Malas, Sebuah Seni Mempercepat Sukses.





Apaaaa??? Malas???? Serius????

Yaps. Serius dong. Selama ini kita diajarkan untuk bekerja keras supaya sukses, supaya apa yang kita inginkan bisa ada dalam genggaman, kita harus kerja keras. Kerja keras adalah harga mati yang tidak bisa lagi ditawar. Kerja keras adalah kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah, tidak kenal lelah sebelum apa yang ditargetkan berhasil didapatkan. 

Apakah harus selalu kerja keras untuk bisa mendapatkan apa-apa yang diinginkan? Jawabannya adalah tidak. Kita tidak perlu kerja keras untuk mendapatkan itu semua. Oke, mungkin tulisan ini akan membuat kalian bertanya-tanya, sedikit saya jelaskan tentang sesuatu dalam diri manusia yang sebenarnya kunci dari performa terbaiknya, dalam hal apa pun. 

Kisah ini diangkat dari seorang komandan tentara Jerman, Jendral vont Moltke yang membagi prajuritnya dalam empat jenis sesuai dengan ciri mental dan fisiknya. Pertama adalah mereka yang memiliki mental bodoh, dan secara fisik mereka pemalas. Kedua adalah mereka yang memiliki mental cerdas dan secara fisik gesit. Ketiga adalah mereka yang bermental bodoh, namun gesit secara fisik. Keempat adalah mereka bermental cerdas dan malas secara fisik. 

Dalam pembagian tugas, Jendral vant Moltke memberikan tugas yang paling ringan, sederhana, rutin dan tidak menantang pada prajurit yang memiliki mental dan fisik pemalas. Prajurit dengan mental cerdas dan gesit dinilai Jendral vant Moltke sebagai orang yang selalu terobsesi dengan manajemen mikro, sehingga mereka akan menjadi pemimpi yang payah. Manajemen mikro adalah di mana pemimpin terus menerus mengamati, mengendalikan, mengingatkan bawahannya. 

Prajurit yang bermental bodoh dan bertubuh gesit dianggap sangat berbahaya oleh Jendral vant Moltke, karena mereka akan bekerja dan berbicara serampangan dan terus membuat masalah, sehingga perlu pengawasan yang tinggi. Prajurit jenis ini akan lebih baik dipecat dan tidak masuk dalam tim. 

Prajurit dengan mental cerdas dan fisik pemalas, bagi Jendral vant Moltke layak menduduki jabatan tertinggi. Karena mereka cukup pintar untuk melihat apa yang harus dilakukan, namun karena termotivasi dengan rasa malas, mereka akan mengambil jalan yang paling mudah, ringkas dan singkat untuk memperoleh keberhasilan. 

Jadi, harusnya hidup itu yang bagaimana sih?

Bermainlah. 

Jalani hidup sebagai permainan. Agar kita sampai pada puncak kesuksesan, kita harus memahami tentang permainan, kekonyolan dan gelak tawa. Coba deh, ketika melakukan kesalahan dan kita mampu menertawakan diri kita yang konyol, mungkin kita tidak akan pernah bertemu dengan menyalahkan diri sendiri, yang ada kita bisa belajar dari kesalahan, kekonyolan dan siap melanjutkan hidup.  

Jadi, berhentilah bekerja dan mari bermain-main hahaha. Bukan berarti kita harus hengkang dari pekerjaan kita sekarang ya, tapi selesaikanlah pekerjaan kita dengan mengubahnya menjadi permainan. Pekerjaan kita harus menyenangkan dan melahirkan bahagia. 

Kenapa dengan menjadikan pekerjaan sebagai permainan? Karena ketika bermain, artinya kita membiarkan pikiran kita mengalir tanpa hambatan, kita bebas bereksplorasi, mencoba, eksperimen, mengambil risiko, membuat sesuatu, menuntaskan, tanpa kita khawatir akan ditolak, tidak berhasil, tidak disetujui. Ditolak, tidak berhasil, dan tidak disetujui adalah hal yang paling ditakuti kan, dalam bekerja keras?

Menikmati Permainan.

Setelah bermain, ya harus enjoy the game! Nah, di awal saya menyinggung tentang kemalasan yang melahirkan sukses, agar kemalasan berbuah sukses, kita harus bisa kreatif. Kreativitas bisa didapatkan dari sikap bermain-main. Orang-orang yang menikmati apa yang sedang dilakukannya selalu dipenuhi oleh ide-ide segar dan menikmati permainan akan menciptakan kesenangan. 

Ada empat tips bagaimana agar kita bisa menikmati permainan. 

- Mengganti aturan dan target yang mengikat dengan memberikan kebebasan untuk bertindak kreatif dalam kerangka nilai dan tujuan yang sama. Misalnya tujuan kita adalah menjadi blogger profesional, ya kalau kita kerja keras untuk itu kita akan cepat merasa bosan, kesal karena merasa masih jauh dari target dan nggak jarang ada perasaan ingin stop ajaaaaa. coba beri kebebasan pada diri, menikmati permainannya, justru kita akan lebih kreatif dan belajar banyak hal. nilai dan tujuannya tetap sama, yaitu menjadi blogger profesional, tapi cara kita menjalaninya berbeda dan lebih menyenangkan.

- Jangan kritik dan lecehkan gagasan-gagasan yang buruk. kita harus menciptakan suasana yang nyaman dan memberdayakan, kedua hal ini akan memberikan ruang untuk kreatif. bukan tidak boleh mengkritik ya teman-teman, kritikan sanat penting, tapi perhatikan kata-katanya.

- Ciptakan budaya di mana kamu dan orang lain bisa menjadi dirinya sendiri. 

- Jangan terlalu menekankan logika, logika bisa melumpuhkan kreativitas.




 Selaraskan inner game dan outer game.

Tim Gallwey, seorang  tennis coach sering memperhatikan muridnya ketika mereka berlatih dan menunjukkan performa terbaiknya. Ia penasaran kenapa atlet bisa bermain dengan baik di satu waktu dan buruk di waktu lainnya. Akhirnya ia menemukan tentang konsep inner game dan outer game. Bila seorang atlet mampu mengelola inner gamenya, maka saat itu ia berada pada performa terbaiknya. 

outer game adalah permainan di luar diri kita. Bagaimana kita menghadapi hal hal di luar diri. Sedangkan inner game adalah permainan dalam diri kita, yang meliputi kemampuan mengelola mental, percaya diri, mengatasi kecemasan dan lain-lain. Inner game akan mempengaruhi outer game kita. 

Misalnya dalam dunia blogging, outer game adalah bagaimana teknik penulisan, gaya bahasa, kemampuan marketing konten, kemampuan desain, dan lain-lain. Sedangkan inner gamenya seperti rasa percaya diri, kemauan untuk belajar, peka melihat peluang, senang melakukan kegiatan blogging, dan lain-lain. Jika hanya outer game saja, maka ya seperti yang sudah saya singgung di atas, kita akan cepat bosan, menyerah dan tidak sampai pada performa tertinggi. 

Outer game tidak akan menghasilkan penguasaan yang mastery, dan penguasaan mastery bisa dihasilkan jika inner game dan outer game bisa selaras. 

Bagaimana kita tahu keselarasan keduanya? 

Keselarasan keduanya bisa dilihat dari pernyataan yang sering kita lontarkan, misal " Aku tahu apa yang harus kulakukan supaya konsisten menulis, hanya saja aku kesulitan melakukannya".

Pernyataan sejenis ini, mencerminkan ketidakselarasan dan mencerminkan ketidakmampuan diri memunculkan sisi kelebihannya. 

Jadi, untuk mempercepat sukses kita perlu membiarkan diri bermain-main, menikmati permainan dan malas. Jangan pernah berpikir bagaimana harus mencapai target-target kita terlalu lama, rumit, keras dan dalam. Dan jangan juga bekerja keras untuk itu. 

Mulailah untuk membiarkan diri mengikuti alur dari target dan hidup kita. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, pergilah ke mana kaki ingin melangkah, jangan membatasi diri dengan hal-hal yang belum tentu benar. Kesadaran seperti ini akan membawa kita pada performa terbaik, membawa pada kesenangan dan hal yang paling diimpikan. 

Sejatinya ketika kita menginginkan sesuatu, ketika ingin menjadi seseorang yang seperti apa, di dalam diri kita sudah tersedia semua sumber daya untuk menjadikan kita pribadi yang kita idam-idamkan. 

Belajar terus, dari mana saja, dari siapa saja, eksplorasi diri dan berbahagialah. Hidup cuma satu periode kan, nggak tahu pula kapan berakhirnya, masa mau dihabiskan dengan kerja keras. Jadilah cerdas, kreatif dan malas hehehehew.

15 Comments

  1. Tulisan yang menginspirasi dan banyak benarnya. Selama pengalaman bekerja, saya lihat orang-orang yang banyak tertawa dalam menjalani pekerjaan, adalah orang-orang yang sukses dalam pekerjaannya. Mereka menjalankan pekerjaan dengan pencapaian yang besar, tapi terlihat seperti sedang bermain-main. Bercanda tawa dalam meeting mengenai hal-hal serius, membuat pekerjaan terasa ringan dan menimbulkan mind-set "can-do" yang besar. Terkadang saya bertanya, kapan kerjanya, kok kaya main-main terus.. tapi ternyata mereka bekerja dengan serius, tapi menciptakan suasana santai yang mengeliminasi bahkan menghilangkan kepenatan.

    BalasHapus
  2. oh wow, speechless. tulisan yang inspiratif. let the body stand up, and take a deep breath

    BalasHapus
  3. Bermental cerdas dan malas secara fisik menjadi jurus paling jitu mempercepat sukses. setuju!. Cuma bagi sebagian orang yang gak tamat sekolah dasar dan juga semangat secara fisik biasanya juga memiliki potensi. Karena tidak tamat sekolah gak ada yang mau mempekerjakan dan jalan satu-satunya adalah menjadi wirausaha.
    Beberapa pengusaha yang aku tau juga begitu, tak paham IT, pemasaran dan juga ilmu managemen. Semangatnya yang menggebu menjadikan pengalaman kegagalan menjadi guru terbaiknya.

    BalasHapus
  4. Whoaa nice artikel kak! Tulisannya cukup inspiratif sekali

    BalasHapus
  5. Kalau dulu saya bimbel, malas itu Oke, asal dibarengi kreatif. Tanpa orang-orang malas, inovasi itu sulit berkembang.

    Dan buat yang gak malas, kita di suruh buat latihan dan drill terus-terusan buat mencapai mastery.

    Nice writing kak

    Nadiar
    nadiar.id

    BalasHapus
  6. Setuju kak. The point is how we can enjoy our job. Nggak perlu terlalu ngoyo, kalau nggak bisa lewati dulu sambil cari jalan keluar. Hahaha.. 😉

    BalasHapus
  7. menarik banget, tapi emang bener sih kak. yang penting menurut aku adalah bagaimana kita kenal dan terus mengasah potensi dalam diri kita

    BalasHapus
  8. Sungguh mencengangkan, akhirnya yg menjadi pemimpin adalah orang cerdas dengan fisik pemalas. Saya sering mendapati banyak pekerja yg sok rajin dengan mengambil ranah pekerjaan yg bukan bidangnya, mungkin agar terlihat sebagai staff teladan dan serba bisa. Saya kembali diingatkan setelah membaca postingan ini, pernah ada salah satu dokter terkenal di Indonesia, beliau pernah berkata "untuk menjadi mahir di satu jurusan kedokteran, itu membutuhkan waktu lebih dari 70 tahun".

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Setuju. Sesuai dengan buku saya "Bersegeralah" malas itu diperlukan. Dan malas yang utama adalah "malas untuk bermalas malasan."

    Lalu berusaha mencari cara yang lebih efisien.

    BalasHapus
  11. Keren tulisannya, ngena banget. Outer game dan inner game memang harus seimbang Yaa, keduanya harus saling support.

    BalasHapus
  12. Masalahnya dari kecil kita diajarkan agar kerja keras. Belakangan muncul kerja cerdas tapi terperangkap dalam jebakan investasi bodong. Piye tha.

    BalasHapus
  13. wkwkwk, kreatif nih kak judulnya, pertama saya langsung mengernyitkan dahi
    Setelah membaca isi artikelnya barulah paham. Nikmati saja bebaskan pikiran untuk berkrasi, think out of the box, kebanyakan seperti ini sih orang-orang yang sukses itu

    BalasHapus
  14. hidup dengan cara yang santui dan bisa menikmati adalah impian semua orang

    BalasHapus
  15. Melakukan apa yang ingin dilakukan yaa.. hmm baiklah

    BalasHapus