The Daily Walks
  • Home
  • Lifestyle
  • Beauty
  • Travel
  • Hotel
  • Cafe&Culinary




Ketika membaca buku karya Jhon Grey, ada bab yang menarik untuk di gunakan sehari- hari yaitu tentang menulis surat cinta untuk diri sendiri. Menulis tidak hanya sekedar merangkai kata- kata menjadi kalimat yang layak di baca. Menulis juga dapat menjadi media terapi penyembuhan diri. 


Dulu, kita sering sekali menuliskan kejadian setiap hari dalam buku diary, apakah masih ingat bagaimana perasaan setelah menuliskannya?
Lega bukan?.

                   Baca juga:  Hidup Bukan Perlombaan; Akibat Lirik-Lirik Media Sosial


Menulis surat cinta merupakan cara yang aman untuk mengungkapkan perasaan- perasaan yang ada dalam diri seseorang. Perasaan- perasaan yang tidak terselesaikan, penolakan, keinginan- keinginan, perasaan negatif, perubahan, dan lain-lain. Dengan menuliskan perasaan- perasaan tersebut dalam bentuk surat cinta, kita telah mendengarkan perasaan- perasaan dan memperlakukannya secara bijaksana. Menuliskan surat cinta mungkin tidak bisa seketika memperbaiki suasana hati, tapi dengan menuliskannya akan membantu untuk memahami apa yang kita mau dan butuhkan.

Latihan ini berguna untuk membantu menyuarakan apa yang ada di dalam perasaan tanpa takut disalahkan, dihakimi dan tidak di dengarkan, membantu melepaskan marah, mengatasi kecemasan serta dapat memberikan dan menerima ampunan kepada diri sendiri.
Tidak ada ketentuan untuk berapa kali menuliskan surat cinta ini, namun sempatkanlah menulisnya satu kali dalam sepekan, atau jika sudah merasakan sesuatu yang merisaukan , duduklah, lalu tulis surat cinta untuk dirimu sendiri.

Dalam menuliskan surat cinta ini, ada 5 emosi yang harus dikeluarkan, yaitu marah, sedih, rasa takut, penyesalan, dan rasa cinta.

Formatnya seperti ini dibawah ini.:


Versi panjang.

Dear, My Self…
  1. Marah
  • Aku tak suka…
  • Aku merasa putus asa…….
  • Aku marah karena……..
  • Aku kesal…..
  • Aku ingin……
  1. Sedih
  • Aku kecewa…….
  • Aku sedih…..
  • Aku terluka…….
  • Aku ingin…….
  • Aku mau…….
  1. Rasa takut
  • Aku cemas…….
  • Aku khawatir……
  • Aku takut…….
  • Aku tak ingin……….
  • Aku perlu……
  • Aku mau……
  1. Penyesalan
  • Aku malu…..
  • Aku menyesal…….
  • Aku tak ingin…….
  • Aku ingin……..
  1. Cinta
  • Aku cinta……
  • Aku ingin…….
  • Aku mengerti…….
  • Aku memaafkan……….
  • Aku menghargai………..
  • Aku berterima kasih padamu karena….
  • Aku tahu…….
Versi singkat :

Dear, My Self…

Aku menuliskan surat ini untuk menyampaikanperasaan- perasaanku padamu.
Aku sangat marah…..
Aku sedih…….
Aku takut…..
Aku menyesal…..
Aku cinta…….

Marah, sedih, takut, menyesal dan cinta adalah emosi yang didengarkan dan dirasakan dari dalam diri hasil dari refleksi.



P.S : Jawaban  yang ingin aku dengar darimu
(berisi kata- kata positif dan jawaban atas ungkapan diatas, dari diri sendiri untuk diri sendiri)

Selamat Mencoba!!!!!!!







Selama masa pandemi ini ruang gerak kita semakin terbatas dan kegiatan yang bisa kita lakukan juga terbatas. meskipun sudah memasuki new normal, tetap saja rasa khawatir akan terpapar virus Corona tetap menghantui. beberapa aktivitas kita juga sudah berjalan kembali seperti sebelum pandemi, selama pandemi ini, kalian paling rindu kegiatan apa sih, Guys?

Kalau aku, kegiatan relawan menjadi salah satu kegiatan yang kurindukan. Biasanya sebelum pandemi, aku rajin mengikuti kegiatan relawan di komunitas-komunitas sosial, mulai dari mengajar, mengantarkan paket buku beasiswa, observasi dan seleksi penerima beasiswa, sampai menemani teman-teman kecil berobat di R.S. Sardjito. 

Meskipun sekarang banyak juga relawan-relawan yang bisa dilakukan secara daring, tapi tetap saja rindu untuk turun langsung ke lapangan tanpa khawatir dan bebas bernafas tanpa masker, hahaha. 

Kenapa menyukai kegiatan relawan?

Aku suka mengikuti kegiatan relawan karena dari kegiatan tersebut aku bisa belajar banyak hal. Misalnya belajar empati, sosialisasi, melatih peduli, dan banyak deh pelajaran-pelajaran yang didapatkan dalam kegiatan relawan. 

Tentunya pelajaran tersebut tidak ada di bangku kuliah. Mengikuti kegiatan relawan bermula dari Muslimah Hijab Day di Gunung Kidul, di sana aku dan teman-teman relawan lainnya mengadakan pengajian dan berakhir dengan membagikan hijab dan kaos kaki kepada sesama Muslimah yang membutuhkan. 

Hmmm, melihat senyum di wajah para Muslimah yang mendapatkan hijab tersebut membuat rasa capek hilang dan ada kepuasan tersendiri bisa membantu orang lain. Dari kegiatan tersebut, aku mulai aktif mencari kelompok-kelompok sosial untuk mendaftar jadi relawan. 

Setelah mendapatkan beberapa akun instagram kelompok sosial tersebut, aku mulai menghubungi adminnya dan menanyakan kapan mereka membuka lowongan relawan dan dibidang apa kelompok mereka bergerak. 

Pernah menjadi relawan di mana saja?

Sejauh ini aku pernah mengikuti kegiatan relawan di 5 lembaga. Kegiatan setiap lembaga bermacam-macam dan memiliki karakteristik juga budaya yang berbeda-beda. Kedua hal ini sempat membuatku terkejut di awal-awal mengikuti kegiatan relawan, dan malah menjadi hal yang paling aku suka dari kegiatan tersebut. 

Jadi ingat, setiap memasuki semester baru, aku mulai berselancar di instagram mencari lembaga mana yang sedang membutuhkan relawan. Tak jarang juga aku mengirim pesan pribadi kepada lembaga-lembaga yang arah perjuangannya sesuai dengan minatku. 

Setiap perjalanan memiliki makna

Kalimat itulah yang sering terlintas di pikiranku ketika sepulang dari kegiatan relawan. Selalu ada rasa senang dan terharu ketika bertemu dengan orang-orang baru yang kujumpai di lokasi penempatan relawan. 

Salah satu momen yang paling berharga adalah ketika aku mengikuti kegiatan Home Visit Relawan dari Lembaga Hoshizora kepada peserta didik yang berprestasi namun dalam keadaan ekonomi sulit. Mengunjungi rumah ke rumah dengan cerita harapan orang tua pada anak-anaknya. 

Perjalanan ini menamparku sepanjang jalan pulang. Melihat bagaimana semangat dan usaha adik-adik bintang dan orang tuanya bekerja sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan akses belajar di tengah keterbatasan ekonomi. 

Pendidikan sendiri adalah salah satu pisau pemutus garis kemiskinan dan modal dasar untuk mencapai pencerahan. 

Kegiatan inilah yang paling kurindukan selama pandemi menyerang, sekarang sudah banyak juga kegiatan relawan yang diadakan secara online, aku juga sudah pernah mencobanya dan terlibat dalam satu campaign kesehatan mental.

Meskipun online, kegiatan relawan tetap memberikan nilai, pelajaran dan dampak positif bagiku. Yuk, rajin bergabung menjadi relawan, dan rasakan perubahannya pada dirimu. 



Halo teman tumbuh!

Dua hari yang lalu aku baru saja menyusun kembali buku-buku yang aku kirim dari Jogja. Setelah menyelesaikan urusan skripsi, aku langsung mengirim buku-bukuku ke kampung halaman. Rencana awal sih karena aku mau menetap di daerah setelah selesai kuliah, tapi tampaknya aku akan kembali lagi ke Jogja. 

Buku-bukuku sampai dengan selamat, meskipun ada beberapa yang tertekuk, huuu sedih sekali. Agar tidak terlalu lama bersempit-sempitan di dalam kardus, aku mengeluarkannya dan menyusunnya di rak buku. 

Setelah semua buku tersusun, kupandangi lagi buku-buku yang sudah menemani hari-hariku di Jogja. Menemani saat galau sebulan suntuk karena bingung sama masa depan. Waktu itu aku tidak keluar kamar kecuali untuk dua keperluan, makan dan ke kamar mandi.

Aku menghabiskan waktuku dengan membaca, menulis, mencari-cari role model yang harus aku contoh, dan tentu saja minum kopi. 

Buku-buku yang tersusun rapi di rak itu berasal dari sumber kegelisahanku. Aku membeli mereka karena mereka sesuai dengan apa yang saat itu ingin aku tahu, atau buku itu perlu menolongku untuk mengatasi sesuatu dalam diri. 

Kalian biasanya membeli buku berdasarkan apa? Karena sedang ramai dibaca, karena penulisnya adalah penulis kesayangan kalian, atau karena alasan apa? Share ya di kolom komentar, hihihi. Kalau aku membeli mereka karena buku menjadi tempatku mencari dan mendapatkan pencerahan. 

Jadi tidak heran, kalau buku yang tersusun di rak bukuku adalah buku yang menjadi jawaban dari kegelisahanku. Kini, saat jumlah mereka sudah banyak, aku suka mengingat kembali tentang kenapa buku itu aku beli, dan saat itu aku sedang mengalami masalah apa. 

Dari sekian banyak mereka, ada lima buku yang menjadi favoritku. Meski tidak hanya lima, tapi kali ini akan kuberi tahu lima saja. 

Baca juga : 4 Barang Wajib di Tas Saat Bepergian

Perempuan di Titik Nol


Buku bersampul merah tulisan feminis Mesir, Nawal el Sadaawi ini merupakan buku karangan beliau yang pertama kubaca. Aku membelinya karena penasaran dengan perempuan Mesir dan isu gender di sana. 

Perempuan di Titik Nol membuat aku pilu sekaligus bangga. Pilu karena begitu kejam orang-orang di sekitar Firdaus dalam memperlakukan perempuan dan bangga karena Nawal el Sadaawi begitu hebat dalam mengejar informasi untuk menciptakan buku ini. 

Buku ini juga membuatku tidak mudah sembarang menghakimi keputusan orang lain, sekalipun keputusan tersebut jauh dari nilai yang kupercayai, dan penting melihat alasan dibalik keputusan tersebut. 

Ketika membaca buku Perempuan di Titik Nol, aku merasa emosi dengan kisah Firdaus, seorang perempuan malam kelas kakap di Mesir. Membuatku tahu di dunia banyak kisah-kisah kejam yang serupa dan harus memiliki ketegasan untuk mengatasinya.




Soul Healing Therapy


Buku ini ditulis oleh Irma Rahayu, seorang Soul Healer dan pendiri Emotional Healing Indonesia. Buku kecil ini banyak sekali memberi pemahaman bagaimana mengatasi rasa sedih dan putus asa. 

Bab pertama dari buku ini cukup menohok bagiku. Isinya adalah sering kali kita ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai keinginan kita dengan marah-marah. Padahal marah-marah itu tidak menyelesaikan masalah. 

Aku dulu banget lah kalau begitu. Dulu sebelum membaca buku ini, ketika ada hal yang tidak sesuai harapanku, atau ada hambatan yang menghambat jalanku, pasti aku mengatasinya dengan marah-marah dahulu. Bukannya masalah tersebut selesai, malah bertambah besar. 

Dari buku kecil yang hebat ini aku belajar untuk menarik nafas sebelum memberikan respon terhadap sesuatu yang kita tidak suka dan berfokus pada solusinya. Bukan diawali dengan marah-marah. 

Next buku ini akan kuulas di blog ini, tunggu ulasannya yahhhhh!!!!!!



Baca juga : 5 Tempat Liburan Favorit di Jogja

Amor Fati

Amor fati berarti cintai takdirmu. Buku bersampul biru tosca dengan gambar bunga dendelion ini banyak sekali mengubah cara pandangku. Hal pertama yang dibahas adalah tentang pekerjaan dan usia dewasa. Kedua hal yang saat membeli buku ini menjadi penyebab galauku. 

Pekerjaan dalam pandanganku waktu itu adalah sekadar menukar waktu dengan uang dan bagaimana waktuku bertukar dengan uang dengan cepat. Namun pekerjaan tidaklah sesederhana itu. Rando Kim, penulis buku ini mengatakan selama pekerjaan tersebut membuatmu berkembang maka ia layak dijalani. 

Bekerja bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang perkembangan pribadi, skill dan pengetahuan. Tidak ada yang lebih nikmat selain melihat dirimu terus berkembang setiap saat, begitu petuahnya. 

Pun usia dewasa, tidak semua orang menua dengan mental yang dewasa. Dewasa didapat dari rintangan yang dihadapi dalam hidup, bukan dari perkuliahan atau pun pergantian usia di setiap tahunnya. 

Selain itu buku ini juga mengajak untuk mencintai takdir. Takdir, sesuatu yang misteri, sesuatu yang apabila terjadi sesuai dengan keinginan bisa membuat bahagia tak kepalang, jika terjadi tak sesuai keinginan bisa menjadi perundungan terdalam. 

Masalahnya adalah sesuai atau tidak, takdir tetap ada dan terjadi. Kita yang menjalani tidak hanya harus menerima saja, juga mencintai. 

Aku sudah menuliskan tentang buku Amor Fati di unggahan blog ini yang bertajuk Pesaan Rando Kim Untuk Kamu yang Sedang Menuju Kedewasaan, sila dibaca. 



#88LOVELIFE

Buku bersampul merah muda ini ditulis oleh seorang blogger dan desainer Indonesia, loh. Ditulis oleh Diana Rikasari, familier bukan? Buku ini berisi kutipan dan insight tentang hidup, berbahasa inggris. 

Berasal dari percakapan sehari-hari tentang cinta dan pengalaman hidup mbak Diana. Buku ini juga cukup menggambarkan sisi pribadi penulis, yang colorfull.

Salah satu kutipan yang kusuka dari buku ini adalah,

Everyone has the opportunity to make a better life, but not everyone knows how to. For those who happen to know, help those who don't.
Kutipan ini juga yang membuatku tergerak untuk selalu membuat sesi coaching, yaitu bertujuan untuk memperbanyak dan memberi tahu orang orang yang belum mengetahui bagaimana cara menciptakan kesempatan menuju kehidupan yang lebih baik. 

Karena ingin menjadi apa pun kita, sejatinya potensi di dalam diri kita sudah tersedia. Hanya saja belum disadari adanya, atau belum terasah dengan baik. 

Semoga teman tumbuh menjadi salah satu peserta sesi coachingnya. Untuk info lanjut, bisa kepoin di sini yaaa.




Filosofi Teras 

Buku karya Om Piring ini menceritakan bagaimana kaum stioc menghadapi hidup. Bahwa tidak ada yang benar-benar baru dalam hidup ini, orang terdahulu juga ada yang sudah menghadapi apa yang kita hadapi sekarang. Jadi berhentilah untuk merasa ngenes sendirian. 

Kaum Stoic berangkat dari salah satu aliran filsafat yaitu Stoism. Merupakan filsafat Yunani kuno yang mengajarkan bagaimana mengelola emosi negatif untuk menjalani gelombang musim kehidupan. 

Buku ini bukan seperti buku-buku filsafat lainnya yang terkesan berat. Om Piring membahas stosime dengan bahasa dan analogi yang sederhana yang sering terjadi dengan kita. Juga sangat aplikatif di kehidupan sehari-hari. 

Banyak prinsip-prinsip stoisme yang memudahkan kita untuk menghadapi permasalahan hidup, salah satunya adalah dengan berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan, bukan berfokus pada sesuatu yang ada di luar kendali kita. 

Wah, dengan menerapkan satu prinsip ini saja rasanya kehidupan kita berubah dan jadi lebih tenang ya.



Kelima buku-buku tersebut banyak sekali menyumbangkan pemikiran baru untukku. Dari kelima buku ini aku bisa mengelola emosi negatif dengan baik, bisa memahami keadaan  orang lain tanpa menghakimi terlebih dahulu, dan menemukan makna-makna baru dalam hidup. 

Buku memang sangat mempengaruhi pembacanya, maka tidak heran ada pepatah yang mengatakan kamu adalah apa yang kamu baca. Pribadi kita tercermin dari buku yang kita baca. 

Kalau kamu, adakah yang sudah membaca salah satu dari kelima buku ini? Kalau ada, yuk berdiskusi. 

 


teman tumbuh- Selamat hari Rabu. Pandemi belum  juga usai dan di beberapa daerah malah angka pengidap covid 19 masih terus naik. Beberapa perusahaan masih menerapkan work form home dalam upaya meminimalisir penularan virus. 

Terkadang suka bosan ya guys, kalau mengerjakan tugas-tugas itu di rumah. Kalau aku, jujur sangat bosan, huhuhu. Karena aku masih harus belajar untuk mengerjakan tugas dan kerjaan di dalam rumah. Ya, aku punya kebiasaan membawa semua pekerjaanku ke working space atau pun kedai kopi untuk menyelesaikannya. 

Bukan tidak bisa, hanya saja bagiku rumah terlalu nyaman sehingga aku butuh usaha lebih mempertahankan fokusku dalam mengerjakan tugas. Kalau khilaf bisa saja tugasnya tidak selesai. 

Mencari working space atau pun kedai kopi sekarang memang tidak semudah dulu. Harus pilih-pilih nih, mana tempat yang aman dan nyaman. Aman karena tidak terlalu banyak orang dan nyaman ya karena suasananya. 

Untung sedari dulu aku suka sekali pergi ke working space yang tidak terlalu ramai, jadi tidak kesulitan mencari referensi di saat pandemi saat ini. 

Sebelum bepergian, tentu ada saja barang-barang yang wajib rasanya kita bawa untuk menemani perjalanan. Kalau aku sih, ketika bepergian, keempat barang ini sangat wajib masuk ke dalam tasku selain smartphone dan charger tentunya. 


Baca juga : 7 Fakta Tentang Annisa, Nomor Tiga Buat Geleng-Geleng

Dompet


Ya jelas dong ya, bepergian kan membutuhkan uang, tentu pasti dong membawa dompet. Meskipun sekarang banyak pembayaran yang bisa dilakukan secara online dan tidak membutuhkan uang fisik, tetapi aku jarang sekali menggunakannya dan masih nyaman dengan menyimpan uang di dompet. 

Kalau bepergian jauh dan membawa uang yang berlebih, biasanya aku pisahkan penyimpanannya, tidak di dompet semua. Tujuannya agar terjadi kejadian yang tidak diinginkan dan dompet hilang atau di curi, kita tidak kehabisan uang sama sekali. 


Buku catatan kecil


Salah satu kebiasaanku dari dulu adalah selalu membawa buku catatan kecil. Memang tampak memenuhi tas ya, karena sekarang kan ada aplikasi note di smartphone, tapi rasanya kurang aja gitu, kalau tidak membawa buku catatan kecil. 

Bagiku dokumentasi itu bukan cuma hanya foto saja, pun juga tulisanku mengenai tempat tersebut, perasaanku di sana, dan ide-ide yang terkadang suka muncul kalau sedang menikmati perjalanan. Jadi, itulah sebab mengapa selalu ada buku merah ini di tasku. 


Make Up dan Pouchnya

Kalau yang satu ini wajib yaa bagiku, hahaha. Selama perjalanan kan butuh touch up wkwkwk. Membawa make up sebenarnya baru saja menjadi kebiasaanku. Sebelumnya ya kalau sudah menggunakan make up sebelum keluar dari rumah, ya tidak akan aku touch up lagi. 

Mengenal make up, aku sendiri baru berkenalan dengan perlengkapan penunjang penampilan ini ketika tingkat lima. Sudah mencoba belajar sendiri, dan hasilnya aku malah tidak suka kalau mukaku terlalu banyak dempulnya. Namun ketika aku melihat perempuan lain yang menggunakan make up, terasa pantas-pantas saja. Ya tampaknya memang harus belajar lagi, hahahah.

Buku bacaan 

Kalau ini sudah pasti menjadi teman setia perjalananku. Selain memiliki list buku yang harus diselesaikan, membaca buku saat perjalanan juga bisa mengatasi rasa bosanku. Ya pepatah pernah bilang sebaik-baik teman duduk adalah buku. 

Meski terkadang teman-teman suka meledekiku karena belum tentu juga buku itu dibaca, jangan-jangan cuma bisa jadi pajangan saja. Ya tak mengapa, toh  pada akhirnya buku yang kubawa tetap kubaca. Meski sedikit, lembarnya terus maju dan bacaanku selesai. 


Keempat barang tersebut harus banget masuk ke dalam tasku ketika bepergian. Itulah sebabnya aku hampir tidak pernah membawa tas berukuran kecil, karena aku selalu membawa mereka. Kalau kalian, barang apa saja yang wajib kalian bawa saat bepergian? Berbagi di kolom komentar, yaa...



Every day is holiday...

Begitulah Jogja di mataku. Kota pelajar ini selain terdapat akses pendidikan yang banyak dan mudah, juga banyak sekali akses untuk berwisata. Setiap tahunnya ada saja lokasi wisata baru yang terdapat di Jogja. Mulai dari pantai, gunung, kuliner, budaya, museum, semua tersedia di kota Istimewa ini.

Biasanya aku meluangkan waktu setiap akhir pekan untuk mengunjungi satu persatu tempat wisata untuk sekadar berlibur, melepas penat dan mengumpulkan energi baru. Di Jogja banyak sekali desa-desa wisata yang diurus dengan apik sehingga menjadi pendapatan tersendiri bagi daerah tersebut. Sehingga dari wisata pun ekonomi warga sekitar dapat terbantu.

Dari sekian banyak tempat wisata, aku akan memilih lima tempat yang menjadi tempat wisata favoritku untuk berlibur selama di Jogja. Lets goo....

Pitutur Kopi


Yaps, aku pencinta kopi. Apalagi seduhan dari rumah Pitutur. Aku menemukan Pitutur secara tidak sengaja, karena tersasar di daerah Bausaran ketika jalan-jalan sore. Aku yang penasaran dengan sebuah rumah desain jaman dulu, yang terparkir sepeda di depannya. 

Esoknya aku kembali mengunjungi daerah Bausaran dan singgah di rumah Pitutur. Begitu pintu kubuka, aku disambut ramah dengan barista rumah Pitutur. Jejeran biji kopi dan teh terpampang rapi di meja dan di sebelahnya terdapat buku menu. 

Aku memesan Es Kopi Rumahan untuk kopi pertamaku di Pitutur. Mandaka namanya. Selain kopi aku juga memesan cheesecake mereka yang rasanya membuat kalian ingin kembali lagi kesana. 

Selain Mandaka dan cheesecake mereka, yang membuatku betah di rumah Pitutur adalah rak bukunya. Banyak buku sastra dan budaya yang terpajang di sana juga buku tentang kopi. 

Suasanya sejuk, ramah, dan nyaman. Apalagi sebelum pandemi datang, Pitutur suka mengadakan life music mini, kalau kataku, setiap minggu.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Pitutur Coffee Roasters (@pituturkopi)

Pantai Kesirat


Pantai Kesirat terletak di Girikarto, Panggang, Gunung Kidul. Pantai Kesirat tidak seperti umumnya pantai di Gunung Kidul, pasalnya pantai ini dikelilingi oleh tebing yang tinggi. Sehingga tidak memungkinkan untuk bermain air di sini.

Biasanya wisatawan  berkunjung ke Kesirat untuk menyaksikan matahari terbenam, menikmati deburan ombak, dan menikmati pemandangan laut lepas. 

Jalan  di pantai Kesirat ini bergelombang, sepertinya tidak memungkinkan untuk mendirikan tenda, namun ada juga wisatawan yang nge-camp di pantai ini.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh #WisataJogja #WisataJateng (@exploreyogyajateng)

Staycation di hotel


Staycation di hotel juga bisa menjadi pilihan juga loh untuk kamu yang ingin liburan tapi tidak punya waktu banyak. Selain waktu yang singkat, staycation juga bisa meminimalisir pengeluaranmu untuk liburan. 

Ketika di hotel, jangan cuma rebahan aja yaaa, kalian harus juga tuh menikmati fasilitas yang bisa dinikmati di hotel. Seperti kolam renang, gym, spa dan fasilitas lainnya. 

Di Jogja, banyak sekali hotel-hotel yang bisa dijadikan tempat staycation. Kalian tinggal memilih desain interior seperti apa yang kalian mau, dan menentukan hotel sesuai budget kamu.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh La Luna Resort & Resto (@laluna.resortandresto)

 

Baca juga : [Review] Laluna Resort, Penginapan Unik Bergaya Interior Ala Gipsy

Waduk Sermo

Waduk Sermo tentu tidak asing lagi di telinga para wisatawan Jogja. Waduk ini terletak di Kabupaten Kulon Progo. 

Biasanya wisatawan mengunjungi waduk Sermo di sore hari, sembari menikmati sunset dan akan mendirikan tenda-tenda untuk menginap.

Fasilitas di waduk Sermo juga cukup memadai, terdapat kamar mandi dan parkiran yang aman. Oh ya, saat berkunjung ke waduk Sermo, aku melihat beberapa mobil campervan yang juga turut parkir di tepi waduk. 

Menikmati sunset, bermalam dan menikmati sunrise di waduk Sermo bagiku sangat seru dan cukup membuat rileks. Pasalnya kalian akan disuguhkan dengan pemandangan sekitar waduk yang amat sangat memukau.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Mengger Kemuning_waduk sermo (@menggerkemuning_waduksermo)

 

Malioboro

Pesona Malioboro tidak ada matinya. Beberapa kali berkunjung ke sana, aku selalu tidak bosan untuk terus mengunjunginya. Riuh ramainya, suara gamelan dan pedagangnya, lampu-lampu malamnya, selalu membuat kesan baru di hati. 

Selain sekadar berjalan-jalan di Malioboro, aku suka sekali menyaksikan pertunjukan angklung yang berjejer di sepanjang jalan. Seru dan menghibur sekali. 

Beberapa kali juga aku mengunjungi Malioboro sendirian, tetap saja tidak ada yang kurang dari icon kota Istimewa ini. Oh ya, kalau kamu sudah berada di Malioboro, artinya kamu juga sudah dekat ke beberapa destinasi wisata lainnya. Seperti Taman Sari, Keraton Jogja, Pasar Bringharjo, Museum Kereta, Masjid Gedhe, dan Nol Kilometer. Wah seru deh pokoknya.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh ᴡɪꜱᴀᴛᴀ ᴍᴀʟɪᴏʙᴏʀᴏ (@wisatamalioboro)

 
Ya, jika berbicara liburan di Jogja, bagiku tidak ada habisnya. Karena tinggal di Jogja sendiri seperti liburan setiap hari. Banyak sekali tempat-tempat yang harus di jelajahi di sini. Jogja selalu istimewa bagi siapa pun yang pernah singgah dan datang ke dalamnya. 

Kalau teman tumbuh, suka liburan ke mana kalau di Jogja?



Happy new year, Dear!

Walau Januari sudah masuk di minggu ketiga, rasanya nggak terlalu terlambat ya untuk membagikan resolusi tahun ini. Meskipun tahun 2020 banyak resolusi yang tidak tercapai, banyak rencana yang tertunda, banyak harapan yang berujung kecewa, tetapi kita tetap harus punya pengharapan ya Guys. 

Resolusi tahun lalu bisa banget kok diadopsi dan dijadikan resolusi tahun ini, hihihi. Oh ya kalau kalian menyusun resolusi itu sebelum tahun berakhir atau ketika tepat di bulan Januari? Kalau aku biasanya membuat resolusi di minggu terakhir di akhir tahun. 

Tujuannya supaya bisa evaluasi terhadap resolusi tahun tersebut, mengetahui apa saja yang membuat resolusi itu belum terwujud dan bisa nggak kalau di bawa di tahun berikutnya. Dengan begitu aku bisa memilah dan memilih resolusi apa yang harus kucapai di tahun berikutnya dan pelajaran apa yang bisa aku dapatkan tentang perkembangan diriku di tahun lalu. 

Ya, setiap tahun, bahkan setiap hari kita harus menjadi lebih baik, bukan? Alhamdulillah resolusi tahun lalu sebagian besarnya tetap bisa terwujud meskipun dengan perjuangan yang lebih. Yaps, tahun ini aku ingin sekali mencapai beberapa hal di bawah ini untuk kemajuan perkembangan diri dan kesejahteraan hidup tentunya. 

Baca juga : Refleksi 2020; Mengubah Kesulitan Menjadi Peluang

Mengikuti pelatihan menulis


Memiliki skill menulis di jaman ini adalah sebuah keharusan, menurutku. Karena menulis adalah skill yang bisa dikatakan tak lekang oleh jaman, tak tergilas oleh waktu. Ya intinya skill menulis bisa dipakai kapan saja. Untuk bisa menulis dengan baik, skill saja nggak cukup. Harus disertai skill yang lain, seperti stroy telling, SEO kalau ingin bersaing dengan artikel lain di Google. 

Bulan Januari ini sudah terwujud, nih resolusi mengikuti pelatihan menulis, karena aku mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu peserta di pelatihan menulis yang diadakan komunitas blogger. Selanjutnya aku akan mengikuti pelatihan yang lain, supaya semakin ciamik. Hahaha

Untuk infonya kamu bisa kepoin instagram Lister. Konten merekan juga informatif dan seru-seru untuk kamu lihat dan pelajari. 



Belajar bahasa Inggris


Meski pelajaran bahasa Inggris sudah kudapatkan di bangku sekolah, kuliah, dan di kehidupan sehari-hari melalui buku yang aku baca, tetap saja aku merasa perlu untuk belajar lagi. Karena pembahasannya yang luas dan bahasa Inggris ini penting banget kan di jaman yang serba canggih ini. 

Belum lagi aku mulai rajin mengikuti kelas kelas di beberapa situs yang menyediakan pembelajaran dengan universitas luar negeri yang tentu saja menggunakan bahasa Inggris. Bayangkan saja gimana repotnya aku kalau tidak menguasai bahasa inggris dan mengikuti kelas tersebut. Bisa sia-sia dong. 

Nah masa pandemi begini sangat  tidak memungkinkan untuk kursus bahasa Inggris seperti biasa kan. Jadi kursus bahasa Inggris online bisa menjadi alternatif untukku. Aku mulai mencari kursus bahasa Inggris online di Instagram dan mendapatkan akun sosial media Lister.co.id. 

Lister menyediakan program kursus bahasa asing dan program lainnya seperti English for kids, kursus IELTS online, mentoring beasiswa online dan banyak lagi. Kalian bisa lihat di website Lister.co.id. 

Lister juga tidak hanya menyediakan kursus bahasa inggris, tetapi juga bahasa asing lainnya seperti bahasa Arab, Spanyol, Prancis, Jepang, Turki dan Korea. 

Disana juga banyak sekali membagikan tips bagaimana cara kuliah di luar negeri, bagaimana mendapatkan restu agar bisa kuliah di luar negeri, bimbingan study aboard dan tips lainnya. 

Kenapa harus belajar di Lister? Ada empat hal yang jadi pertimbangan kamu ketika memilih belajar di Lister. Pertama, dari segi teknologi. Lister mengguna kan pembelajaran tatap muka langsung secara online, hal tersebut akan menghadirkan kualitas pembelajaran yang maksimal seperti ketika kamu belajar offline. Kedua, kamu akan belajar langsung dengan profesional tutor. 

Profesional tutor di Lister sudah terbukti berpengalaman dalam mengajar dan tentunya akan menyampaikan materi dengan sangat menyenangkan. Sehingga kamu menjadi enjoy dalam belajar dan bisa menikmati pembelajaran. 

Ketiga adalah Lister merupakan platform belajar yang memudahkan kamu mendapat akses pembelajaran yang menyenangkan. Kamu akan mendapatkan level dan kurikulum sesuai dengan kemampuan dan waktu yang kamu punya. Seru banget kaaan. Dan Lister juga sudah bekerja sama dengan banyak instansi perkuliahan. 



Mengikuti pelatihan pengembangan diri


Keberanianku untuk mengikuti pelatihan pengembangan diri sudah di mulai dari tahun lalu, dan aku semakin sering mengikuti pelatihan yang serupa. Kalau dipikir-pikir ya kegiatannya hampir sama dengan perkuliahan dengan beban tugas yang tak kalah cukup membuat belajar keras. 

Tetapi tak mengapa, belajar itu merupakan tujuan dari mengikuti kegiatan tersebut. 

Tidak mesti pelatihan sih, ya aku juga sering mengikuti klas kelas online yang ada di website penyedia kelas online dari berbagai negara. Saat ini aku lagi mengambil kelas psikologi di salah satu universitas di Australia. Aku harap aku segera beralih ke kelas berbayar, hahahah. 




Memulai hidup minimalis


Hal ini kulakukan karena sudah merasa sumpek dengan kamar yang penuh barang-barang dan kebiasaanku yang suka menumpuk barang. Aku suka merasa sayang jika harus mengeluarkan tas, baju atau barang apa pun dari kamarku meskipun aku sudah jarang memakainya. Karena aku merasa suatu saat aku akan membutuhkannya, ternyata tidak hahaha. 

Tahun ini aku bertekad untuk memilah dan memilih baju dan barang -barang yang lain yang sudah lebih dari tiga bulan tak kupakai, akan kuberikan ke orang lain. Hidup minimalis memang memberikan sedikit ketenangan dan kelenggangan bagi ruangan dan dompet. Begitu kata para praktisi yang kutonton cerita mereka ketika memulai hidup minimalis. 



Empat poin tersebut menjadi target besarku di tahun ini. Semoga bisa yaaa, hahaa. Kalau kalian, apa nih resolusi untuk tahun ini? Jangan bilang nggak ada ya, huhuhu karena aku suka sedih kalau lihat cerita-cerita orang putus asa dengan 2020 dan tidak ingin mengharapkan apa-apa di 2021. Meski belum tercapai, pengharapan tetap selalu ada ya Guys!

Meskipun di laman about me sudah menjelaskan panjang lebar tentang Annisa Khairiyyah Rahmi, penulis blog ini dan saya sendiri, senang rasanya menerima tantangan menuliskan 7 fakta tentang diri sendiri. Artinya di sini aku dituntut untuk jujur dan mengakui perihal diri ini. 

Oh ya, jujur dan mengakui diri itu tidak semua orang loh, bisa melakukannya. Terkadang kita masih suka tidak jujur bahkan ke diri kita sendiri. Masih sering tidak mengetahui apa sih yang sebenarnya menjadi mau kita, masih belum mau berkenalan dengan diri sendiri. 

Mmmmm... mungkin seru juga ya kalau aku rutin menulis sesi mengenal diri di blog ini, hihihi. Oke akan kupikirkan bagaimana konsepnya. Sebelum itu, teman tumbuh harus berkenalan terlebih dalam denganku, heheh. 

Baca juga : Pencapaian Tertinggi Dalam Hidup


Tidak suka berhitung

Yaps, aku tidak suka dengan hal yang berbau hitung menghitung. Awalnya aku kira ya karena aku memang tidak suka angka, tetapi belakangan kusadari aku punya rasa semacam trauma dengan guru matematika. 

Memang aku tidak pernah dipukul, tapi aku pernah dibuat malu di depan teman-teman dan juga karena ciri khas guru matematika itu galak, kali ya. Jadi ketika belajar matematika, aku selalu berpikiran kalau gurunya galak, aku nggak mau belajar.Benar saja, aku sering diajar oleh guru matematika yang galak. 

Perlahan ketidaksukaanku terasa merugikan, hingga ketika semester 5 di perkuliahan, aku menantang diriku untuk bisa menyelesaikan tugas psikometri, yang ada matematikanya. Siapa pun anak IPS yang masuk Psikologi, pasti akan terkaget terkejut dengan mata kuliah Psikometri, hahaha. 

Suka menantang diri

Aku sangat suka menantang diriku, sekali pun tantangan tersebut sangat konyol. Aku suka menantang diriku untuk memakan oreo dengan cara menggigitnya sesuai bentuk. 

Aku suka menantang diriku untuk berjalan di atas ubin dan tidak boleh menginjak garisnya. Menantang diri untuk makan wedang ronde dan menghitung jumlah jagungnya. 

Menyadari kebiasaan ini aku mulai mengarahkannya ke arah yang membuatku berkembang. Aku suka menantang diri melawan ketakutanku sendiri. 

Ya misalnya menantang diri untuk berada dalam kamar mandi yang ada cicaknya selama dua menit, atau memberanikan diri mengikuti seleksi penyiar radio, karena aku memiliki masalah dengan kepercayaan diriku saat itu. 

Senang menikmati malam

Sewaktu aku tinggal di pondok, keluar malam adalah hal yang paling mustahil dicapai. Pernah satu waktu karena ada keperluan yang tidak mendesak- desak amat, aku pergi keluar pondok dengan temanku sampai malam hari. 

Jadilah aku bisa menikmati suasana malam hari di luar pondok. Namun kenikmatan itu tidak bertahan lama karena harus segera kembali ke pondok. Semenjak hari itu, cita-citaku agar cepat selesai di pondok adalah agar aku bisa keluar malam sesukaku. 

Bukan karena liar ya guys, cuma aku merasa memiliki kenikmatan tersendiri melihat lalu lalang di malam hari. 

Baca juga : Hidup Bukan Perlombaan; Akibat Lirik-Lirik Media Sosial


Suka staycation

Staycation adalah liburan yang nggak jauh dari rumah. Aku suka melakukannya karena bisa menikmati sisi lain kota tempat aku tinggal dan tetap dalam suasana liburan. Biaya liburan pun terjangkau dan sudah mendapatkan kesenangan dan ketenangan. 

Biasanya aku suka Staycation di Red doorz kalau lagi keuangan untuk liburan menipis. Terkadang juga menginap di hotel dan menikmati semua fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung dengan gratis tentunya. Sehingga biaya Staycation terbuang tidak percuma. 

Salah satu Staycation paling bermakna bagiku adalah ketika Staycation di penghujung tahun 2020 kemarin. Aku menginap di Lalula Hotel, sekitar 20 menit dari tempat tinggalku. 

Aku menginap sendirian di sana, menikmati suasana malam dan hening dan menonton film kesukaan ditemani teh panas dan martabak. What a beautiful life.......

Oh ya ualasan tentang Laluna Hotel, sudah ada di blog ini ya.

Senang belajar hal baru

Aku sangat menyukai belajar sesuatu yang baru. Seperti memiliki harapan dan semangat baru lagi. Belajar hal baru juga mengantarkanku pada kesempatan dan peluang yang lebih besar dari sebelumnya. Misalnya ketika menekuni dunia blogger, aku tidak cukup untuk bisa menulis saja. 

Aku juga belajar tentang digital marketing, copywriting, content palcement, dan lain-lain yang sekiranya bisa menunjang kesuksesan blogku. Dari sana pula aku mendapatkan peluang-peluang pekerjaan dan ruang untuk berkarya.  

Suka memegang rambut ketika tidur

Wah kalau ini sudah dari kecil, guys. Aku belum bisa menghentikannya sampai sekarang, hahaha. Nggak tahu kenapa kalau tidur tanpa memegang rambut itu prosesnya lamaaa banget dan seperti ada yang kurang. 

Kalau orang tuaku tahu, meski aku sudah ditegur. 

Si suka mendadak

Yaps, aku baru saja menyadari kalau hampir semua pekerjaan serta keputusanku itu kulakukan secara mendadak. Ketika mengerjakan tugas, ya aku suka mengerjakannya ketika tugas tersebut sudah masuk masa tenggat pengumpulannya. 

Pun ketika bepergian ke mana saja, aku suka mendadak menetukan tujuan, dan mendadak mempersiapkan semuanya. 

intinya aku suka yang dadakan. Termasuk tahu bulat. Heheh

Yaaa, seperti itulah 7 fakta tentangku. Masih banyak fakta-fakta lainnya yang mungkin aku belum tahu juga. Banyak sisi dari ini yang sebenarnya belum kita ketahui. Ada pula yang hanya diketahui oleh orang lain, dan sisi yang memang terlihat oleh semua orang. 

Segitu misterinya ya, diri sendiri. Yuk buruan diajak kenalan dirinya!



Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Seedbacklink

ASUS AI

ASUS AI

Komunitas

Komunitas

ABOUT ME


 

Hallo! Aku Annisa, seorang ibu dari satu bayi ceria, juga seorang Lifestyle Blogger. Aku suka menulis perjalanan yang kulalui, tempat yang kukunjungi, ulasan produk, dan seputar parenting.Blog ini terbuka lebar untuk kerjasama. Baca juga tulisanku di blog https://hallobiuty.blogspot.com/ dan https://hallobia.blogspot.com/ Kamu dapat menghubungiku melalui email halloannisakhairiyyah@gmail.com dan jangan lupa untuk follow media sosialku, yaa. Pasti aku follback kok, hihihih .

Kerja Sama - Media Kit

Media Kit

Categories

  • Beauty 21
  • Blog 21
  • Book 19
  • BPN Ramadan 2022 12
  • BPN Ramadhan 2024 3
  • Cafe & Culinary 15
  • Competition 16
  • Content Placement 2
  • Dekorasi Rumah 1
  • finance 12
  • Guest Post 1
  • Hotel 8
  • Jogja Diary 5
  • Lifestyle 32
  • Motherhood 12
  • Parenting 5
  • Personal 21
  • Review Film 1
  • Self Development 9
  • Sponsored Post 18
  • Teknologi 1
  • Travel 23
  • Women Empowerment 1
Diberdayakan oleh Blogger.

Komunitas

Komunitas

Intellifluence

Komunitas

 


Komunitas


 

Komunitas

BloggerHub Indonesia

Arsip Blog

  • ▼  2025 (3)
    • ▼  Maret (1)
      • Menemukan Gimbo Coffee, Slow Bar dengan Latar Bela...
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2024 (101)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (25)
    • ►  Mei (7)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2023 (47)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (43)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2021 (25)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Review Interlac Drop, Solusi Ampuh untuk Bayi Kolik
  • [REVIEW] Hilangkan Jerawat dan Cerahkan Wajah dengan Rangkaian Serum Scarlett Whitening
  • REVIEW barenbliss Like A Pro! Shockproof Durabrow Pomade dan barenbliss Roll To Volume Mascara
  • Menyantap Aneka Olahan Seafood di Kepiting Bang Ja'i Yogyakarta
  • Review Film Agak Laen, Komedi Horor yang Raih 4 Juta Penonton
  • Rumah Rasa Kaliurang: Lokasi, Daftar Menu dan Jam Buka
  • Pengalaman Membawa Bayi 10 Bulan Naik Pesawat
  • Hempaskan Jerawat Punggung dengan Earth Love Life Body Wash & Body Lotion East Balinese Bamboo dan Oriental Mint
  • Review Some By Mi AHA-BHA-PHA 30 Days Miracle Toner
  • 7 Persiapan Menyambut Bulan Ramadan Agar Puasa Berkah dan Lancar

Copyright@ 2023 Annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger

Copyright © 2023. annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger