Seperti yang sudah saya paparkan di dalam review buku
Kitab Suci Kesatria Cahaya, bahwa menurut penulis buku ini, Paulo Coelho, setiap kita, setiap manusia memiliki sosok sang Kesatria Cahaya dalam dirinya.
Lalu, seperti apa sih sosok Kesatria Cahaya yang sebenarnya ada di dalam diri kita dan kita belum menyadarinya?
Nah, di tulisan kali ini, saya akan menuliskan beberapa isi dari Kitab Suci ini yang menarik untuk kita baca dan renungkan.
Seorang kesatria memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengajari dirinya sendiri.
"Aneh," kata sang kesatria cahaya dalam dirinya sendiri. "Aku telah bertemu dengan begitu banyak orang yang pada kesempatan pertama, mencoba memperlihatkan kualitas mereka yang paling buruk. Mereka menyembunyikan kekuatan dalam diri mereka di balik sikap kasar dan pemarah; mereka menyembunyikan rasa takut akan kesepian dibalik kesan percaya diri. Mereka tak percaya akan kemampuan mereka sendiri, namun tanpa henti menggembar-gemborkan kehebatan mereka."
Sang kesatria cahaya menangkap kesan-kesan ini dalam diri banyak laki-laki dan perempuan yang dia jumpai. Dia tidak pernah tertipu oleh penampilan-penampilan luar, dan dia tetap berdiam diri ketika orang-orang berusaha membuatnya terkesan. Dan dia menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki kesalahan-kesalahannya, sebab orang-orang lain telah menjadi cermin yang sangat baik baginya.
Seorang kesatria memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengajari dirinya sendiri.
Sebelum memulai pertempuran penting, kesatria cahaya bertanya pada dirinya sendiri, "Seberapa jauh aku telah mengasah dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ku?"
Sebelum memulai pertempuran penting, kesatria cahaya bertanya pada dirinya sendiri, "Seberapa jauh aku telah mengasah dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ku?"
Dia tahu bahwa dia belajar sesuatu dari setiap pertempuran, namun banyak dari pelajaran tersebut menimbulkan penderitaan yang tidak perlu. Lebih dari sekali dia telah membuang-buang waktu dengan bertempur demi sebuah dusta. Dan dia pernah menanggung penderitaan demi orang yang tidak layak mendapatkan cintanya.
Para pemenang tak pernah melakukan kesalahan yang sama untuk dua kali. Itulah sebabnya sang kesatria hanya mempertaruhkan hatinya untuk hal-hal yang memang layak di perjuangkan.
Setiap kesartia cahaya pernah merasa takut untuk terjun ke medan tempur.
Setiap kesatria cahaya pernah merasa takut untuk terjun ke medan tempur.
Setiap kesatria cahaya pernah, di masa lalu, membohongi atau mengkhianati seseorang.
Setiap kesatria cahaya pernah melangkahkan kaki di jalan yang bukan jalannya.
Setiap kesatria cahaya pernah menderita karena alasan-alasan yang paling sepele.
Setiap kesatria cahaya pernah, setidaknya sekali, meyakini bahwa dirinya bukanlah kesatria cahaya.
Setiap kesatria cahaya pernah gagal dalam menunaikan kewajiban-kewajiban spiritualnya.
Setiap kesatria cahaya pernah berkata "ya" ketika dia ingin mengatakan "tidak".
Setiap kesatria cahaya pernah menyakiti seseorang yang dia sayangi.
Itulah sebabnya ia disebut kesatria cahaya, sebab dia telah melalui semua itu namun tidak kehilangan harapan untuk menjadi lebih baik daripada dirinya yang sekarang.
Baca juga: (Review Buku) Kitab Suci Kesatria Cahaya
Bagi sang kesatria tidak ada cinta yang mustahil.
Bagi sang kesatria tidak ada cinta yang mustahil. Dia tidak takut akan keheningan, ketakacuhan atau penolakan. Dia tahu bahwa di balik sikap dingin yang diperlihatkan orang, ada hati yang penuh kehangatan.
Itulah sebabnya sang kesatria mengambil risiko lebih banyak daripada orang-orang lain. Tak henti-hentinya ia mencari cinta dari seseorang, meskipun itu berarti dia akan sering mendengar kata "tidak" dari mereka, pulang dengan jiwa-raga menanggung kekalahan dan perasaan ditolak.
Sang kesatria tidak membiarkan dirinya dikuasai ketakutan manakala dia sedang mengusahakan apa yang dia perlukan. Tanpa cinta, dia bukan siapa-siapa.
Kesatria cahaya adalah seorang yang percaya.
Kesatria adalah seorang yang percaya. Karena dia percaya pada mukjizat, maka mukjizat pun mulai terjadi. Karena dia yakin bahwa pikirannya bisa mengubah hidupnya, maka hidupnya pun mulai berubah. Karena dia merasa pasti bahwa dia akan menemukan cinta, maka cinta yang didambakannya pun muncul.
Kadang-kadang dia merasa kecewa, sekali waktu pun dia terluka. Kemudian ia mendengar orang-orang berkata "Dia terlalu lugu."
Tetapi sang kesatria tahu bahwa hal itu sudah layak dan sepantasnya.
Karena untuk setiap penaklukan, dia memiliki dua kemenangan.
Semua orang yang percaya, tahu hal ini.
Dalam pertempuran (kehidupan) yang di jalani manusia, ada banyak hal yang di temukan lalu pergi kembali. Tetapi setiap perjalanan memberikan pelajaran dan kesan. Manusia tidak ada yang sempurna. Selalu pernah tercebur ke lembah hitam dan jurang yang curam. Tapi, bukankan tugas manusia tidak untuk menikmati kekalahan itu semua? Selalu ada cara untuk Bangkit.
Benar kata orang bijak, bahwa perjalanan terjauh adalah perjalanan menuju diri sendiri.
Sekian duluuuu, untuk menikmati isi dari Kitab Suci ini, sila di baca bukunya. Heheheu.