Perempuan, Pendidikan, dan Stigma Masyarakat



"Ngapain sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya kamu akan bekerja di dapur, kasur dan sumur."

"Jangan sekolah tinggi-tinggi ah, nanti nggak ada cowok yang mau sama kamu, minder mau dekatin, kamunya kepinteran." 

Saya yakin, bukan hanya dua kalimat ini yang sering masuk ke telinga perempuan ketika dirinya hendak meneruskan jenjang pendidikan dan sekolah. Sudah 2021, informasi sudah mudah diakses dari genggaman saja bahkan. Tetapi pemikiran seperti dua kalimat di atas masih saja ada dan terus terngiang di telinga. 

Apakah kalian juga salah satu sasaran yang pernah dilontarkan kalimat tersebut? Kalau iya, yuk kumpul di sini. 

Adalah perempuan yang selalu dibatasi geraknya. Tidak boleh terlalu pintar, juga jangan bodoh-bodoh amat. 

Tidak boleh terlalu cantik, karena sumber fitnah, tapi jangan jelek, karena tidak bisa dibawa ke tengah. Harus merahasiakan cintanya, hanya menunggu dipilih dan tidak bisa memilih laki-laki yang akan dinikahi, diberi label perempuan pemilih dan dikatakan jauh dari jodohnya jika terlalu pilih-pilih laki-laki.

Jangan menggunakan riasan yang tebal, karena terlihat tua, jangan juga tidak menggunakan riasan supaya enak dipandang. 

Beriaslah secara natural, jangan menor. Dan segudang aturan serta jangan lainnya.
 
Ketika laki-laki pencapai puncak kariernya, mereka disanjung dan diidam-idamkan. Ideal katanya.

Terbalik dengan perempuan, dicap tidak memikirkan keluarga, dan keluar dari kodratnya.

Rasanya, yuk sama-sama kita meluruskan pandangan tentang perempuan, pendidikan dan stigma masyarakat.

Baca Juga : Relawan, Makna, Pelajaran, dan Suka Dukanya

Perempuan Belajar Untuk Dirinya Sendiri

Perempuan belajar bukan untuk siapa-siapa, termasuk bukan untuk calon suami yang akan memilihnya menjadi pasangan. Perempuan belajar untuk dirinya sendiri. 

Untuk memudahkan kehidupannya, karena dengan ilmu dan pengetahuan kita bisa cukup sedikit terbantu dalam menyelesaikan permasalahan hidup ini, untuk menjadikannya perempuan yang berdaya dan tentu saja untuk mempertebal dompet. 

Tidak perlu diberi label yang aneh-aneh, karena ingat, perempuan belajar untuk dirinya. 

Toh, jika perempuanmu itu banyak tahunya, tentu akan mudah diajak untuk berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan hidup ini. Jadi jangan takut. 
\
Di zaman yang semakin huru -hara ini, perkembangan teknologi dan kehidupan semakin cepat berkembang pesat. Jadi, yuk berkembang juga pandangannya. 


Pekerjaan Pilihan

"Ingin menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga?"

Pertanyaan yang kerap menyapa perempuan terkait pekerjaan pilihannya. Perempuan sering sekali dibimbangkan dengan pilihan-pilihan dalam hidupnya.

 Termasuk ketika perempuan sudah menikah, terlebih sudah memiliki anak. 

Apakah mungkin dan bisa memiliki karier yang bagus sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang baik. Jawabannya tentu bisa. 

Multitasking memang sering dilakukan oleh perempuan, karena otak perempuan bisa membagi fokusnya pada beberapa hal. 

Adapun perempuan yang memilih menjadi wanita karier dan ibu rumah tangga sekaligus, tentu memiliki risiko-risiko. 

Misalnya terkadang ia harus memilih antara urusan rumah tangga atau urusan kantor. 

Perempuan dengan segudang mimpinya, ingin memiliki bisnis ini dan ingin bekerja di  perusahaan impian. 

Ingin menjadi ibu rumah tangga saja, atau bekerja dari rumah. 

Perempuan tidak lantas dilabeli macam-macam karena pekerjaan yang ia lakoni dan pilih. 

Baik memilih bekerja ataupun menjadi ibu rumah tangga, tidak mengurangi kualitas dan kehormatan perempuan. 

Semua itu tergantung pilihan, prioritas, dan ruang yang dipilih perempuan. Setiap perempuan tentu berbeda-beda keinginan dan standarnya. 

Jadi, berhentilah membandingkan pekerjaan yang dipilih perempuan. Cukup beri dukungan terhadap pilihannya, tanpa melabelinya dengan stigma yang buruk. 

Perempuan bebas mengekspresikan perannya dalam masyarakat.  


Female Misogyny 

Female misogyny  adalah istilah untuk tindakan di mana perempuan menjatuhkan perempuan lainnya. Female  misogyny kian sering kita dapati, di dunia nyata dan juga di dunia maya. 

Misogini adalah ketidaksukaan terhadap perempuan. Pelaku misogini tidak hanya datang dari kalangan pria, juga dari kalangan perempuan itu sendiri. 

Cukup memprihatinkan, di mana perempuan sering menjadi objek yang disakiti dan dirugikan, bukannya mendapat penguatan dari sesamanya justru mendapatkan makian dan kata-kata menyakitkan.
 
Dewasa ini, biasanya ada tiga perilaku female  misogyny yang menimpa perempuan yaitu ketika perempuan mengkritik keputusan perempuan lain yang tidak sejalan dengannya.

Saya cukup sering menyaksikan hal ini, biasanya pelaku menyerang keputusan korban untuk membenarkan keputusannya. 

Seolah keputusan dan pilihan dia adalah yang terbaik dan memang seharusnya perempuan memilih pilihan yang sama dengannya. 

Sekali lagi, apa pun pilihan orang lain, tentu sudah dipertimbangkan dengan matang dan baik oleh orang tersebut. 

Jika memang pilihannya berbeda dengan pilihanmu, wajar saja. Kamu bukan dia, dan dia bukan kamu. Apa yang terbaik bagi kalian tidak sama. 

Jadi, sudahilah menampar muka sendiri dengan membanggakan pilihanmu dan menjatuhkan pilihan orang lain. Kamu tidak akan menjadi keren karena hal itu. 

Lebih baik dan harmonis lagi untuk saling mendukung dan berempati pada pilihan perempuan di sekitarmu. Kamu tidak akan rugi melakukannya.

Body Shaming dan Bulliying

Kedua hal ini amat sering dilontarkan perempuan kepada perempuan lainnya. Belakangan ini, jika teman-teman mengetahui tentang body shaming yang dilakukan seorang Selebgram kepada seorang Artis. 

Sang Selebgram tampak bingung dengan standar kecantikan yang digunakan di Indonesia, sehingga ia mengatakan kenapa bisa wajah sang Artis disebut-sebut sangat cantik. 

Standar kecantikan amatlah luas dan beragam. Kamu akan pusing dan bingung jika mengikutinya.

Contoh saja bentuk alis zaman dulu dengan alis zaman sekarang, tentu beda bukan? 

Lalu bentuk alis  mana yang cantik? Kamu tidak bisa mengatakan salah satu dari dua bentuk alis itu jelek, karena pada masanya, bentuk tersebut adalah bentuk alis yang paling cantik di zamannya. 

Standar kecantikan di setiap negara pun berbeda-beda, jadi sudahilah kesibukan mengurusi kecantikan perempuan lain dengan standar kecantikan yang kamu imani. 

Setiap perempuan tentu sudah pasti cantik, kalau tidak artinya dia laki-laki

Perilaku body shaming antar- perempuan memang sudah layaknya dihentikan. Pelaku dan korban sesama perempuan, yang tentu memahami perasaan satu sama lain jika mendapatkan perilaku tidak menyenangkan, jadi untuk apa saling merundung?

Women Support Women


Perempuan sudah saatnya saling mendukung dan melindungi. 

Sudah cukup perempuan mendapatkan perilaku dan stigma yang buruk. Saatnya saling merangkul, menghargai setiap keputusan masing-masing dan bergandeng tangan untuk perubahan. 

Yuk, saling mendukung dan menebar kedamaian. 

11 Comments

  1. "Ngapain sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya kamu akan bekerja di dapur, kasur dan sumur."


    Mbak. Bener banget ini yang Mila dapat saat Mila masuk ke SMA dan keperguruan tinggi. Nuhun ya sharingnya. Semoga banyak orang diluar san membaca tulisan ini

    BalasHapus
  2. Jujur aku bingung zaman udah modern seperti ini tapi masih ada aja yang suka komen “Jadi perempuan jangan sekolah ketinggian, nanti nggak ada yang mau” Like whatt?? Ya berarti laki-laki itu ga pantas lah jadi pendamping perempuan hebat :D

    BalasHapus
  3. Saya juga termasuk yang nggak setuju perempuan harus diem di rumah, jangan sekolah ketinggian, gak boleh punya pilihan sendiri. Soalnya bakal lebih asik kalo laki-laki sama perempuan bisa sharing banyak hal. Nggak dikurung stigma A, B, C, atau Z. Perempuan juga berhak punya pilihan dan memilih yang menurut mereka baik :)

    BalasHapus
  4. Bagiku, perrmpuan karir, perempuan berpendidikan maupun ibu rumah tangga sekali pun. Adalah bentuk apresiasi diri seorang perempuan.


    Jadi gakmgak mau jadi apa. Yang penting bisa mengapliakiskan versi terbaik dirinya

    BalasHapus
  5. Setelah membaca artikel ini, wawasan Teddy untuk menghargai & memuliakan perempuan semakin bertambah. Memang seperti yang tertulis di atas Kak, stigma negatif kerap disematkan pada perempuan.

    Padahal mereka punya pilihan sendiri pada situasi dan kondisi tertentu. Yang semakin membuat prihatin adalah ketika mereka tidak hanya diserang oleh Lawan jenisnya tapi juga sesama jenisnya juga saling merendahkan.

    BalasHapus
  6. ini artikel ngena banget mba. selalu menebar kebaikan dan kedamaian untuk semua gender deh pokoknya

    BalasHapus
  7. Ini jadi perbincangan yang selalu hangat ya. karena banyak yg related dengan kondisi seperti ini. Cuman kadang2 juga disalahgunakan. padahal fitrahnyaa memang jelas berbeda, untuk pendidikan dan stigma sih aku setujuu bahwa perempuan punya hak yang sama. thanks remindernya mbaa

    BalasHapus
  8. Women supporting women itu harusnya jangan jadi slogan aja ya Kak karena pada kenyataannya pelaku perundungan atau yg suka nyinyir malah sesama perempuan. Yuk yuk, benar2 harus saling support

    BalasHapus
  9. Sampai saat ini stigma masyarakat emang masih gabisa diubah. Buat apa sekolah tinggi-tinggi? Aku merasakan manfaatnya banget, terutama buat anakku. Anak cerdas lahir dari rahim ibu yang cerdas bukan?

    BalasHapus
  10. itulah kenapa Islam hadir, gunanya untuk mengangkat harkat dan martabar wanita yang dahulu hanya dipandang sebelah mata dan kerap direndahkan dimasyarakat masa itu..

    Nice sharingnya mbak..

    BalasHapus
  11. Bener tuh mengenai Bener tuh mengenai Female Misogyny, soalnya Di lingkungan pertemanan gw ada perempuan yang saling menjatuhkan perempuan dengan alasan yang tidak masuk akal

    BalasHapus