Hai Genksss....
Setelah cerita tentang Mindful Walking #1, aku jadi ketagihan untuk cerita pengalaman jalan kaki dengan penuh kesadaran ini. Sekitar bulan Juni yang lalu, aku dan Shanum pergi ke Kalluna, sebuah kedai kopi estetik di Jogja.
Kalluna ada di kawasan Kotabaru. Jalan jalan di Kotabaru adalah wishlistku dari lama, karena aku ingin mengenang jalan yang sering sekali kulewati waktu masa-masa berjuang menyelesaikan skripsi. Di kawasan Kotabaru itu banyak sekali kafe yang bagus dari segi tempat, suasana dan makanannya yang enak.
Kami pergi ke Kalluna diantar Abang Ojol. Jarak dari rumah ke Kalluna lumayan jauh, sekitar 30 menit. Rencananya, aku dan Shanum mau makan siang dan nongkrong sebentar di Kalluna, lalu lanjut jalan menyusuri Kotabaru.
Selain unik, Kotabaru itu salah satu kawasan bersejarah di Jogja Lho, Gengss...
Bangunan Klasik Jawa-Belanda yang Hiasi Kawasan Kotabaru
Salah satu ciri khas yang menonjol dari Kawasan Kotabaru adalah desain arsitektur bangunannya. Gedung-gedung di area ini menggabungkan gaya arsitektur klasik Jawa dengan sentuhan Eropa, menciptakan keselarasan yang menakjubkan.
Saat menjelajahi kawasan ini, kita akan menemui banyak pintu masuk bangunan yang dihiasi dengan ukiran kayu yang rumit dan jendela-jendela bergaya kolonial. Beberapa bangunan memiliki atap joglo yang khas, sementara yang lain dilengkapi dengan balkon indah yang didukung oleh pilar-pilar kokoh.
Semua elemen ini bersatu untuk menciptakan atmosfer yang begitu unik, mengubah setiap sudut Kotabaru Yogyakarta menjadi seperti galeri seni arsitektur yang hidup.
Tidak hanya itu, tata kota di Kawasan Kotabaru juga menarik perhatian. Jalan-jalannya yang sempit dan berliku menciptakan suasana kuno yang mempesona. Ramah bagi pejalan kaki dan dikelilingi oleh pepohonan rindang, kawasan ini menjadi tempat yang sempurna untuk bersantai sambil berjalan-jalan. Berbagai toko kecil, kafe, dan restoran yang menghiasi jalanan menawarkan pengalaman jalan jalan yang menakjubkan.
Mindful Walking #2 ; Menikmati Keindahan Jalan Kotabaru
Setelah sampai di Kalluna, aku dan Shanum langsung memesan makanan untuk makan siang. Karena anak bayi ini sudah rewel minta makan. Aku memesan Nasi Ayam Hainan, Mix Platter, Orange Juice, dan Klepon Cake.
Review sedikit tentang Kalluna, restoran ini punya interior yang estetik banget. Dari bangunan depan, jalan kecil menuju pintu masuk, ruangan hingga halaman belakang, semuanya seperti melihat langsung wujud dari interior ruangan yang ada di Pinterest.
Tidak hanya menang di tempat yang Instagramable saja, Kalluna juga punya rasa hidangan yang patut dicoba dan bisa diperhitungkan. Aku puas sih dengan makanan yang kupesan. Meski harganya lumayan mahal dari yang lain, tapi jika disandingkan dengan pengalaman makan di Kalluna, suasana dan rasa makanannya yang enak, memang pantas dengan harga yang mereka tetapkan.
Setelah makan, bermain dan foto-foto, aku dan Shanum mengakhiri kegiatan kami di Kalluna dan beranjak untuk jalan jalan di sekitar Kotabaru. Keluar dari Kalluna, kita langsung menemukan rumah-rumah gaya Jawa-Belanda di pinggir jalanan Kotabaru. Mulai dari yang rapi hingga yang agak berdebu.
Konon, rumah rumah tersebut masih dirawat karena merupakan warisan budaya. Sebagian rumah tersebut sudah menjadi Kafe dan ada juga yang menjadi gedung perkantoran. Aku pernah menulis tulisan khusus untuk rumah rumah Belanda dan bangunan Kotabaru di blog ini. Jika teman-teman ingin membacanya, bisa langsung klik di sini, ya.
Kami jalan kaki menuju Gramedia. Aku haru banget waktu jalan di sepanjang jalan menuju Gramedia ini. Dulu, waktu masa-masa menyelesaikan skripsi, jalanan ini sering banget aku lewati. Aku paling suka kalau melewati jalan di kawasan Kotabaru ini ketika selesai hujan dan jalanan masih basah.
Rasanya damai sekali dan bisa membuatku semangat lagi mengerjakan skripsi.
Hati yang senang selalu hadir bersama gairah
Sampai di Gramedia, aku dan Shanum melihat-lihat buku yang terpajang di sana dan mengambil satu buku dongeng sebelum tidur. Shanum antusias sekali memilih buku yang ingin dibawanya pulang. Momen jalan berdua ini akan selalu kulakukan untuk tetap terhubung dengan Shanum secara memori dan emosional.
Setelah puas keliling Gramedia, aku dan Shanum lanjut berjalan mencari halte Trans Jogja. Memilih Trans Jogja juga dengan kesengajaan. Selain jalan kaki, menikmati perjalanan di Trans Jogja adalah wishlistku juga. Dulu aku suka naik Trans Jogja, karena selain murah meriah, banyak hal yang bisa kuamati di sana.
Wajah wajah orang yang pulang kerja dan ragam ekspresi lainnya bisa membuatku merasakan kesyukuran dan memahami orang lain
Meski bersyukur harusnya datang dan bersumber dari nikmat yang dirasakan sendiri, bukan dari keadaan orang lain, sesekali perlu juga untuk melihat keadaan orang lain untuk menumbuhkan empati.
Rute Trans Jogja dari halte Bank BRI di Jalan Cik Ditiro ke rumah itu cukup jauh dan berkeliling. Untung saja penumpang Trans Jogja tidak banyak dan sesak, sehingga AC masih terasa segar. Kami berhenti di Instiper dan melanjutkan perjalanan ke rumah dengan memanggil Abang Ojol lagi.
Hari itu, aku jadi semakin jatuh cinta dengan kegiatan jalan kaki. Jalan kaki membuatku sedikit melambat untuk melihat hal hal yang indah, yang mungkin selama ini ada namun karena dilalui dengan kecepatan yang tinggi, keindahan itu tidak terasa apalagi terlihat.
menguras energi fisik dapat membersihkan pikiran - Leo Babauta
Sekian cerita Mindful Walking #2, semoga bermanfaat ya Gengsss.