Sedang Berjuang Melawan Mom Guilt? Berikut Cara Keluar dari Mom Guilty yang Bisa Ibu Lakukan
Sedang Berjuang Melawan Mom Guilt? Berikut Cara Keluar dari Mom Guilty yang Bisa Ibu Lakukan- Di tulisanku yang berjudul A Day in My Life Edisi Berburu Cromboloni di Jogja, aku menjanjikan untuk menulis artikel tentang mom guilt yang kualami setiap pergi me time atau bekerja di luar rumah. Meski menjadi full time mom untuk Shanum, aku tetap berusaha produktif dan mengerjakan pekerjaan yang kuanggap mampu kukerjakan jika berdampingan dengan mengurus Shanum.
Jadi, sering sekali aku pergi keluar rumah, ke cafe, untuk menyelesaikan pekerjaanku atau jika aku sudah merasa butuh waktu utnuk diriku sendiri, aku juga pergi ke luar. Mulanya, kurasa tidak mengapa untuk meninggalkan Shanum sebentar, toh Shanum juga dijaga ayahnya.
Lalu aku pergi ke keluar rumah untuk menyelesaikan pekerjaanku. Namun, di tengah-tengah mengerjakan pekerjaan, ada perasaan bersalah yang muncul. Semacam rasa berdosa karena sudah meninggalkan Shanum dan membiarkan ayahnya dalam kepayahan mengurus Shanum.
Biasanya rasa itu kutepis begitu saja dan ketika pulang ke rumah, aku membawakan mereka oleh-oleh seperti roti atau jajanan yang kurasa ayah Shanum akan suka. Makanan itu kubawa sebagai penebus rasa bersalahku karena sudah meninggalkan mereka dan membiarkan ayah Shanum kewalahan mengurus Shanum.
Sampai di rumah, aku memberikan oleh-oleh yang sudah kubawa. Kalau Shanum biasanya akan senang kalau kubawa camilan kesukaannya, dan ayah Shanum biasanya akan memakan sedikit dari makanan yang kubawa. Bukan karena beliau tidak menghargai makanan dariku, tapi memang ayah Shanum tidak suka jajan.
Kemudian aku merasa bersalah lagi karena sudah menghamburkan uang untuk sesuatu yang ayah Shanum tidak suka. Makanan yang tersisa biasanya akan kumakan. Nah, nambah lagi rasa bersalahku pada tubuhku, karena sudah banyak memakan makanan yang tidak perlu.
Semenjak jadi ibu, aku selalu dekat dengan rasa bersalah, untuk banyak hal. Merasa kewalahan dan tidak nyaman dengan perasaan sendiri, aku mencoba untuk mencari tahu, apa sebenarnya yang kualami. Aku banyak menonton video psikolog yang sering membahas tentang pengalaman seorang ibu.
Dari sana, aku jadi tahu, perasaan bersalah dan kekacauan akibatnya karena aku mengalami mom guilty. Pada artikel ini, aku kan berbagi tentang mom guilty dan pengalamanku keluar darinya. Baca artikel ini sampai habis, ya.
Mom Guilty, Rasa Bersalah Karena Tak Mampu Menjadi Ibu yang Baik
Mom guilty adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan bersalah atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh seorang ibu terkait dengan keputusan atau tindakan yang diambilnya dalam peran sebagai ibu.
Perasaan ini dapat muncul ketika seorang ibu merasa tidak memadai, khawatir bahwa dia tidak melibatkan diri sepenuhnya dalam peran ibu, atau merasa bersalah karena membuat pilihan tertentu yang mungkin mempengaruhi anak-anaknya.
Mom guilt dapat muncul dalam berbagai situasi, seperti bekerja di luar rumah, memilih metode pengasuhan tertentu, atau bahkan menyediakan waktu untuk diri sendiri. Ini adalah pengalaman yang umum bagi banyak ibu dan sering kali dipicu oleh tekanan sosial atau standar tidak realistis yang diterima dari masyarakat atau bahkan dari diri sendiri.
Mom guilt terkadang membuat orang tua, khususnya ibu merasa harus melakukan semuanya dengan sempurna. Padahal, kita hanya manusia yang tidak mungkin bisa sempurna. Umumnya ada beberapa hal yang membuat seorang ibu bisa mengalami mom guilt.
- Tekanan Sosial
Sosial sering sekali membuat standar yang tidak realistis atau tekanan sosial dapat membuat ibu merasa bersalah jika mereka merasa tidak memenuhi harapan tertentu yang ditetapkan oleh masyarakat atau keluarga.
- Membanding-bandingkan Diri dengan Ibu Lain
Perbandingan dengan ibu lain atau citra ideal tentang keibuan dapat menyebabkan mom guilt. Melihat ibu lain yang tampaknya "melakukan lebih baik" bisa membuat seseorang merasa tidak memadai.
- Pilihan Pengasuhan
Keputusan mengenai cara mendidik anak, pemilihan pengasuhan, atau bahkan memilih untuk bekerja di luar rumah dapat menyebabkan mom guilt jika ibu merasa keputusannya tidak selaras dengan ekspektasi atau norma tertentu.
- Memiliki Waktu dengan Diri Sendiri
Ibu sering kali merasa bersalah ketika mereka mengambil waktu untuk diri sendiri, merasa bahwa mereka seharusnya selalu berfokus pada kebutuhan anak-anak mereka.
- Tuntutan Kerja
Jika seorang ibu bekerja di luar rumah, tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kurangnya waktu bersama anak-anak dapat menyebabkan perasaan bersalah.
- Idealisasi Peran Ibu
Gambaran ideal tentang peran ibu yang sempurna sering kali tidak realistis dan dapat menyebabkan rasa bersalah jika seorang ibu merasa tidak dapat memenuhi harapan tersebut.
- Perubahan Hormonal
Hal yang tidak boleh dilupakan, adalah faktor fisik dan hormonal, terutama selama kehamilan dan setelah melahirkan, dapat memengaruhi suasana hati dan emosi, yang dapat memperkuat mom guilt.
- Ketidakpastian dan Kegelisahan
Kecemasan mengenai apakah mereka sedang melakukan yang terbaik untuk anak-anak mereka atau kekhawatiran akan kemampuan diri sebagai orang tua dapat menyebabkan mom guilt.
Delapan hal di atas adalah penyebab umum yang sering dialami ibu sehingga ibu sering mengalami mom guilt. Padahal, nyatanya, kita bisa saja keluar dari standar sosial tentang ibu yang baik dan sempurna. Kita juga harusnya bisa tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain, dan mempunyai pertahanan diri saat dibanding-bandingkan.
Dilihat dari tujuan memiliki anak saja, setiap orang tua pasti beda-beda tujuannya, kan. Lalu mengapa pengasuhan dan standar lainnya harus sama? Sebagai orang tua, harusnya kita menyadari hal apa yang bisa dibawa masuk ke pengasuhan anak kita, dan hal mana yang cuma butuh di iya in saja.
Lalu bagaimana cara keluar dari mode mom guilty dan menjadi ibu yang tenang lagi percaya diri dengan pola asuh pilihan kita?
Cara Keluar dari Mode Mom Guilty
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh seorang ibu selain keluar dari mom guilty. Perasaan bersalah terhadap sesuatu yang tidak perlu itu tidak sehat untuk mental, bund. Berikut 6 caraku untuk keluar dari rasa bersalah tersebut.
1. Menyadari Merasa Bersalah
Pertama-tama aku menyadari kalau aku sedang merasa bersalah. Menyadari perasaan yang muncul adalah langkah awal untuk mencari solusi berikutnya. Aku sadar, merasa bersalah itu tidak enak, terlebih pada hal yang tidak seharusnya merasa bersalah.
Bekerja di luar adalah caraku untuk tetap waras selama mengerjakan dan menghindarkan Shanum dari bentakan yang kemungkinan akan keluar jika ia mendatangiku di tengah kesibukan bekerja.
Jadi, dengan keluar dari rumah, adalah caraku menyelamatkan Shanum dari luka batin di masa mendatang.
2. Berhenti Mengikuti Standar atau Aturan Orang Lain
Meski setiap ibu pernah mengasuh anak, namun kondisi setiap ibu itu berbeda-beda. Jadi, sangat tidak masuk akal untuk mengikuti standar orang lain dalam menjalankan kehidupan sendiri.
3. Jangan Berharap Menjadi Ibu yang Sempurna
Ya, sebagai manusia biasa, keterbatasan pasti ada, lalu kenapa menuntun menjadi sempurna. Bagi seorang anak, ibunya sudah sempurna dan lebih dari apa pun. Jadi, dari pada terus berharap menjadi sempurna, kenapa tidak mengupayakan hal-hal baik yang bisa dilakukan kepada anak.
Seperti mendengarkan dengan antusias saat anak berbicara, tidak mudah menyalahkan anak ketika berpendapat, mengajarkan adab dan ilmu yang baik untuk anak, dan menjadi tempat bercerita yang nyaman untuk anak.
Di usia remaja dan dewasa, orang tua dengan hal-hal di atas adalah hal yang sempurna dan mewah yang dimiliki anak, di tengah dunia yang tidak ramah padanya.
4. Belajar Mindfulness
Sebelumnya aku yang suka menyambi bekerja saat menjaga Shanum, perlahan mulai kuhindari. Sebisa mungkin bekerja saat Shanum tidur, dan hadir utuh di waktu-waktu bersama Shanum. Cara ini tidak hanya berdampak baik bagiku, juga bagi Shanum. Shanum bisa lupa dengan gawai dan fokus bermain.
Menikmati setiap momen bersama anak membuat kita merasa hadir secara utuh. Jadi ketika meninggalkan anak untuk bekerja dan keperluan lain, kita sudah tidak merasa bersalah. Karena sebelumnya kita sudah meluangkan waktu untuknya dan sekarang adalah saatnya bekerja.
5. Jangan Ragu untuk Meminta Bantuan
Karena tinggal di perantuan, ayah Shanum adalah satu-satunya orang yang bisa kuminta bantuan. Beruntungnya beliau sadar dengan kewajiban menjaga anak tidak hanya menjadi kewajiban ibu, juga ayah.
Melihat dekatnya hubungan Shanum dan ayahnya, aku jadi menyadari tidak perlu merasa bersalah karena meninggalkannya bersama Shanum. Toh, ternyata keribetan yang kusangka ada, bagi ayah Shanum tidak ada.
Seorang ayah juga berhak memiliki waktu berdua dengan anaknya, mengasuh dan membangun bonding yang kuat dengan anak.
6. Memaafkan Diri Sendiri
Usai sering merasa bersalah, aku memaafkan diriku sendiri. Memaafkan diri karena sebelumnya tidak memiliki pola pikir yang tepat sehingga bisa merasa bersalah pada hal yang tidak perlu. Memaafkan diri untuk kekacauan setiap hari.
Penutup
Setelah memahami dan melakukan 6 hal di atas, aku jadi tidak merasa bersalah lagi. Aku jadi memahami, bahwa ketika seorang ibu memerlukan waktu untuk diri sendiri, memilih di rumah saja, memilih bekerja di luar, sesekali mengeluh, bukan berarti ia tidak sayang pada anak atau tidak menginginkan anaknya, atau tidak siap menjadi ibu.
Itu semua terjadi karena seorang ibu adalah manusia, manusia yang bisa dan biasa mengalami pergolakan emosi. Manusia yang membutuhkan jeda dari dunia luar untuk masuk ke dirinya sendiri.
Penting untuk diingat bahwa mom guilt adalah pengalaman yang kompleks dan dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Mendukung satu sama lain, berbicara terbuka mengenai perasaan tersebut, dan mencari dukungan dapat membantu mengelola mom guilt.
Apa teman-teman memiliki cara lain untuk keluar dari mom guilty? Bagikan kisah kalian di kolom komentar, ya.
15 Comments
Semangat ya mbaa... tidak ada salahnya untuk Me Time sejenak. Meresfresh isi kepala dan nantinya juga berdampak baik pada anak. Jika hati ibu bahagia, tentu anak juga bahagia karena sang ibu bisa memberikan energi positif saat merawat anak.
BalasHapusOmongan dari luar dan budaya patriarki yang kadang bikin perasaan mom guilty ini susah hilangnya. Aku belum jadi ibu, tapi ngeliat gimana banyak orang yang masih belum sepaham kalau ibu sesekali butuh me time, ninggalin anak sebentar. Dulu waktu ponakan-ponakanku masih kecil, aku sering ambil alih jagain mereka biar kakakku punya waktu me time.
BalasHapusSetiap orang punya kelebihan dan kekurangan sendiri2. Tetap semangat mendidik anak.
BalasHapusNggak ada manusia yg sempurna ya mba. Kejar kesempurnaan habis energi apalagi butuh validasi dari orang. Nggak deh. Nikmati aja peran kita semaksimal mungkin ya dan juga melipir sebentar buat me time adalah kebahagiaan. Semoga makin banyak perempuan berdaya dan bebas dari mom guilt.
BalasHapusorang-orang nih kalo ngomong emang kadang nggak ada filternya. padahal kan setiap orang juga pasti sedang berjuang. termasuk seorang ibu pasti ada aja yang dikorbanin demi anaknya. semangat buat mbaknyaaa!
BalasHapusSebagai ibu bekerja aku relate sih dengan Mom Guilt ini. Bahkan kadang ada juga rasa bersalah karena menikmati/nggak merasa bersalah. Mindfulness juga masih jadi PR, karena memang ada saja yang mesti dikerjain walaupun di luar jam kerja. Terima kasih ya, Mbak, sudah mengingatkan.
BalasHapussemangat mom, terima kasih sudah menjadi ibu yang hebat untuk anaknya. Kadang kita juga perlu me time yaa, biar tetap waras, keluar cari angin sebentar tak apa. Suka heran deh sama komentar orang-orang terkait ibu yang suka metime itu, terdengar aneh kah
BalasHapusPerasaan mom guilty pasti muncul pada diri seorang ibu, apalagi jika si mom adalah mom worker kantoran. Rasanya berat mau ninggalin anak dirumah bersama orang lain.
BalasHapusKadang kita kebawa emosi dari omongan orang lain yg bilang kok anaknya dititipin. Dan memberikan penjelasan pun kadsng juga ga bisa diterima
Bener sih, gak perlu terpaku sama standar atau penilaian orang lain. Menjadi ibu di setiap rumah tangga pasti berbeda-beda tantangannya, yang penting bisa dikomunikasikan dengan baik dengan suami. Semangat terus!
BalasHapusBersyukurlah ketika masih diberikan perasaan bersalah saat meninggalkan anak dan suami di rumah. Meskipun tidak sepenuhnya salah, apalagi kalau sudah diizinkan suami. Keren, Kakak karen atidak semua istri / perempuan memiliki perasaan bersalah pada apa ang dilakukan dirinya.
BalasHapusSejatinya parenting itu memang gak ada yang disebut "ideal".
BalasHapusJadi, berkomunikasi dengan suami dan membuat kesepakatan ini keren banget, ka..
Senyaman dan pastinya diiringi ridlo suami, in syaa Allah semua lelahnya mejadi lillah.
Nah, aku juga sering merasa bersalah saat mau ninggalin anak padahal cuma mau me time atau ngerjain artikel biar cepat selesai. Tapi, sering gak jadi agak berat ninggalin anak-anak di rumah.
BalasHapusMb, aku dulu di posisi mu dan buru buru cari bantuan huhu, trus sadar anak perlu Ibu yg tenang bukan Ibu yg sempurna
BalasHapusibu ini memang rentan banget ya mengalamai rasa bersalah gitu. pokoknya kalau lihat anak orang atau ibu lain berasa diri ini kurang banget dalam merawat anak. kadang kalau sudah begitu yang kulakukan ya berhenti cek sosmed dan meyakinkan diri kalau aku bukan ibu yang terlalu buruk dan tentunya juga memperbaiki diri lagi
BalasHapusMenjadi seorang ibu memang cukup berat, apalagi yang sedang mengalami baby blues. Makanya perlu adanya me time bagi ibu supaya bisa lebih relaks dan happy menjalani kehidupannya.
BalasHapus