Di samping berita duka meninggalnya pemimpin monarki terlama dalam sejarah dunia ini, ada satu berita yang juga ikut tersorot ke publik khususnya Indonesia, yaitu berita tentang Putri Diana, mantan Istri dari King Charles III.
Putri Diana dikenal sebagai Putri yang membumi dan kerap melakukan perjalanan amal. Salah satunya ke Indonesia pada tahun 1989. Saat kunjungannya ke Indonesia tersebut, Putri Diana menunjukkan hal yang tidak biasa yaitu menyalami dan duduk di sebelah pasien kusta di RS Sitanala, Banten.
Perlakuan Putri Diana tersebut membawa angin perubahan citra pada penderita kusta. Seperti yang diketahui, stigma tentang penularan kusta masih keliru dan berkembang hingga saat ini. Stigma tersebut menjadi bahan bakar diskriminasi kepada penderita kusta.
Angka penderita kusta di Indonesia terbilang tinggi. Berdasarkan informasi yang dirilis oleh WHO (World Health Organization) tahun 2020, kasus kusta di Indonesia menduduki peringkat ke tiga terbesar di dunia.
Kusta jika mendapat penanganan yang cepat dan tepat, umumnya tidak sampai menyebabkan kematian. Hanya saja penyakit ini dapat menimbulkan cacat fisik karena terlambat ditangani. Akibat buruknya adalah penderita kusta akan mendapatkan diskriminasi yang berdampak pada psikologisnya.
Kusta dan Kemiskinan, Berkaitankah?
Kemiskinan adalah faktor yang sering dikaitkan dengan penyakit kusta. Banyak opini yang beredar di masyarakat bahwa penderita kusta adalah orang miskin. Apakah benar demikian?
Dilansir dari laman Detik Health, jika kita tilik dari statement yang dikeluarkan oleh dr J.P. Handoko Soewono dari Rumah Sakit Kusta Sitanala, dasar penyakit kusta adalah ekonomi.
Penyakit kusta berkaitan dengan gizi dan ketahanan tubuh
seseorang. Kusta juga merupakan salah satu dari lima penyakit yang menjadi
indikator kesejahteraan suatu negara.
“Dasar penyakit
kusta itu ekonomi, selama belum baik ekonominya pasti penyakit kusta susah
hilang. Jadi, penyakit ini terkait gizi dan ketahanan tubuh yang kalau jelek
akan gampang kena,” ujar dr. Handoko.
Kebutuhan hidup yang mendesak dan uang yang tidak tersedia membuat orang yang mengalaminya hidup dengan apa saja yang ada. Mengonsumsi makanan yang sehat, bergizi dan bersih menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Makanan dan daya tahan tubuh menjadi kunci terhindarnya dari penyakit kusta.
Penyakit Menular yang Sangat Sulit Menular
Kusta adalah
salah satu dari penyakit menular. Kusta
dapat menular dari percikan droplet secara terus menerus dalam waktu yang lama
dari penderita kusta. Selain dari terpapat
droplet penderita, kusta juga dapat menular melalui sentuhan dengan hewan
penyebar bakteri kusta, menetap di kawasan endemik kusta dan memiliki gangguan
sistem kekebalan tubuh.
Namun penularan kusta amat sulit terjadi. Stigma yang berkembang di masyarakat adalah kusta akan menular dengan berjabat tangan, duduk bersama dan dari ibu kepada janinnya.
Perlu menjadi catatan adalah bakteri Lepra tidak serta merta mudah menular dari
penderitanya kepada orang lain. Butuh waktu yang lama dan intens untuk tertular
dan bakteri juga membutuhkan waktu yang
lama untuk berkembang biak di tubuh manusia.
Jadi jika
ditinjau dari segi medis, sangat keliru stigma yang selama ini beredar di
masyarakat. Sayangnya stigma ini sudah menjadi bahan bakar dari diskriminasi
kepada penderita kusta.
Stigma Kusta Cerita Lama
Seperti yang
sudah saya paparkan di atas, stigma yang beredar luas di masyarakat tentang
penularan kusta adalah kusta akan
menular dengan berjabat tangan, duduk bersama dan dari ibu kepada janinnya.
Stigma ini
akhirnya menjadi bahan bakar dari diskriminasi pasien kusta. Diskriminasi
berdampak pada terhambatnya akses penyembuhan kusta dan tekanan psikologis yang
dialami penderitanya. Kusta akan cepat sembuh jika ditangani dengan cepat dan
tepat.
Pertanyaan
besarnya adalah bagaimana bisa ditangani cepat jika penderita kusta malu untuk
menceritakan penyakitnya karena takut akan stigma yang beredar, terlebih stigma
tersebut salah.
Salah satu
penyebab dari tingginya tingkat penderita kusta di Indonesia adalah karena
kusta tidak hanya menjadi sebuah penyakit dan masalah kesehatan, juga menjadi
masalah sosial, ekonomi dan budaya.
Instansi pemerintah juga mulai menggalakkan untuk pendobrakan stigma tersebut. Bisa dilihat dari masifnya sosialisasi terkait stigma dan diskriminasi kepada penderita kusta. Upaya sosialisasi yang diadakan pemerintah membawa setidaknya dua misi, yaitu:
- Untuk menghapuskan stigma dan diskriminasi pada penderita kusta dengan menyadarkan orang-orang di sekitarnya bahwa kusta dapat disembuhkan dan tidak mudah tertular. Pengobatan yang dilakukan dengan cepat akan membantu pasien kusta untuk terhindar dari kecacatan fisik.
- Memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat seputar penyakit kusta dan imbauan untuk tumpas kusta dan tidak menjauhi penderitanya.
Sejahterakan Mental Penderita dengan Hapus Stigma dan Berhenti Diskriminasi Penderita Kusta
Mental yang sehat
akan mampu mengembangkan diri dan mencapai kesejahteraan mental. American
Psychological Association (APA) menjelaskan mental well-being adalah keadaan
yang memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara
fisik dan mental, dan menjaga kualitas hidup yang baik.
Bagaimana semua aspek kesejahteraan mental tersebut bisa dicapai sedangkan masyarakat masih hidup dalam stigma dan diskriminasi kepada penderita kusta.
Orang-orang yang
terdampak perlakuan diskriminatif umumnya akan mengalami hilangnya pemenuhan
hak-hak dasar sebagai manusia.
Diskriminasi tidak hanya berdampak kepada korban, tetapi juga berdampak pada pelaku. Pelaku diskriminasi akan membuat seseorang membatasi hak-hak orang lain.
Diskriminasi menghilangkan kemanusiaan seseorang baik korban maupun pelaku.
Salah satu langkah awal untuk mewujudkan mental well-being dan meningkatnya angka kesembuhan penderita kusta adalah dengan menghapuskan stigma dan menghentikan diskriminasi.
Dua hal ini dapat dilakukan mulai dari langkah kecil seperti
mempelajari tentang penyakit kusta dalam pandangan sains dan medis.
Bersama Tumpas Kusta dan Sejahtera Bersama
Untuk mewujudkan kesejahteraan dan menekan angka penderita kusta seluruh lapisan masyarakat harus bersama-sama menjalankan perannya dengan baik.
Pemerintah dapat terus menggalakkan sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit kusta, menjelaskan potensi menularnya dan imbauan untuk tidak menjauhi dan tidak mendiskriminasi penderita.
Pemerintah juga harus mempertimbangkan pemberian bantuan kepada
masyarakat miskin agar mampu memenuhi kebutuhan pangan yang layak, sehat dan
bergizi.
Selama ini pemerintah memang sudah mengadakan banyak program untuk masyarakat miskin, namun apakah di lapangan sudah benar-benar bantuan tersalur tepat sasaran?
Masyarakat juga perlu mempelajari bagaimana penyakit kusta dan penularannya. Tidak menjauhi penderitanya dan peduli kepada sekitar.
Jika menemukan penderita kusta di sekitar kita, sangat penting mendorong mereka untuk berobat dan melakukan perawatan medis. Penyakit kusta akan mudah disembuhkan jika ditangani dengan cepat dan tepat.
Referensi
http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/
Sumber Gambar
Google Image