The Daily Walks
  • Home
  • Lifestyle
  • Beauty
  • Travel
  • Hotel
  • Cafe&Culinary
Sebenarnya sudah lama sekali ingin membaca keseluruhan isi buku ini, selama ini cuma membaca beberapa halaman saja ketika berkunjung ke Gramedia. 

Nggak tahu juga kenapa rasanya belum ingin membelinya. 




Pada kesempatan berkunjung ke Rumah Berdikari, buku perempuan asal India ini turut terpajang di rak di antara buku-buku yang lain. 

Perlahan meraih buku ini dan mempersiapkan tempat duduk paling nyaman. karena hari itu adalah hari istirahatku, jadi aku ingin menikmati puisi Rupi Kaur dari buku pertamanya ini dengan khidmat. Iihirr, hahaha. 

Perjalanan menjadi manusia

Milk and Honey berisi prosa-prosa indah tentang perjalanan menjadi manusia. Mengapa? karena sepanjang menjadi manusia kurasa kita pernah melewati luka, cinta, kehancuran dan hari baru. Yaps, buku ini berisi empat bab tersebut. 

Siapa pun pernah mengalami luka. Entah disebabkan oleh apa, entah karena cinta, pengkhianatan, disia siakan, diragukan, bahkan dilecehkan. Luka- luka tersebut mengaga lebar dan harus disembuhkan. Proses penyembuhannya pun memakan waktu dan tenaga. Lihat saja ketika putus cinta, berapa lama kita bisa ikhlas melepasnya. 

Puisi- puisi Rupi Kaur sangat dalam dan menohok. Beberapa kali kumenepuk dada karena merasa sungguh tersentuh dan terperanjat. Puisi ini juga dilengkapi ilustrasi yang berani karya Rupi juga. Makanya buku ini diperuntukkan pada usia 17+. Selain lihai merajut kata, Rupi juga lihat melukis.


Luka

Terluka bagi siapa pun tetap tidak ada nyamannya. Luka tersebut terkadang berasal dari orang-orang terdekat kita, dari orang-orang yang kita sayang, dari mereka yang di pundaknya kita letakkan harapan, bahkan kehidupan. 

Rupi mengemas kejadian yang sering di alami perempuan dalam menerima luka menjadi puisi. Dari sini aku belajar begitu banyak di luar sana kejadian yang berpotensi membuat perempuan terluka. 

Bahkan dirinya sendiri juga bisa membuat luka, ya dengan menggantungkan harapan pada seseorang yang di sebutnya cinta. 

Dengan keegoisan untuk memiliki apa yang sebenarnya tidak sesuai dengan diri. memaksakan cinta harus di rayakan. Ya, jadi lebih waspada ya, Girls.



Cinta

Kemudian cinta. Bab kedua dari buku Milk and Honey adalah bab cinta. Bab ini di awali dengan puisi tentang perempuan.  Ibu. Tempat awal kehidupan bermula. Ibu adalah sumber terkuat dalam memberi cinta dan menjelaskan cinta kepada putrinya. 

Puisi pada bab ini menyuarakan cinta dengan ragam pergolakannya, yang diinginkan manusia dari cinta dan cinta itu sendiri. 

Sering kali kita merasa sakit dalam mencintai, padahal cinta tidaklah menyakitkan. Jika tersakiti, mungkin kita sedang menjalin cinta dengan orang yang salah. Terlalu banyak menuntut dan memanfaatkan lalu pergi meninggalkan. Pedih coyyyy. 

Cinta tak jarang juga membuat kita merasa hancur atau benar-benar hancur. Entah karena salah memilih pilihan, mencintai orang yang salah hingga bagaimana  memperlakukan seorang wanita atas nama cinta. 



Hancur

Kehancuran tersebut bukanlah hal yang mudah untuk diterima apalagi buru-buru bangkit darinya. Perlu menemukan diri sendiri untuk melakukan itu semua. Ya, pada akhirnya cinta bermuara di diri sendiri. Dengan mencintai dan menerima diri, kita bisa memberikan cinta ke luar diri. Kepada orang lain. 

Puisi pada buku yang sangat laris di dunia ini memberikan kesadaran, kekuatan, dan bisa memulihkan luka yang mungkin sedang dialami pembacanya. 

Setelah membaca buku ini aku jadi yakin untuk mempertahankan apa yang membuat diri ini berkembang dan melepaskan segala hal termasuk manusia yang membuat tersakiti dan menghambat.


 

Hari baru

Bab terakhir dari buku ini adalah hari baru. Setelah diajak mengingat dan merasakan kejadian di masa lalu, pembaca diajak untuk membuka lembaran hari baru. Pada bab ini aku merasakan kekuatan yang penuh ketika membacanya. 

Pasalnya Rupi menuliskan puisi yang mengisyaratkan harapan bagi siapa pun yang sudah berhasil merengkuh masa lalu dan membasuh lukanya. Pada akhirnya yang bisa menyembuhkan luka kita, adalah diri kita sendiri. 

Dengan mengakui, menyadari apa yang sudah kita lakukan di masa lalu dan mau memaafkan diri sendiri. Setiap orang pasti memiliki sisi tergelapnya dalam menjalani hidup, tak mengapa, kita manusia, sempurna karena ketidaksempurnaannya. 

Mungkin di antara kalian sudah ada yang membaca buku ini? Boleh dong berbagi di kolom komentar gimana pengalaman kalian. Menurutku, Rupi sangat jago ya menjadikan puisi dari fenomena sehari-hari, kejadian yang sangat dekat dengan kita. Puisi juga bisa menjadi healing dan rilis emosi, seperti buku ini. 


Tentang Jogja dan Perjalanan Menggapai Sarjana


Belakangan aku suka mengingat momen ketika kuliah dulu. Masih ingat pertama kali menginjakkan kaki di Jogja untuk kuliah. Berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia. Awalnya aku sempat tidak mau berbicara dan menjadi pendiam. Tau nggak kenapa?.... Karena ada yang sakit hati dengan cara bicaraku. 

Maklum saja, namanya juga baru keluar dari tanah Sumatera dan logat Medan yang masih kental. Kejadian tersebut membuatku pilih-pilih teman. Aku memang berteman dengan siapa saja, namun dengan teman yang kedekatan dan intensitas komunikasinya sering kulakukan tidak jauh-jauh dari orang Medan, Makassar, Kalimantan dan Timur Indonesia. 

Selain bahasa dan logat biara, makanan adalah salah satu culture shock yang amat terasa. Aku tidak pernah memakan soto yang kuah dan nasinya dicampurkan. Tetapi aku harus terbiasa akan hal tersebut. Awal-awal beradaptasi, aku selalu memakan nasi padang. 

Cuma nasi padang yang mengerti kegalauan lidahku saat itu. Perlahan tapi pasti, aku mulai belajar memakan makanan selain nasi padang. Meski memakan waktu yang tidak sebentar, akhirnya lidahku mulai bisa memakan makanan khas Jogja. Mungkin lidahku juga bosan setiap hari selalu mencecap kuah gulai dan ayam sambal. 

Tentang Jogja dan Perjalanan Menggapai Sarjana


Serba Serbi Anak Kos dan Ibu Kos yang Galak

Karena tidak memiliki saudara yang rumahnya bisa dijadikan tempat tinggal, jadilah aku menghuni satu kamar kos di daerah kampusku. Kos yang kuhuni merupakan kos yang terbilang paling bagus di jamannya. 

Awal mula kos di sana tidak ada masalah yang berarti. Penjaga kos yang baik hati dan tidak terlalu mencampuri urusan anak kosnya, terlebih urusan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kos. Namun keadaan yang serba enak tersebut tidak berlangsung lama. Sang penjaga kos harus pindah. 

Karena kos tidak ada yang menjaga, jadilah pemilik kos yang kutempati rajin berkunjung memantau kosnya. Ibu kosku itu sudah lumayan berumur namun sisa sisa jiwa guru dan mahasiswanya masih melekat dalam dirinya. 

Peraturan mulai banyak. Kami tidak lagi boleh membawa teman ke kos. Bahkan berkunjung pun tidak boleh. Kamarku yang tadinya diisi oleh banyak teman, mendadak sepi. Pernah juga aku dan teman-temanku menyembunyikan tamu kami di dalam tumpukan kasur karena ibu kos sedang datang memeriksa ruangan kamar. 

Hampir saja tamu tersebut pingsan, karena ternyata si ibu kos tidak hanya berkunjung dan memeriksa ruangan, ia juga bercerita panjang tentang dirinya, masa lalunya dan tidak lupa memberikan kami wejangan. Selama cerita tersebut disampaikan ibu kos, yang aku pikirkan adalah keadaan tamu kami di tumpukan kasur. Untung saja dia baik-baik saja. 

Kegalakan ibu kos semakin menjadi jadi dan akhirnya kami semua pindah dari kos tersebut. Agak sedih sih meninggalkan kamar pertama. Tempat pertama membangun mimpi dan menenangkan diri. 

Tentang Jogja dan Perjalanan Menggapai Sarjana



Kegiatan Relawan yang Melembutkan Hati

Kegiatan belajarku diselingi dengan kegiatan relawan. Aku lupa kenapa tergerak untuk mencari kumpulan relawan yang ada di Jogja. Yang jelas, setiap tahun ajaran baru, aku selalu memasuki satu klub relawan. 

Pernah menjadi relawan kepada anak-anak di pinggir kali, anak anak jalanan, hingga relawan bagi anak-anak yang mengalami penyakit serius namun terbatas untuk berobat. Banyak hal yang kupelajari dari kegiatan tersebut. Terutama tentang rasa syukur akan segala nikmat yang sudah kurasakan.

Rumah Sakit Sardjito menjadi kunjungan rutinku setiap hari Selasa. Di sana aku akan mendampingi orang tua binaan komunitas yang ingin mengobatkan anaknya. Terkadang ada datang dari daerah-daerah di pulau Jawa, tapi tidak jarang juga mereka datang dari seberang pulau.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana anak-anak itu menghabiskan masa kecilnya, masa bermain  dan sekolahnya di atas tempat tidur rumah sakit sambil menunggu suntikan demi suntikan. 

Drama Skripsi dan Benci Acara Wisuda

Aku menghabiskan masa kuliah cukup lama, mentok sampai 13 semester. Itu sebabnya jika ada yang berani menanyaku dengan pertanyaan "Sudah semester berapa sekarang," maka aku akan menjawab. "Aku lagi semester pendalaman."

Kendala skripsi bermula dari nilai ujian salah satu mata kuliah yang kuambil tidak kunjung keluar. Entah lulus, atau mengulang aku tidak pernah tahu. Sudah berulang kali kuurus kepada pihak Program Studi, hasilnya tetap nihil. 

Akhirnya aku mengulang kembali mata kuliah tersebut dan bisa dipastikan semua jadwal seminar dan sidangku menunggak karena kelas tersebut. Masa-masa menunggu seminar proposal kuhabiskan dengan mengulang mata kuliah yang tersebut sambil mencari ilmu dan pengalaman di luar. 

Aku mulai rajin mengikuti seminar dan pelatihan pengembangan diri. Perlahan lingkar pertemananku berubah dan aku selalu membenci acara wisuda di kampusku. Kalau kalian tanya kenapa, sudah jelas karena aku bukan salah satu wisudawan yang akan diwisuda, hahahah. 

Perlahan kebencian itu hilang, aku sudah menikmati semua proses skripsi dan pengembangan diriku. Baik di bagian senangnya, maupun di bagian getir susahnya. Toh semua sudah terjadi, jadi ya nikmati saja. 

Akhirnya aku menyelesaikan drama per-skripsi-an itu pada tahun 2021, tepat dua minggu sebelum aku menikah. 

Tentang Jogja dan Perjalanan Menggapai Sarjana


Menjadi Kenangan

Perjalanan membangun mimpi di tanah rantau selalu menjadi cerita menarik. Nostalgia dengan kenangan dan tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama teman-teman, bahkan ruas-ruas jalan yang menyaksikan kesedihan atau perjuangan. 

Hambatan dan kesulitan yang kuhadapi selama merantau terkadang berguna menjadi pengingat, kalau sebelum kesulitan saat ini, aku pernah menghadapi kesulitan yang serupa dan berhasil lolos darinya. 

Terima kasih sudah membaca, silakan berbagi cerita perantauan kalian di kolom komentar ya. See You. 
Review Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening- Sukses dengan produk bodycare- nya, Scarlett Whitening melebarkan sayap untuk memproduksi rangkaian facecare atau perawatan wajah. Puas dengan hasil penggunaan produk perawatan tubuh dari Scarlett, aku lantas penasaran dengan produk perawatan wajah dari brand skincare milik Felicya Angelista ini. 

Scarlett Whitening mengeluarkan dua jenis perawatan wajah, yaitu Brightly Series dan Acne Series. Dikarenakan kebutuhan kulitku yang kering dan agak kusam, cocok dengan klaim Brightly Series, maka aku mencoba semua rangkaian perawatan wajahnya seperti Brightening Facial Wash, Brightly Ever After Serum, Night dan Day Cream, juga Brightly Essence Tonernya. 

Review Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening



Tentunya produk di atas akan kubuatkan ulasan terpisah dengan produk Brightening Facial Wash ini. Memilih sabun wajah tidak kalah penting dengan memilih rangkaian perawatan wajah lainnya. Pasalnya, jika salah menggunakan, bisa bisa kulit wajah menjadi kering sekali dan berjerawat.

Jadi, seperti apa pengalaman menggunakan Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening di kulitku? Simak ulasan ini sampai habis, ya Gengsss....

      Scarlett Brightening Facial Wash


Dikemas dengan sangat cantik dan apik, Brightening Facial Wash hadir dalam botol berbahan plastik yang dilengkapi dengan tutup flip top. Ukuran kemasan yang slim, handy dan travel friendly ini cukup kuat dan tidak gampang tumpah. 

Bahkan jika dimasukkan ke dalam kantong peralatan mandi, facial wash ini masih aman dan tidak tumpah. Butiran kelopak bunga mawar atau Rose Petal turut menambah kesan manis dan estetik produk ini. Tidak hanya hadir sebagai penghias, Rose Petal juga turut memberikan manfaat saat mencuci wajah dengan Brightening Facial Wash. 


Review Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening



Ingredients

Aqua, Demineralisata, Coconut Fatty Acid Diethanolamide, Glycerin, Rosa Canina Flower, Cocamidopropyl, Betaine Ammonium Salt, Niacinamide, Glutathione, Tocopheryl Acetate (Vitamin E), Acryltes Copolymer, Aloe Vera Leaf Extract, Triisopropanolamine, Dmdm Hydantoin, Edta, Glass Beads.



Key Ingredients

Produk Brightening Facial Wash memiliki 4 kandungan utama yaitu Vitamin E, Gluthation, Aloe Vera dan Rose Petal. 

Setiap kandungan memiliki khasiatnya masing-masing dan saling melengkapi dalam membersihkan, melembapkan kulit wajah, dan membantu menyejukkan kulit yang teriritasi ringan. 

Vitamin E berfungsi untuk mengurangi peradangan, membantu pembentukan kolagen, hingga meningkatkan kelembapan dan elastisitas kulit. Manfaat ini didapat karena vitamin E yang dikonsumsi akan diserap oleh lapisan epidermis kulit dan digunakan untuk memperbaiki kulit yang mengalami kerusakan.

Gluthation hampir menjadi kandungan utama di produk besutan Scarett Whitening. Gluthation berfungsi untuk membantu mencerahkan wajah. 

Selain untuk mencerahkan wajah, Gluthation juga berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan sangat dibutuhkan untuk melawan hiperpigmentasi akibat paparan sinar UV. 

Di mana jika kulit kita sudah terpapar sinar UV secara langsung dan terus-terusan, maka noda bekas jerawat akan semakin menghitam. 

Aloe Vera turut membantu mencerahkan wajah, mengurangi peradangan jerawat, membantu menghilangkan bintik hitam di wajah, melembapkan kulit, dan mengurangi risiko penuaan dini. 

Rose Petal si cantik yang membuat facial wash ini nampak estetik dan mewah. Tidak hanya sebagai pemanis, kelopak mawar juga menambah kesegaran seusai mencuci wajah. Jadi, ketika mencuci wajah dengan  Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening, kulit terasa segar, lembap dan tidak ada sensasi ketat hingga tertarik. 


                         Review Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening


Klaim

Scarlett Whitening mengklaim produk facial wash mereka ini dapat membantu membersihkan kulit wajah, membantu menjaga kelembapan kulit dan elastisitas kulit wajah, juga mampu menyejukkan kulit yang teriritasi ringan. 

Apakah hasil penggunaan Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening, sesuai dengan klaimnya? Baca artikelnya sampai habis ya Gengs....

Pengalaman Menggunakan Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening

Seperti yang sudah kujelaskan di atas, kondisi kulitku sebelum menggunakan sabun wajah ini kering sekali. Saat ini sudah berjalan hampir dua minggu pemakaian Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening, aku merasa kulitku semakin lembap dan kenyal. 

Tentu perubahan tersebut juga dibantu dengan rangkaian skincare lainnya. Namun,  Aku pernah mencoba beberapa sabun cuci wajah, dan kurang nyaman dengan efek kesatnya. Karena kulitku akan kering sekali. Selama memakai  Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening aku suka dan kulit keringku perlahan menjadi lembap. 

Tidak kesat bukan berarti tidak bersih ya Gengs.... 

Review Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening

Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening tidak mengandung Sodium Lauryl Sulfate (SLS) sehingga aman digunakan untuk kalian yang memiliki kulit wajah yang sensitif. Aku juga suka aroma dari Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening. 

Karena mengandung kelopak bunga mawar, maka aroma sabun cuci muka ini juga lembut, semerbak mawar yang menenangkan dan memberi kesegaran. 

Jadi, selama aku menggunakan Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening, hasil dan khasiatnya sesuai dengan klaim yang mereka berikan, ya. 

Jika kalian memiliki masalah kulit yang sama denganku, bisa mencoba series sabun cuci wajah Brightening Facial Wash ini. Jika kalian memiliki masalah jerawat di wajah, bisa menggunakan yang series Acne, ya. 

Produk skincare Brightening Facial Wash dari Scarlett Whitening ini bisa kalian dapatkan di official store mereka di e-commerce kesayangan kalian, atau di Instagram mereka. Hati-hati ketika membeli dan jangan lupa perhatikan keaslian produknya ya, selamat mencoba.....

Baca Juga

1. [ Review ] Hilangkan Jerawat dan Cerahkan Wajah dengan Rangkaian Serum Scarlett Whitening

2. Review Some By Mi AHA- BHA-PHA 30 Days Miracle Toner




Setelah sekian lama tidak pernah camping lagi, akhirnya aku kembali merasakan dinginnya udara malam di alam terbuka, dan hangatnya tidur di dalam tenda. Kalau semasa menjadi mahasiswa, tidak usah ditanya lagi. Setiap hari Sabtu dan Minggu sudah pasti sedang camping.

Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan


Serunya camping kali ini karena aku sudah tidak perlu membuat orang tuaku khawatir lagi karena anaknya pergi terus ke alam terbuka. Menginap, di tenda pula. Sekarang mereka tidak perlu khawatir lagi, karena ada menantunya yang menjagaku, ditambah cucunya juga. 

Kami berangkat dari rumah, selepas shalat Isya. Lalu sampai ddi Waduk Sermo dua jam kemudian. Sebenarnya itu waktu tempuh yang lama, sebab seharusnya kami bisa sampai dalam waktu satu setengah jam saja. Lalu, kenapa bisa sampai dua jam? Apalagi kalau bukan tersasar karena ngikutin Google Maps. Ampun.

Akhirnya kami minta jemput dengan teman- teman yang sudah di lokasi sejak tadi. Jadi kami sampai lebih cepat. Sesmapainya di Waduk Sermo, kami langsung disambut dengan nyanyian dan alunan gitar. Karena kami datang membawa daging qurban, yang rencananya akan dijadikan sate. Sudah terbayang bagaimana serunya membakar sate dan menyantapnya di bawah gemerlapan bintang dan berbincang bersama teman-teman. Sungguh rindu sekali rasanya.

Bercerita Hingga Pagi, Nostalgia Masa Kuliah


Kalau sudah bertemu dengan teman-teman, terlebih menginap di suatu tempat, sudah pasti seketika mata tidak akan mengantuk. Kami menghabiskan malam itu dengan bertukar menyantap rawon, bermain gitar dan tentunya bertukar cerita. 

Bersyukur Shanum sudah tertidur pulas di dalam tenda, jadi kami berdua bisa bebas bercerita sampai pagi. Namanya juga cerita, banyak sekali yang di bahas. Mulai dari masalah di organisasi, masalah pribadi, sampai cerita tentang demit atau hantu.

Rasanya cerita tentang demit ini tidak ada habisnya kalau dibahas, ada-ada saja pengalaman orang yang mengaku pernah bersinggungan dengan demit. Entah diganggu atau merasa memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. 

Salah satu temanku bercerita, kalau mereka pernah menghuni sebuah kontrakan di daerah dekat salah satu  kampus di Jogja. Di kontrakan tersebut mereka kerap diganggu makhluk tak kasat mata. Namun, demit nya ini cukup humoris. Ketika memasuki tubuh seorang dari anggota kontrakan tersebut yang disinyalir memiliki kepekaan terhadap hal mistis, sang demit selalu meminta es jeruk. Apa dia juga merasakan hawa panas Jogja, ya hahaa. 

Di lain kesempatan, teman yang berbeda bercerita kalau dia memiliki firasat yang cukup kuat tentang sesuatu yang akan terjadi. Cerita demi cerita tentang firasatnya dia ceritakan. Sampai di satu kesempatan, aku ingin buang air besar. Memang dasar perut yang tidak bisa diajak kompromi. Bisa-bisanya di tengah cerita seram begini dia ingin mengeluarkan sesuatu.

Panggilan alam tidak bisa ditolak, akhirnya aku berdiri dan ingin bergegas ke kamar mandi. Aku lantas mengajak suamiku. Belum sempat suamiku menanggapi ajakanku, temanku yang tadi bercerita memiliki firasat yang sensitif itu langsung berdiri dan mengajakku ke kamar mandi. Dia ingin buang air kecil katanya. 

Akhirnya kami berdua pergi ke kamar mandi. Aku sengaja tidak memakai sendal karena takut terjatuh akibat licin. Nah,  ketika melihatku bertelanjang kaki, temanku ini langsung nyeletuk.

Kak, nggak pakai sendal? Nanti kena duri lo.

Aku langsung menepis kata-katanya. 

Heisssh, jangan ngomong gitu dong. Ntar kejadian lagi.

Kami berdua berjalan ke kamar mandi yang tidak begitu jauh dari lokasi. Kegiatan buang air itu berjalan lancar. Kamar mandi di Waduk Sermo ini cukup bersih dan banyak. Jadi tidak sampai antre meski ramai yang ingin buang air. Setelah selesai dari kemar mandi, kami bergegas kembali ke tenda. 

Di jalan kembalinya ke tenda, barulah aku menyadari sesuatu. Yaps, kakiku kena duri. Untungnya tidak terlalu dalam dan tidak berbahaya.

Sesampainya di tenda, kami melanjutkan cerita tentang perkuliahan. Ada yang merasa pusing karena menghadapi dosen yang tidak kooperatif dalam proses mengerjakan tugas akhir, ada pula yang bercerita tentang betapa terkejutnya dia ketika memasuki hari-hari pertama kuliah. Karena bayangannya kuliah itu seindah cerita di novel teenlit dan FTV. 

Sebagai senior yang baik dan sudah kenyang dengan asam garam drama skripsi, aku lantas memberikan masukan dan semangat ke adik-adikku itu. Skripsi itu sangatlah mudah, sangat mudah. Kalau kita sudah berhasil melewatinya. Namun, kalau masih dalam tahap mengerjakannya, ya memang menantang sekali. Terlebih harus berhubungan dengan dosen yang tidak kooperatif dan seenaknya sendiri. Tambah sulit lah skripsi tersebut.

Apapun itu kendalanya, bagi teman-teman yang mungkin masih menjadi mahasiswa dan tengah bergelut dengan tugas akhir. Pesanku, kerjakan dengan baik apa yang menjadi tugasmu dan apa apa yang ada dalam kendalimu. Selebihnya, berdoalah agar kamu ditemukan dengan orang-orang yang memudahkan jalanmu dalam menyusun tugas akhir.

Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan


Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan


Menikmati Sunrise dan Suasana Waduk Sermo di Pagi Hari


Momen sunrise selalu menjadi momen yang kutunggu ketika camping. Entah di gunung ketika muncak, atau di pantai. Cahaya matahari pagi yang masih mengintip malu-malu itu selalu indah jika dipandang dan dipotret. Pun jika cahayanya sudah muncul sempurna, sekeliling menjadi hangat dan pantulan sinarnya nampak di permukaan air waduk. 

Setiap pagi akan ada dua sampan yang keliling Waduk Sermo. Sampan tersebut mencari penumpang, barangkali ada di antara para orang yang berkemah ingin berkeliling waduk. Untuk satu kali perjalanan cukup membayar Rp10.000 per orang dan akan dibawa jalan-jalan keliling Waduk Sermo yang luas. 

Suasana alam khas pedesaan lekat terasa di Waduk Sermo. Jejeran pohon kelapa yang tumbuh di pinggir jalan, jalan aspal yang mulus dan berkelok membuat pemandangan Waduk Sermo seperti tidak nyata, seperti lukisan. Lokasi camping di Waduk Sermo memang banyak, karena waduknya juga cukup luas. Jadi, ada sekitar 4 sampai 7 tempat yang bisa dijadikan tempat camping. 

Enaknya, di Waduk Sermo ini mobil bisa masuk. Pendatang yang membawa campervan seperti Volkswagen pun ada. Jadi suasana camping bisa di atur sendiri senyamannya, tidak cuma bisa memakai tenda saja. Pagi hari itu kami habiskan dengan menyanyi bersama, foto-foto dan memasak lalu sarapan bersama. Momen yang entah kapan lagi bisa diulang.

Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan

Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan


Ternyata Membawa Balita untuk Camping Tidak Repot-repot Amat


Saat suamiku mengajak kami camping, yang pertama kali terpikir adalah apakah Shanum akan baik-baik saja ketika tidur di alam terbuka, bukan di atas kasur dan udaranya yang dingin. Namun, itulah anak kecil, mudah sekali mengerti. Aku hanya sounding tentang lokasi tujuan kami seperti apa, siapa saja yang akan dia temui di sana dan kegiatan apa saja yang mungkin bisa Shanum lakukan di tempat camping. 

Selama perjalanan dan di lokasi camping, Shanum tampak menikmati suasana. Tidak menunggu lama ia lantas langsung tertidur di dalam tenda dan tidak terbangun sampai pagi. Pulas sekali. Pun ketika bangun di pagi harinya, Shanum tampak ceria, tidak menangis dan sarapan dengan porsi yang cukup banyak. 

Hmmm dasar ya anak kecil. Kalau di rumah aja susah sekali menghabiskan porsi makanannya, kalau di sedang jalan-jalan aja, lahap sekali. Setelah sarapan, Shanum langsung berlarian di sekitar waduk dan bermain ayunan. Di sini tidak ada permainan untuk anak-anak, namun area camping nya cukup luas. Jadi anak-anak tetap bisa berkegiatan dan lari-lari di sekitar waduk. 

Aku berencana akan rutin membawa Shanum camping. Karena bagus sekali untuk kegiatan selingannya. Di saat berkemah atau camping, anak-anak akan mendapatkan langsung cahaya matahari pagi yang kaya vitamin D itu. Kalau di rumah kan terbatas ya, karena di pagi hari tentu ayah dan ibunya ini berkegiatan persiapan untu sarapan dan kerja. 

Ketika camping anak juga bisa bersosialisasi dengan pengunjung lain atau teman ayah dan ibunya. Bisa bermain dan berkegiatan di alam bebas dengan puas. Camping bersama anak dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan. Jangan lupa persiapan dan perencanaan yang matang, kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan camping.


Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan


Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yang Sayang Jika Dikewatkan

Lokasi Camping Di Waduk Sermo, Jam Buka, dan Fasilitas


Di Waduk Sermo, pengunjung sudah disediakan listrik dan colokan, jadi tidak usah takut kehabisan daya. Jika ingin memasak nasi, juga bisa pakai rice cooker. Tenda dan perlengkapan camping lainnya seperti kompor dan nesting  juga sudah tersedia, namun tetap dikenakan biaya. Amannya sih membawa tenda dan perlengkapan dari rumah, jadi ketika di Waduk Sermo tinggal gelar tenda saja. Pengunjung dikenai biaya Rp50,000 per orangnya. 

Kami mendirikan tenda di kawasan camping Taman Nggudhang. Masih ada sekitar 7 area camping lainnya. Setiap area pasti menyuguhkan pemandangan Waduk Sermo dari sisi yang berbeda. Tergantung, kalian ingin menikmati Waduk Sermo dari sisi yang mana. Untuk selengkapnya detail lokasi camping, bisa lihat informasi di website Waduk Sermo. 

Semua tempat camping buka 24 jam kok. Jadi ya aman saja ingin datang kapan kalian mau. Semua lokasi sudah difasilitasi listrik, kamar mandi, dan air bersih. Lokasi camping akan kita dapati dalam keadaan bersih. Maka, sewajarnya bila ingin meninggalkan lokasi camping harus dalam keadaan bersih pula. 

Berjalanlah di alam dengan kaki telanjang. Rasakan bumi di bawah kakimu dan biarkan energi alam mengalir melalui tubuhmu


Siapa yang tidak kenal dengan Agus Mulyadi. Penulis, Blogger sekaligus mantan redaktur Mojok yang sudah memiliki ribuan pengikut di Instagram pribadinya, sudah centang biru lagi. Organik pula, bukan beli. Aku cukup sering membaca tulisan-tulisan Mas Agus.

Entah berupa caption Instagram, atau buku-bukunya. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mumet-mumetnya menulis skripsi di sebuah kedai kopi, lalu aku teringin mencari hiburan dari tulisan Mas Agus. Sayangnya, semua caption Instagramnya sudah ku baca. 

Lambe Akrobat dan Piawainya Agus Mulyadi dalam Menertawakan Hidupnya


Lalu aku melihat satu unggahan Mas Agus tentang buku terbarunya, Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih. Kebetulan aku belum pernah membaca bukunya itu. Lalu segera ku sudahi aktivitas menulis skripsi, aku langsung memacu motor ke sebuah toko buku indie, Berdikari Book dan membeli buku baru Mas Agus.

Tidak butuh waktu lama, aku menyelesaikan buku itu dalam sekali duduk saja. Bukunya memang tipis, isinya juga kumpulan cerita Mas Agus dan Istrinya, Mbak Kalis ketika masih berpacaran. Namanya juga pacaran, ada saja cerita-cerita heroik yang dipaksa romantis oleh sepasang kekasih itu. 

Kurasa, setiap orang yang memiliki pasangan, pasti merasakan apa yang Mas Agus tuliskan di bukunya itu. Namun, itulah piawainya Agus Mulyadi dalam menertawakan setiap momen dalam hidupnya. Sehingga ia mampu mengolah tulisan yang lucu dan apik dari kejadian yang lumrah.

Aku sudah pernah menuliskan review buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih di blog ini. Mungkin jika teman-teman penasaran dan berminat membacanya, bisa mengunjungi artikelnya di sini. Selain buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih, ada satu buku karangan Mas Agus Mulyadi yang membuatku tertawa terbahak-bahak. Saking lucunya buku tersebut, aku tidak bisa mengontrol tawa ketika membacanya di kedai kopi. Sampai aku pindah tempat ke lantai atas yang cenderung sepi karena takut mengganggu pengunjung lain dengan tawaku yang diluar kendali itu. Judul bukunya Lambe Akrobat.

Sama dengan Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih, review buku Lambe Akrobat juga sudah pernah ku tulis di blog ini. Buku Lambe Akrobat bercerita tentang kejadian sehari-hari Mas Agus Mulyadi. Mulai dari cerita kejadian lucu di tengah keluarganya, susahnya bertahan hidup di Jogja, sampai terkena tawaran lowongan pekerjaan bodong. 

Saat pertama kali membaca buku Lambe Akrobat, aku tidak merasakan hal lain selain lucu dan terhibur dari cerita Mas Agus. Namun, setelah membacanya untuk kali kedua, aku jadi merasa banyak yang relate antara pengalamanku dan pengalaman Mas Agus. Dan pengalaman yang mirip itulah yang akan ku tuliskan di sini. Semoga tidak membosankan, dan teman- teman membaca tulisan ini sampai akhir.

Lambe Akrobat dan Piawainya Agus Mulyadi dalam Menertawakan Hidupnya



Berurusan dengan Bayi Memang Membingungkan


Mengawali dengan cerita Mas Agus tentang Bapaknya. Ketika Mas Agus bayi, Bapaknya Mas Agus pernah menjemur Mas Agus di tanah kebun di depan rumahnya. Itu terjadi karena Mas Agus nangis terus, khas anak bayi lah pokoknya. Dan seperti orang tua pada umumnya, pasti bilang begini ke anaknya.

Diem dong (nama anak)....diem dong.

Coba deh, pasti si anak tidak akan diam, kan. Sedangkan untuk mencari penyebab menangisnya bayi itu, tidak semua orang tua piawai melakukannya. Pun kalau bisa, kita pasti menebak-nebak kenapa anak ini menangis. Apakah buang air, risih, kepanasan, lapar, haus, atau apa?  Pertama kali membaca buku ini, waktu itu aku belum menikah kan, jadi ya nggak relate lah dengan apa yang dialami Bapak Mas Agus. 

Sekarang, setelah berpengalaman mengurus bayi, aku jadi paham betapa putus asanya Bapak Mas Agus waktu itu ketika anaknya menangis terus, dan akhirnya diletakkan di atas tanah kebun beralaskan bantal. Bukan nggak sayang atau sembrono, tapi udah habis akal mau diapain lagi anaknya supaya diam. 

Setelah kejadian itu, Mas Agus tidak pernah nangis lagi. Benar- benar diam. Kesambet katanya. Bapak Mas Agus tentu jadi pusing lagi, lalu mencari penyebab kenapa anaknya nggak nangis-nangis. Dasar bayi ya kan, belum bisa bicara. Nangisnya buat panik orang tua, kalau diam aja nggak nangis-nangis, orang tuanya juga panik. Berurusan dengan bayi memang membingungkan.

Lambe Akrobat dan Piawainya Agus Mulyadi dalam Menertawakan Hidupnya


Mencari Kerja di Jogja yang Gampang -gampang Susah


Cari kerja di Jogja itu gampang-gampang susah. Gampang mencarinya, susah dapat kerjanya. Lowongan sih banyak, tapi terkadang pekerjaannya di luar nalar. Ada yang membuka lowongan marketing, ketika dilamar dan wawancara ternyata pekerjaannya menjadi sales perusahaan pialang. Ya marketing sih, cuma kan jauh diluar perkiraan BMKG.

Parahnya, dari banyaknya lowongan kerja yang bersebaran itu, tidak jarang yang bodong, alias tipu-tipu. Semasa aku kuliah, sekitar tahun 2015,  sedang tren sekali pekerjaan menempel tali teh celup. Iya, teh celup kan ada talinya, nah untuk menempelkan tali ke kantong teh celupnya itu ada buruhnya. Biasanya iklannya ada di tempel di tiang listrik dekat kos-kosan, lampu merah, atau di dinding luar gedung kampus. Area yang cukup strategis untuk dilihat mahasiswa putus asa yang butuh uang tambahan.

Bayangkan saja, sedang lelah pulang kuliah, bersandar di tiang kaca cembung pinggir jalan, eh nemu lowongan kerja. Meski rada tidak masuk akal, namanya juga butuh uang, semuanya jadi logis. Konon, penulis sekelas Mas Agus Mulyadi ini pernah juga terkena lowongan pekerjaan bodong nempel tali teh celup ini. Saat itu, beliau memang sedang tidak punya kerjaan di Jogja. Tuntutan hidup dan himpitan biaya lah yang membuat orang-orang putus asa ini gelap mata dan mencoba jenis lowongan pekerjaan apapun, asal dapat uang.

Punya Adik yang Hobi Jualan


Di satu kisah Mas Agus Mulyadi menceritakan salah seorang dari adiknya yang suka sekali berdagang.  Apapun dijual. Di mana ada barang- barang yang lagi hype, maka akan ada adiknya yang siap berburu dan menjual barang tersebut. Sayangnya, orang yang pertama kali menjadi sasaran untuk membeli dagangan itu pasti orang terdekat. Beragam cara dibuat agar orang terdekat mau membeli dagangan.

Pengalaman ini mirip sekali dengan pengalamanku. Aku juga punya adik yang hobi jualan. Apapun dia jual. Saat tongsis lagi ramai digunakan, adikku sudah berbisnis tongsis dengan gurunya. Tentu saja transaksi dilakukan di jam luar sekolah ya. Adikku sudah berjualan sejak dia sekolah dasar.

Bak gayung bersambut, sekolah adikku mendukung siswanya untuk menjadi entrepreneur dengan memberikan kesempatan untuk berjualan setiap hari Sabtu. Semakin menjadi lah kesenangan adikku terhadap jualan. Tas nya selalu dipenuhi uang.

Suatu saat, sedang booming sedotan stainless. Di mana orang-orang beralih dari sedotan plastik ke sedotan stainless sebagai gerakan menjaga bumi. Tentu adikku tidak mau melewatkan momen itu dong. Dia dengan sergap menjual berbagai macam peralatan makan dan minum dari stainless dan menawarkannya kepada kami, orang terdekatnya di rumah. Orang yang pertama kali dia tawarkan adalah ibu saya. Dia memang tau itu adalah sumber uangnya.

Ma. Ini waktunya kita pakai sedotan stainless. Coba banyangkan, berapa banyak penyu di laut yang kena bahaya karena sampah plastik. Kita harus menolong penyu. Rayu adikku.
Saat itu mungkin ibuku sedang lapar dan baru saja pulang dari kantor. Sehingga tidak ada energi untuk meladeni marketing sedotan itu.

Ah, apa gunanya mama sendiri yang beli, kalau yang lain masih pake plastik. Balas ibuku sambil melengos pergi ke dapur.
Karena kasihan dan iba, akhirnya aku membeli sepaket perlengkapan minum berupa tiga macam sedotan stainless itu seharga Rp100.000. Mulai hari itu, aku selalu jadi sasaran adikku untuk melariskan barang dagangannya. Mulai dari masker lumpur, masker organik yang belakangan kena grebek sampai barang-barang aneh lainnya.

Lambe Akrobat dan Piawainya Agus Mulyadi dalam Menertawakan Hidupnya


Menertawakan Hidup


Belum berdamai seseorang dengan hidupnya sampai ia mampu menertawakan kesialan atau kesedihannya

Begitu kutipan yang pernah kudengar dari sebuah kajian filsafat. Hidup bagaikan sebuah komedi yang penuh dengan lika-liku, di mana momen bahagia dan kesialan saling bergantian. 

Terkadang, kita dihadapkan pada situasi yang begitu sulit dan membuat kita ingin menyerah. Namun, di sinilah letak kekuatan humor: kemampuan untuk menemukan tawa di tengah kesialan dan mengubah perspektif kita terhadap hidup.

Menertawakan hidup bukan berarti mengabaikan masalah atau bersikap tidak peduli. Justru, ini adalah tentang
menemukan cara untuk mengatasi situasi sulit dengan senyuman dan kepositifan. Humor dapat menjadi alat
yang ampuh untuk mengurangi stres, meningkatkan ketahanan mental, dan membangun optimisme.

Kalau kamu, kejadian atau kesialan apa dalam hidupmu yang sudah bisa kamu tertawakan? Sharing pengalaman
kalian di kolom komentar, ya.


[Review Buku] Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya Karya Rusdi Mathari

Tulisan-tulisan dalam buku Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya pada mulanya merupakan tulisan berseri yang tayang saat Ramadhan di situs web Mojok.co, selama dua tahun. 

Pada tulisan ini, Rusdi Mathari membawakan tema agama yang dibalut dengan kisah humor. Penulis membawakan kisah di buku ini dengan sangat ringan, mudah dipahami, sesuai dengan kejadian di era saat ini, dan dibalut dengan bumbu humor. Tidak heran mengapa tulisan berseri ini digemari pembaca dan sudah dibaca lebih dari setengah juta pemirsa Mojok.co.

Buku Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya berisikan cerita bertema agama dan fenomenanya yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Jika dilihat dari sampul depannya yang teranyar ini, tampak seorang laki-laki menggunakan celana tanggung, sarung yang diselempangkan dan peci di atas mukanya. 

Kisah Cak Dlahom

Buku ini mengisahkan tentang sufi asal Madura, Cak Dlahom namanya. Cak Dlahom merupakan seorang duda miskin dan pengangguran yang tinggal di dekat kandang kambing Pak Lurah. Masyarakat Desa Ndusel menganggapnya gila dan bodoh. Tetapi tidak dengan Mat Piti dan putrinya Romlah. 

Mati Piti adalah seorang warga terpandang di Desa Ndusel. Mat Piti memiliki seorang anak perempuan bernama Romlah. Mat Piti kerap sabar dengan tingkah Cak Dlahom dan sering menanyakan alasan-alasan di balik perbuatan aneh dan konyolnya itu. 

Romlah, putri Mat Piti juga sangat perhatian dengan Cak Dlahom. Cak Dlahom sendiri sering membuat kekacauan di desa Ndusel, namun di balik kekacauan yang diperbuatnya tersimpan alasan yang membuat bengong orang-orang di desanya. 


[Review Buku] Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya Karya Rusdi Mathari


Pandangan yang Ingin Disampaikan Penulis 

Rusdi Mathari, penulis buku Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya, menyampaikan tata cara beragama lewat  kisah-kisah yang begitu dekat dengan kita. Salah satu cerita yang membuat saya terdiam dan merenunginya adalah cerita ketika Cak Dlahom protes dengan dipasangnya baliho penyambutan bulan suci Ramadhan.

Aksinya tersebut mendapat kecaman warga karena dianggap gila dan tidak bahagia dengan hadirnya bulan mulia tersebut. Cak Dhalom lantas menanyakan tentang benarkan kita sesenang itu ketika Ramadhan tiba dan akan bersedih ketika sudah berlalu?

Membaca buku ini hal pertama yang menjadi renungan bagi saya adalah perihal mengimani Allah dengan sepenuh hati. Sudahkah selama ini beribadah tulus karena Allah atau melainkan karena imbalan yang telah Ia janjikan. 

Dari alasan di balik kekacauan yang dilakukan Cak Dlahom, saya jadi kembali menilai ulang kualitas ibadah saya. Terutama dari segi niat. Niat merupakan sebab dan aspek penting yang dipertimbangkan dalam ibadah. Bagaimana jika niat tidak sesuai dengan apa yang seharusnya diniatkan. 

Penyampaian Rusdi Mathari dalam kisah ini terkesan tidak menggurui, padahal ia tengah mengkritisi fenomena-fenomena yang sering terjadi dan dekat dengan kehidupan kita. Seperti kisah Zakat dan Sekantong Taek, cerita ini sangat memukul tentang keikhlasan bersedekah. 

Seharusnya jika kita ikhlas, maka kita tidak akan mengingat-ingat  lagi apa yang sudah kita berikan. Kita sudah melepaskannya bersama dengan niat memberi. Jangan sampai mengingat-ingat pemberian apalagi meniatkan agar mendapatkan imbalan atas pemberian tersebut. 

Selain dibukakan pengetahuan tentang ikhlas, saya juga diperanjatkan dengan pesan tentang kualitas sedekah. Di mana terkadang saya masih memikirkan nilai minimal atau standar terkecil untuk mengeluarkan sedekah. 

[Review Buku] Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Punya Karya Rusdi Mathari

Kubu-Kubu Merasa Paling Benar

Di masyarakat kita, tidak asing lagi dengan kubu-kubu agama. Menganggap kubunya paling benar dan paling penting sudah seperti tugas utama anggotanya. Kejadian tersebut akan bermuara pada saling tuduh menuduh tentang kesesatan dan kerap terjadi perkelahian. 

Mungkin, jika kita meluangkan sedikit waktu untuk mempelajari kubu-kubu agama tersebut, mungkin kita akan sampai pada pemahaman dan pemakluman atas perbedaan antara satu kubu dengan kubu lainnya. 

Kisah-kisah yang diceritakan Rusdi Mathari begitu halus dan mampu menyentuh pikiran dan hati pembacanya. Disampaikan dengan bahasa dan cerita yang ringan, namun penuh dengan arti dan renungan. 

Setelah membaca buku ini, saya jadi termotivasi untuk selalu mindful dalam beragama juga beribadah. Jangan sampai apa yang  diucapkan di mulut berbeda dengan tindakan. Seperti kisah pertama dalam buku ini, Cak Dlahom mempertanyakan tentang "benarkah kita mencintai Ramadhan?" dan "mengapa kita berpuasa?"

Untuk siapa sebenarnya euforia cinta Ramadhan itu kita tuju? Pertanyaan Cak Dlahom ini membuat gaduh desanya. Ternyata alasan Cak Dlahom menanyakan itu semua adalah untuk mengingatkan, jika beribadah harus karena Allah dan untuk Allah dan jangan latah dalam beribadah. 

Buku ini cocok dibaca di waktu senggang, dan cocok dijadikan teman berdialog dengan diri perihal keyakinan pada Tuhan, keikhlasan dan alasan beribadah. Selamat membaca. 
Keluar dari Jeratan Frustasi Eksistensial- Salah satu kesimpulan kecil yang saya ambil ketika selesai membaca buku berjudul Wake Up, Be Awesome! Ditulis oleh seorang blogger dan seseorang yang tertarik dengan eksistensialisme, Santy Musa. 

Menjadi ibu membuat kita mempunyai banyak pilihan. Baik menjadi ibu bekerja, ibu rumah tangga, menggunakan jasa nanny untuk anak kita, ataupun kita sendiri yang mengurusnya. Perempuan tidak habis-habisnya dihadapkan dengan pilihan kompleks. 




Tidak jarang pilihan yang kita buat justru menjerat kita sendiri. Terjerat dalam belenggu pilihan yang sudah kita buat terkadang memicu frustasi. Contoh saja saya, saya sudah memilih untuk menjadi full time mama untuk Shanum. Pilihan tersebut membuat saya tidak bisa bekerja di luar rumah dan ruang gerak saya terbatas. 

Saya akui, terkadang muncul rasa tidak berguna, lemah, dan payah. Ketiga rasa tersebut menjadi pokok bahasan di buku ini. Buku ini berangkat dari teori eksistensial milik Viktor Frankl. 

Apa sih hubungan antara pilihan hidup ibu dan teori eksistensial ini? Mari baca artikelnya sampai akhir ya. 

Victor Frankl dan Penemuan Tentang Makna Hidup

Viktor Emil Frankl adalah seorang neurolog dan psikiater asal Austria. Beliau adalah pendiri Logoterapi dan analisis eksistensial. Viktor Frankl menjadi salah satu korban holocaust yang terlempar ke jaringan kamp konsentrasi dan pemusnahan Nazi. 

Seperti tawanan pada umumnya, banyak yang hilang dari Frankl. Dalam salah satu bukunya yang fenomenal, Man's Search for Meaning, Frankl menuliskan bagaimana para tawanan perlahan meninggal dan kehilangan harapan hidupnya. 

Frankl membagikan apa yang membuatnya kuat semasa menjadi tawanan. Rahasia yang membuat Frankl bertahan hidup adalah alasan mengapa ia harus hidup. 

Review Buku Wake Up, Be Awesome!


Ibu dan Pilihannya

Masalah perempuan memang tidak pernah sederhana. Perempuan erat dengan kompleksitas. Menjadi ibu membuka perempuan akan pilihan yang akan ia jalani. Akankah tetap bekerja meniti karier, atau membersamai anak di rumah. Akankah menggunakan jasa nanny, atau mengurus sendiri anaknya.

Pilihan tersebut tidak usah dikomentari dengan pedas, apalagi dijadikan perdebatan. Kehidupan setiap ibu berbeda dan kondisinya pun berbeda. 

Lalu, bagaimana jika ibu meragukan pilihannya? Atau terbesit rasa salah akan pilihannya? Jika itu terjadi, maka segeralah cari alasan mengapa ibu memilih hal tersebut. Buku ini memang banyak membahas dari sudut pandang seorang stay at home mommy.

Di mana seorang ibu rumah tangga merasa tidak berdaya, malu dan kosong. Sebenarnya bukan ibu rumah tangga saja yang merasakan tiga hal tersebut, ibu bekerja juga bisa merasakannya. 

Review Buku Wake Up, Be Awesome!



Karena semua ibu dapat merasakan kehampaan tersebut, maka jangan saling menyakiti dengan menetapkan standar milikmu kepada ibu lain. Hargai pilihan mereka. 

Jika terlanjur mengalami frustasi eksistensial seperti di atas, maka segera bercerita dengan orang yang dipercaya dan segera temukan makna hidup dari pilihan tersebut. 

Kekuatan batin manusia mampu mengubah takdir lahiriahnya. - Viktor Frankl.


Buku ini dilengkapi dengan catatan-catatan kecil yang bisa memudahkan pembaca untuk mengingat intisari dari setiap babnya. Menurut saya, buku ini layak dibaca oleh ibu-ibu yang ingin tenang, damai dan penuh makna dalam menjalani perannya. Terlepas apa pun pilihan yang sudah ia tetapkan. 

 Jadi, apa makna hidup yang teman-teman temukan sepanjang perjalanan menjadi orang tua? Silakan berbagi pengalaman di kolom komentar, ya! See you....

Seperti judul tulisan ini, Mengalir dalam Proses, tiga kata yang amat berarti bagi seorang cerpenis kelahiran Jakarta ini. Memiliki nama asli Dwi Noviyanti dan dibesarkan oleh orang tua dengan penuh perjuangan membesarkan kelima anaknya di kawasan pesisir Jakarta. 

Mengalir dalam Proses: Biografi Cerpenis Dwinov Swa


Himpitan ekonomi yang dekat dengan masa kecilnya,menjadikan Dwinov Swa dan saudara-saudara sudah mencicipi nikmatnya perjuangan di masa kanak-kanaknya. Terbiasa berjuang dari kecil dan mensyukuri apa yang terjadi dalam hidupnya menjadikan Dwinov Swa tumbuh menjadi perempuan tangguh dan pekerja keras. 

Berkat kerja keras dan tekadnya yang kuat, tulisan- tulisan karya Dwinov Swa dapat dinikmati masyarakat luas. Perempuan yang suka menulis ini sudah memiliki sederet prestasi  dalam dunia tulis menulis. Seperti memenangkan lomba cerpen, menulis artikel, bahkan ia menghasilkan pundi-pundi rupiah dari menulis.

Kehidupan Pribadi


Menulis adalah kegiatan yang dilakukan Dwinov Swa di sela-sela waktu bekerjanya sebagai pelaku administrasi di sebuah gedung perkantoran di Jakarta Pusat. Jakarta sepertinya sudah ditaklukkan oleh Dwinov Swa untuk membahagiakan putri semata wayangnya, Wulan.

Anak baik hati dan pengertian itu menjadi motivasi Dwinov Swa untuk menjadi orang tua terbaik baik untuk anaknya. Di tangannya, Wulan tumbuh menjadi anak yang pengertian, ceria dan baik budinya.

Anak terkadang menjadi korban dalam keputusan orang dewasa. Namun, jika sudah begitu jalan yang harus dilalui, maka tidak ada cara lain untuk menyelamatkan anak selain membersamai tumbuh kembangnya dengan sepenuh hati dan kasih sayang. Mengajarkan hal-hal baik agar kelak ia tumbuh dalam balutan kasih yang hangat. 

Bercerita Lewat Blog


Tidak hanya rajin dan memenangkan sederet kompetisi menulis cerpen, Dwinov Swa juga rajin bercerita melalui blog pribadinya. Dwinov Swa memulai blog pribadinya dengan menulis opini dan curahan hati. Baginya, jika kita menekuni suatu bidang yang disenangi, akan terbangun pertemanan yang se- frekwensi. Pertemanan tersebut didapatkan Dwinov Swa melalui kelas-kelas kepenulisan. 

Memiliki dukungan terlebih dari rekan yang memiliki tujuan yang sama dengan kita adalah arti lain dari rezeki. 
Dwinov Swa selalu tertarik dengan ilmu baru, lantas ia gemar sekali belajar dan menantang diri. Bahkan, ia pernah belajar tentang monolog sebuah cerpen, sesuatu skill yang lebih dari sekadar bercerita.

Berkat ketekunan dan rajin belajar, Dwinov Swa  berhasil menjadi salah satu voice over terbaik, untuk Sayembara Monolog Inggit Garnasih, yang diselenggarakan oleh Sanggar Sastra dan Komunitas KOPLING.

Tidak akan ada yang sia-sia jika kita melakukannya sepenuh hati.  -Dwinov Swa


 Berkarya Lewat Menulis Cerita Pendek

Menulis cerita pendek atau cerpen bagaikan menyelami lautan kata, menjelajahi dunia penuh imajinasi dan kreasi. Di balik layar laptop, terbentang hamparan luas untuk menuangkan ide, merajut cerita, dan menghadirkan karakter yang seolah hidup di dalam benak. 

Bagi para penulis cerpen, proses ini bukan sekadar tugas atau kewajiban, melainkan sebuah kenikmatan yang tak ternilai. Kenikmatan pertama terletak pada kebebasan berkreasi Di dunia cerpen, penulis adalah pencipta, dewa bagi para karakter dan penguasa alur cerita. 

Penulis bebas menentukan apa yang terjadi, ke mana arah cerita akan bermuara, dan bagaimana nasib para tokoh. Setiap kata yang ditulis bagaikan kuas yang mewarnai kanvas kosong, melukiskan dunia yang penuh dengan kemungkinan.

Selain harus mengasah imajinasi, bagi Dwinov Swa, memiliki skill edit kata adalah sebuah kewajiban. Menyusun kata demi kata yang menggugah emosi pembaca. 

Tidak salah jika menulis cerpen memberikan kepuasan batin yang mendalam. Ketika ide yang mulanya abstrak berhasil dituangkan ke dalam bentuk cerita yang utuh, rasa bangga dan lega akan menyelimuti. Melihat hasil karya kita dibaca dan dinikmati orang lain, memicu rasa senang dan terharu yang tak terkira.

Setiap orang pasti memiliki kisahnya sendiri. Terlebih dalam menjalani hidup dan mencapai cita-cita. Masalah sudah pasti adanya, namun bagaimana caranya agar tetap tegak, sabar dalam berproses, dan mengalir di dalamnya. 

Yang biasa menari di tengah badai, tidak akan terusik dengan gerimis

 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Seedbacklink

ASUS AI

ASUS AI

Komunitas

Komunitas

ABOUT ME


 

Hallo! Aku Annisa, seorang ibu dari satu bayi ceria, juga seorang Lifestyle Blogger. Aku suka menulis perjalanan yang kulalui, tempat yang kukunjungi, ulasan produk, dan seputar parenting.Blog ini terbuka lebar untuk kerjasama. Baca juga tulisanku di blog https://hallobiuty.blogspot.com/ dan https://hallobia.blogspot.com/ Kamu dapat menghubungiku melalui email halloannisakhairiyyah@gmail.com dan jangan lupa untuk follow media sosialku, yaa. Pasti aku follback kok, hihihih .

Kerja Sama - Media Kit

Media Kit

Categories

  • Beauty 21
  • Blog 21
  • Book 19
  • BPN Ramadan 2022 12
  • BPN Ramadhan 2024 3
  • Cafe & Culinary 15
  • Competition 16
  • Content Placement 2
  • Dekorasi Rumah 1
  • finance 12
  • Guest Post 1
  • Hotel 8
  • Jogja Diary 5
  • Lifestyle 33
  • Motherhood 12
  • Parenting 5
  • Personal 21
  • Review Film 1
  • Self Development 9
  • Sponsored Post 18
  • Teknologi 1
  • Travel 23
  • Women Empowerment 1
Diberdayakan oleh Blogger.

Komunitas

Komunitas

Intellifluence

Komunitas

 


Komunitas


 

Komunitas

BloggerHub Indonesia

Arsip Blog

  • ►  2025 (5)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2024 (101)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (17)
    • ▼  Juni (25)
      • [Review Buku] Milk and Honey By Rupi Kaur
      • Tentang Jogja dan Perjalanan Menggapai Sarjana
      • Review Brightening Facial Wash dari Scarlett White...
      • Keseruan Camping di Waduk Sermo, Sunrise Indah yan...
      • Lambe Akrobat dan Piawainya Agus Mulyadi dalam Men...
      • [Review Buku] Merasa Pintar, Bodoh Saja Tidak Puny...
      • Keluar dari Jeratan Frustasi Eksistensial, Review ...
      • Mengalir dalam Proses: Biografi Cerpenis Dwinov Swa
      • 4 Rekomendasi Hair and Body Mist dari HMNS yang Ja...
      • 5 Tips Menjadi Penulis Pemula untuk Ibu Rumah Tangga
      • Kuliner Jogja: Sate Padang Pariaman, Salah Satu Sa...
      • Membahas Dampak Fintech dan Melihat Masa Depan Keu...
      • Satu Hari di Libur Nataru
      • 5 Cara Mengelola Keuangan Pribadi dengan Bijak unt...
      • [REVIEW] Cara Ampuh Menjalani Hidup Sederhana, Bah...
      • Slow Living: Menemukan Harmoni dalam Kehidupan yan...
      • ASUS Zenfone 11 Ultra, Smartphone Canggih yang Ban...
      • Review Buku Membunuh Hantu-Hantu Patriarki
      • Fakta Tentang Green Job! Buka Peluang Menarik Meny...
      • Asus Hadirkan Laptop Canggih dengan Kecerdasan Bua...
      • Alasan Mengapa Harus Tetap Produktif Menulis
      • Tentrem Bumi Coffee & Eatery, Salah Satu Kedai Ko...
      • Menikmati Daun Kelor dengan Cara Praktis dan Sehat...
      • Kenapa Ibu Bahagia Penting untuk Keluarga dan Gene...
      • 5 Tips Sukses Menyeimbangkan Peran Menjadi Istri d...
    • ►  Mei (7)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2023 (47)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (43)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2021 (25)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Review Interlac Drop, Solusi Ampuh untuk Bayi Kolik
  • Review Film Agak Laen, Komedi Horor yang Raih 4 Juta Penonton
  • [REVIEW] Hilangkan Jerawat dan Cerahkan Wajah dengan Rangkaian Serum Scarlett Whitening
  • REVIEW barenbliss Like A Pro! Shockproof Durabrow Pomade dan barenbliss Roll To Volume Mascara
  • Menyantap Aneka Olahan Seafood di Kepiting Bang Ja'i Yogyakarta
  • Pengalaman Membawa Bayi 10 Bulan Naik Pesawat
  • Review Some By Mi AHA-BHA-PHA 30 Days Miracle Toner
  • Hempaskan Jerawat Punggung dengan Earth Love Life Body Wash & Body Lotion East Balinese Bamboo dan Oriental Mint
  • Tentrem Bumi Coffee & Eatery, Salah Satu Kedai Kopi Bernuansa Tropikal di Jogja
  • Menemukan Gimbo Coffee, Slow Bar dengan Latar Belakang Gunung Merapi di Maguwoharjo

Copyright@ 2023 Annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger

Copyright © 2023. annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger