Halo teman tumbuh!
Dua hari yang lalu aku baru saja menyusun kembali buku-buku yang aku kirim dari Jogja. Setelah menyelesaikan urusan skripsi, aku langsung mengirim buku-bukuku ke kampung halaman. Rencana awal sih karena aku mau menetap di daerah setelah selesai kuliah, tapi tampaknya aku akan kembali lagi ke Jogja.
Buku-bukuku sampai dengan selamat, meskipun ada beberapa yang tertekuk, huuu sedih sekali. Agar tidak terlalu lama bersempit-sempitan di dalam kardus, aku mengeluarkannya dan menyusunnya di rak buku.
Setelah semua buku tersusun, kupandangi lagi buku-buku yang sudah menemani hari-hariku di
Jogja. Menemani saat galau sebulan suntuk karena bingung sama masa depan. Waktu itu aku tidak keluar kamar kecuali untuk dua keperluan, makan dan ke kamar mandi.
Aku menghabiskan waktuku dengan membaca, menulis, mencari-cari role model yang harus aku contoh, dan tentu saja minum kopi.
Buku-buku yang tersusun rapi di rak itu berasal dari sumber kegelisahanku. Aku membeli mereka karena mereka sesuai dengan apa yang saat itu ingin aku tahu, atau buku itu perlu menolongku untuk mengatasi sesuatu dalam diri.
Kalian biasanya membeli buku berdasarkan apa? Karena sedang ramai dibaca, karena penulisnya adalah penulis kesayangan kalian, atau karena alasan apa? Share ya di kolom komentar, hihihi. Kalau aku membeli mereka karena buku menjadi tempatku mencari dan mendapatkan pencerahan.
Jadi tidak heran, kalau buku yang tersusun di rak bukuku adalah buku yang menjadi jawaban dari kegelisahanku. Kini, saat jumlah mereka sudah banyak, aku suka mengingat kembali tentang kenapa buku itu aku beli, dan saat itu aku sedang mengalami masalah apa.
Dari sekian banyak mereka, ada lima buku yang menjadi favoritku. Meski tidak hanya lima, tapi kali ini akan kuberi tahu lima saja.
Perempuan di Titik Nol
Buku bersampul merah tulisan feminis Mesir, Nawal el Sadaawi ini merupakan buku karangan beliau yang pertama kubaca. Aku membelinya karena penasaran dengan perempuan Mesir dan isu gender di sana.
Perempuan di Titik Nol membuat aku pilu sekaligus bangga. Pilu karena begitu kejam orang-orang di sekitar Firdaus dalam memperlakukan perempuan dan bangga karena Nawal el Sadaawi begitu hebat dalam mengejar informasi untuk menciptakan buku ini.
Buku ini juga membuatku tidak mudah sembarang menghakimi keputusan orang lain, sekalipun keputusan tersebut jauh dari nilai yang kupercayai, dan penting melihat alasan dibalik keputusan tersebut.
Ketika membaca buku Perempuan di Titik Nol, aku merasa emosi dengan kisah Firdaus, seorang perempuan malam kelas kakap di Mesir. Membuatku tahu di dunia banyak kisah-kisah kejam yang serupa dan harus memiliki ketegasan untuk mengatasinya.
Soul Healing Therapy
Buku ini ditulis oleh Irma Rahayu, seorang Soul Healer dan pendiri Emotional Healing Indonesia. Buku kecil ini banyak sekali memberi pemahaman bagaimana mengatasi rasa sedih dan putus asa.
Bab pertama dari buku ini cukup menohok bagiku. Isinya adalah sering kali kita ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai keinginan kita dengan marah-marah. Padahal marah-marah itu tidak menyelesaikan masalah.
Aku dulu banget lah kalau begitu. Dulu sebelum membaca buku ini, ketika ada hal yang tidak sesuai harapanku, atau ada hambatan yang menghambat jalanku, pasti aku mengatasinya dengan marah-marah dahulu. Bukannya masalah tersebut selesai, malah bertambah besar.
Dari buku kecil yang hebat ini aku belajar untuk menarik nafas sebelum memberikan respon terhadap sesuatu yang kita tidak suka dan berfokus pada solusinya. Bukan diawali dengan marah-marah.
Next buku ini akan kuulas di blog ini, tunggu ulasannya yahhhhh!!!!!!
Amor fati berarti cintai takdirmu. Buku bersampul biru tosca dengan gambar bunga dendelion ini banyak sekali mengubah cara pandangku. Hal pertama yang dibahas adalah tentang pekerjaan dan usia dewasa. Kedua hal yang saat membeli buku ini menjadi penyebab galauku.
Pekerjaan dalam pandanganku waktu itu adalah sekadar menukar waktu dengan uang dan bagaimana waktuku bertukar dengan uang dengan cepat. Namun pekerjaan tidaklah sesederhana itu. Rando Kim, penulis buku ini mengatakan selama pekerjaan tersebut membuatmu berkembang maka ia layak dijalani.
Bekerja bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang perkembangan pribadi, skill dan pengetahuan. Tidak ada yang lebih nikmat selain melihat dirimu terus berkembang setiap saat, begitu petuahnya.
Pun usia dewasa, tidak semua orang menua dengan mental yang dewasa. Dewasa didapat dari rintangan yang dihadapi dalam hidup, bukan dari perkuliahan atau pun pergantian usia di setiap tahunnya.
Selain itu buku ini juga mengajak untuk mencintai takdir. Takdir, sesuatu yang misteri, sesuatu yang apabila terjadi sesuai dengan keinginan bisa membuat bahagia tak kepalang, jika terjadi tak sesuai keinginan bisa menjadi perundungan terdalam.
Masalahnya adalah sesuai atau tidak, takdir tetap ada dan terjadi. Kita yang menjalani tidak hanya harus menerima saja, juga mencintai.
#88LOVELIFE
Buku bersampul merah muda ini ditulis oleh seorang blogger dan desainer Indonesia, loh. Ditulis oleh Diana Rikasari, familier bukan? Buku ini berisi kutipan dan insight tentang hidup, berbahasa inggris.
Berasal dari percakapan sehari-hari tentang cinta dan pengalaman hidup mbak Diana. Buku ini juga cukup menggambarkan sisi pribadi penulis, yang colorfull.
Salah satu kutipan yang kusuka dari buku ini adalah,
Everyone has the opportunity to make a better life, but not everyone knows how to. For those who happen to know, help those who don't.
Kutipan ini juga yang membuatku tergerak untuk selalu membuat sesi
coaching, yaitu bertujuan untuk memperbanyak dan memberi tahu orang orang yang belum mengetahui bagaimana cara menciptakan kesempatan menuju kehidupan yang lebih baik.
Karena ingin menjadi apa pun kita, sejatinya potensi di dalam diri kita sudah tersedia. Hanya saja belum disadari adanya, atau belum terasah dengan baik.
Semoga teman tumbuh menjadi salah satu peserta sesi coachingnya. Untuk info lanjut, bisa kepoin
di sini yaaa.
Filosofi Teras
Buku karya Om Piring ini menceritakan bagaimana kaum stioc menghadapi hidup. Bahwa tidak ada yang benar-benar baru dalam hidup ini, orang terdahulu juga ada yang sudah menghadapi apa yang kita hadapi sekarang. Jadi berhentilah untuk merasa ngenes sendirian.
Kaum Stoic berangkat dari salah satu aliran filsafat yaitu Stoism. Merupakan filsafat Yunani kuno yang mengajarkan bagaimana mengelola emosi negatif untuk menjalani gelombang musim kehidupan.
Buku ini bukan seperti buku-buku filsafat lainnya yang terkesan berat. Om Piring membahas stosime dengan bahasa dan analogi yang sederhana yang sering terjadi dengan kita. Juga sangat aplikatif di kehidupan sehari-hari.
Banyak prinsip-prinsip stoisme yang memudahkan kita untuk menghadapi permasalahan hidup, salah satunya adalah dengan berfokus pada apa yang bisa kita kendalikan, bukan berfokus pada sesuatu yang ada di luar kendali kita.
Wah, dengan menerapkan satu prinsip ini saja rasanya kehidupan kita berubah dan jadi lebih tenang ya.
Kelima buku-buku tersebut banyak sekali menyumbangkan pemikiran baru untukku. Dari kelima buku ini aku bisa mengelola emosi negatif dengan baik, bisa memahami keadaan orang lain tanpa menghakimi terlebih dahulu, dan menemukan makna-makna baru dalam hidup.
Buku memang sangat mempengaruhi pembacanya, maka tidak heran ada pepatah yang mengatakan kamu adalah apa yang kamu baca. Pribadi kita tercermin dari buku yang kita baca.
Kalau kamu, adakah yang sudah membaca salah satu dari kelima buku ini? Kalau ada, yuk berdiskusi.