Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya Kebutuhan Marketing

Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya Kebutuhan Marketing

Mengenal Flexing, Hobi Pamer Kekayaan atau Hanya Kebutuhan Marketing - Belakangan ini ramai beredar di sosial media tentang seorang influencer yang kerap membagikan konten-konten sarat akan pamer kekayaan. 

Berada di sebuah privat jet, di kelilingi gepokan uang, mengenakan outfit dengan harga selangit dan memamerkan sisi materi dalam hidupnya. 

Belum lagi dengan munculnya para crazy rich dengan segudang bisnis mereka. Para orang-orang yang dijuluki crazy rich umumnya akan memamerkan bisnis yang sedang digeluti dan memotivasi orang lain untuk bisa seperti mereka

Baca Juga : Wejangan Phutut EA untuk Calon Penulis

Media sosial yang jangkauannya tidak terbatas menjadi media yang sempurna dalam mendukung pamer harta tersebut. 

Terlebih saat pandemi, banyak orang-orang yang mengalami kesulitan ekonomi, hanya memiliki sisa-sisa uang untuk modal bertahan hidup. Banyak orang yang akhirnya ingin meniru jalan sukses para crazy rich yang cenderung instan. 

Jika dilihat lagi, akankah perilaku flexing ini merupakan kebutuhan marketing, atau bisa menjadi sebuah jalan yang patut dijajaki jika ingin meraih kesuksesan? 

Fenomena Flexing

  Apa Itu Flexing

Flexing adalah istilah yang disematkan kepada orang-orang yang suka menunjukkan sesuatu tentang dirinya. 

Pada dasarnya flexing tidak hanya menunjukkan kekayaan saja. Seorang pebisnis akan menunjukkan hal-hal seputar bisnisnya, seorang akademisi akan menunjukkan seputar kegiatan akademiknya. 

Manusia terkadang butuh diakui keberadaannya untuk berbagai tujuan. Entah untuk menunjang rasa percaya diri, ingin diakui atau ingin dilihat hebat. 

Seiring dengan perkembangan digital, perilaku flexing menjadi sering dijumpai. Tidak bisa dipungkiri, digital dapat mempengaruhi kebutuhan dan standar penilaian seseorang. 


Perilaku Flexing Secara Psikologis

Menurut Profesor Leon F. Seltzer, tidak adanya sensitivitas para orang kaya yang suka pamer di sosial media dikategorikan sebagai self absorption. 

Self absorption identik dengan sikap mementingkan diri sendiri dan cenderung mengabaikan perasaan orang lain.

Saat pandemi seperti ini, di mana kebanyakan orang mengalami kesulitan ekonomi, namun ada kalangan lain yang dengan tidak punya rasa prihatinnya memamerkan kekayaan. Terlepas di belakang layar ia menyisihkan hartanya untuk di sedekahkan.

Orang yang kerap memamerkan kekayaan akan terus terdorong untuk melakukannya terus menerus. Bahkan ada yang rela melarat hanya untuk terlihat kaya. 

Dalam kasus bisnis, flexing sangat mungkin digunakan untuk menarik perhatian dan minat orang lain terhadap produk jualan. 

Fenomena Flexing

Sebut saja fenomena trading yang juga sedang hangat. Para trader yang memiliki kepentingan penjualan, biasanya akan menjaring pelanggan melalui cara flexing

Di tengah kesulitan ekonomi seperti ini, siapa yang tidak ingin memiliki banyak uang dengan cepat, terlebih mereka melihat ada orang lain yang sukses mendapatkannya. 

Para trader yang memiliki kepentingan akan menceritakan hal-hal berbau keuntungan dan menyampingkan kerugian. Hal ini tentu menyebabkan banyak orang awam yang tertipu dan rugi hingga jatuh miskin. 

Cara Agar Terhindar Dari Penipuan Flexing


  • Tidak ada kesuksesan yang terjadi tiba-tiba

Perlu dipahami, sukses memiliki pola dan tidak ada yang tiba-tiba. Mengikuti perkataan seorang filusuf Seneca, kesuksesan adalah ketika persiapan bertemu dengan kesempatan. 

  • Menggali informasi lebih dalam 

Cari tahu mendalam mengenai bisnis yang ingin digeluti. Cari tahu siapa saja yang terlibat di bisnis tersebut, keuntungan dan kerugian serta bagaimana perputaran uangnya. 

Jangan terlena dengan keuntungan  yang cepat, banyak dan tidak masuk akal. 
  • Kontrol diri
Mengontrol diri agar tidak mudah tergiur dan percaya dengan kehidupan orang lain. Boleh saja memiliki role model untuk menggapai sukses, tetapi perlu riset yang dalam untuk meniru jalan sukses seseorang. 

0 Comments