuk dibawa ketika bepergian.
Memang pada awalnya berhenti menggunakan tisu akan terasa sedikit lebih repot, karena harus rutin mencuci kain lap dan sapu tangan. Rasanya memang lebih ringkas dengan menggunakan tisu yang tinggal dibuang ketika selesai dipakai.
Tapi....tapi.... tahu kan kita, bahwa sampah tisu bekas menyumbang sekitar 33,5 ton BPA yang dapat mencemari lingkungan. Sampah bekas tisu tersebut dapat mencemari tanah, tanaman dan sumber pangan lain. Seram kannnn.
Bayangkan saja yang memakai tisu di bumi ini bukan hanya kita seorang, tetapi rata-rata manusia menggunakannya. Terbayang dong, seberapa banyaknya sampah tisu bekas dan seberapa beratnya bumi menanggung BPA dan pencemaran.
Dengan berusaha tetap menjalankan lima hal di atas saya harap bisa membantu mitigasi perubahan iklim #UntukmuBumiku.
Di hari sumpah pemuda tahun ini, saya berjanji akan turut serta menjaga bumi dan menjadi bagian dari #MudaMudiBumi.
Semoga ke depannya saya bisa mengembangkan gaya hidup ini di bagian lain dari kehidupan saya, tidak hanya sebatas menjalankannya dari segi hobi semata, tetapi benar-benar menjadi gaya hidup.
Saya percaya, sekecil apa pun usaha untuk menjaga bumi, jika dilakukan dengan konsisten dan saling mengingatkan, pasti akan memberikan dampak.
Jadi, jangan tunggu orang lain untuk memulai. Mulailah dari diri sendiri, dari hal-hal yang disukai dan sudah saatnya #TimeforActionIndonesia.