Pengalaman Mendaki Gunung Lawu dan Tips Mendaki Gunung untuk Pemula- Kemarin aku membuka file foto-foto semasa kuliah. Wah, ternyata sudah 10 tahun berlalu ya. Tibalah di satu folder foto yang bertuliskan Gunung Lawu. Sontak aku kaget dan buru-buru membuka file itu. Sebab sudah lama aku mencari-cari file foto-foto saat mendaki Gunung Lawu di tahun 2016 silam.
Saat membuka file itu, aku senyum-senyum sendiri. Tentu karena teringat momen-momen lucu selama di perjalanan bersama teman-teman. Gunung Lawu merupakan pendakian pertamaku. Sebelumnya, aku juga pernah mendaki bukit Nglanggeran yang ada di Gunung Kidul Jogja.
bunga edelweis yang berserakan di sekitar pos pendakian |
Namun, pendakian bukit Nglangeran itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mendaki Gunung Lawu yang kami lakukan kurang lebih dua hari.
Katanya, kalau ingin melihat sifat asli seseorang, maka ajaklah ia mendaki gunung.
Apa benar mendaki gunung bisa membuka sifat asli seseorang? Kalau benar, kenapa bisa, ya? Berikut jawabannya berdasarkan pengalaman dan analisa sederhanaku. Baca artikel ini sampai habis, ya.
Mendaki Gunung Lawu dan Kenangan Bersama Teman
Berawal dari obrolan di kontrakan, kami berdelapan berencana mendaki Gunung Lawu. Persiapan dimulai sejak satu minggu sebelum keberangkatan. Kami mempersiapkan makan, minuman, dan terutama fisik. Karena ini merupakan pendakian pertamaku, aku jadi banyak mencari tahu tentang pengalaman orang mendaki Gunung Lawu.
Saat mencari tahu di Google, aku menemukan satu artikel yang agak horor tentang pengalaman seseorang mendaki Gunung Lawu. Mulai dari durasi pendakian yang lama, kondisi pos yang di hutan, suara-suara gaib orang yang sedang berjualan, hingga tidak boleh berprasangka negatif, karena akan kejadian.
Informasi tersebut membuatku merinding dan menyesal membuka artikel horor itu. Meski begitu, aku tetap nekat pergi dan mencari referensi artikel yang memberikan kesan positif.
Tibalah di hari keberangkatan. Sebelum berangkat, kami memeriksa barang bawaan dan memastikan bekal kami cukup untuk tiga hari ke depan. Beban bawaan tas carrier juga dibagikan. Sebelum berangkat, kami berkumpul dan berdoa bersama. Harapannya, kegiatan dan rencana kami berjalan dengan lancar, bahagia dan selamat.
pagi hari di Gunung Lawu |
Perjalanan menuju pos 4 |
Istirahat sejenak saat menuju pos 3 |
Dari Jogja, kami meluncur ke Solo. Berangkat pukul 13.00 Wib, dan sampai di Pos Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Kandang sekitar pukul 22.15 Wib. Aku tidak tahu pasti berapa lama jarak seharusnya yang kami tempuh, tapi seingatku sampai di pos pendakian itu sudah malam banget.
Perjalanan kami menuju Gunung Lawu terbilang kurang lancar. Karena kami berangkat dari Jogja itu ada empat motor dan delapan orang. Di tengah perjalanan, motor salah satu teman kami rusak dan mogok, alias tidak mau hidup. Kami terpaksa mencari bengkel terdekat dan motornya kembali bisa nyala lagi.
Namun, ketika hendak sampai ke Pos Pendakian Gunung Lawu, motor itu kembali mogok dan kami tidak menemukan satu bengkel pun di sana. Akhirnya temanku yang punya motor mengalah dan mempersilahkan kami pergi dahulu ke Pos Pendakian Gunung Lawu dan berjanji akan menyusul kami.
Akhirnya kami berangkat tiga motor dan ada satu motor yang terpaksa bonceng tiga. Syukurnya Pos Pendakian Gunung Lawu tidak terlalu jauh dan kami sampai di sana dengan selamat.
Setelah sampai di Pos Pendakian Gunung Lawu kami makan terlebih dahulu. Karena beberapa teman di antara kami juga sedang lapar. Kami menyantap mie rebus hangat. Cocok sekali meredam dinginnya kaki Gunung Lawu.
Setelah makan, kami langsung siap-siap dan memulai pendakian.
Berhenti sejenak di Solo |
Dari Satu Pos ke Pos Lain yang Penuh Cerita
Untuk mencapai puncak Gunung Lawu, kami harus melewati lima pos. Kami mendaki ke pos 1 pukul 23.00 Wib. Selama pendakian ke pos 1, aku tidak berani mengeluh dan berpikiran macam-macam, karena teringat dengan artikel horot itu.
Pendakian ini cukup seru, karena kami jadi saling jaga satu sama lain dan saling memperhatikan. Dua hal yang sangat indah dalam sebuah pertemanan. Pendakian ke Pos 1 memakan waktu sekitar 3 jam, dan begitu sampai di pos 1 kami langsung istriahat di dalam sebuah rumah papan.
Beralaskan sleeping bag dan berbantalkan tas, kami tidur pulas. Hingga di tengah gelapnya malam, aku tiba-tiba sakit perut dan ingin buang air besar. Rasanya ingin menangis karena di mana akan kubuang hajat ini. Tidak mungkin aku membuangnya di sembarang tempat.
Akhirnya, aku membangunkan seorang temanku dan memintanya untuk menemaniku. Akhirnya kami berdua pergi ke belakang, agak jauh dari pos 1 dan bukan jalan yang sering dilalui pendaki.
Ini tips pertama ya, kalau lagi di gunung dan ingin buang air, sebaiknya menjauh dan jangan buang air di dekat jalan utama pendaki. Pastikan gali lubang dan ditutup kembali. Jangan lupa membawa hand sanitizer, air dan tisu basah. Tiga benda ini membantu sekali untuk membersihkan diri.
Setelah menuntaskan urusan tersebut, kami langsung kembali ke pos dan melanjutkan tidur sampai pagi. Bangun pagi dan menyaksikan matahari terbit di atas gunung itu menjadi kenangan dan pemandangan yang tidak pernah kulupakan.
Melihat cahaya matahari muncul di balik gumpalan awan, dan dinginnya hawa gunung membuatku merasa hangat dan damai sekali. Mungkin perasaan itu salah satu yang membuat seorang ketagihan mendaki gunung.
Tidak lama setelah menikmati momen matahari terbit, kami langsung bergegas memasak dan sarapan, lalu melanjutkan perjalanan. Perjalanan ke pos 2 dan 3 kami lalui dengan lancar dan enjoy sekali. Sesekali kami istirahat untuk mengambil air dari mata air, lalu memasak mie dan melanjutkan perjalanan ke pos 4.
Perjalanan ke pos 4 adalah perjalanan paling indah menurutku. Karena kami tiba di sana ketika matahari mulai tenggelam. Menyaksikan senja langsung dari gunung, melihat cahaya matahari yang ada di sela-sela gumpalan awan dan pemandangan sekitar yang menjadi agak redup.
Tidak mau rugi, kami menikmati momen itu dengan berfoto-foto dan duduk berbincang tentang mimpi-mimpi yang ingin kami tuntaskan selepas mendaki Gunung Lawu. Hangatnya perkumpulan hari itu masih menjadi momen terindah kami sebelum akhirnya berpencar untuk melanjutkan hidup masing-masing.
Sampai di pos 4 kami istirahat sebentar dan berniat akan melanjutkan perjalanan ke puncak. Namun di tengah perjalanan menuju puncak, kami menyadari bekal kami tidak cukup. Meski di puncak ada warung Mbok Yem, tapi kami memilih untuk menetap di pos 4 dan tidak meneruskan perjalanan ke Puncak Gunung Lawu.
Menginap di pos 4 tidak terlalu buruk. Pos 4 merupakan gua kecil yang berada di sudut hamparan rumput luas. Pinggiran area rumput ditumbuhi bunga-bunga indah. Di sana kami memasang api unggun dan bercerita hingga larut malam. Setelah puas berbincang, kami istirahat dan bersiap untuk pulang esok harinya. Malam ini menjadi malam terakhir kami tidur di Gunung Lawu.
Pagi harinya kami bangun dan langsung memasak sarapan, lalu menyantapnya dengan lahap. Usai sarapan, kami bergegas turun dan kembali ke Pos Pendakian Gunung Lawu. Turun dari Gunung Lawu menuju Pos Pendakian Gunung Lawu tidak memakan waktu lama.
Siang hari kami sudah berada di Pos Pendakian Gunung Lawu. Istirahat sebentar, makan siang, bertemu dengan teman kami yang motornya rusak itu lalu melanjutkan perjalanan ke Jogja.
Selama pendakian, banyak karakter teman-temanku yang tersingkap, hahaha. Ada yang peduli dengan sesama, ada yang narsis, ada juga yang kebapakan. Karena sudah dekat dan saling tahu satu sama lain, aku merasa tidak terganggu dengan sikap mereka. Hanya saja jadi lebih tahu ini anak aslinya bagaimana.
Untuk teman-teman yang ingin mendaki gunung, sebaiknya bersiap-siap ya sebelum melakukan pendakian. Berikut tips mendaki gunung untuk pemula.
Tips Mendaki Gunung untuk Pemula
1. Pilih Gunung yang Sesuai
Pemula sebaiknya memilih gunung dengan tingkat kesulitan yang sesuai. Gunung dengan jalur pendakian yang lebih mudah dan tidak terlalu curam menjadi pilihan yang baik untuk memulai.
2. Lakukan Riset Terlebih Dahulu
Pelajari rute pendakian, cuaca, flora dan fauna setempat, serta segala persyaratan izin yang diperlukan. Riset ini membantu pemula untuk lebih siap menghadapi tantangan dan meminimalkan risiko.
3. Persiapkan Perlengkapan yang Tepat
Teman-teman bisa mempersiapkan peralatan seperti
- Pakaian yang hangat sesuai dengan kondisi cuaca.
- Tas carrier yang nyaman dengan kapasitas cukup.
- Sleeping bag dan matras penahan dingin.
- Perlengkapan pendakian dasar seperti kompas, peta, dan headlamp.
- Perbekalan makanan, minuman dan obat-obatan.
4. Pertahankan Kebugaran Tubuh
Mendaki gunung membutuhkan kebugaran fisik. Latihan ringan seperti berjalan kaki, jogging, atau hiking di wilayah dataran tinggi dapat membantu meningkatkan stamina dan kekuatan fisik.
5. Bawa Persediaan Makanan dan Minuman yang Cukup
Pastikan membawa persediaan air yang cukup dan makanan ringan yang dapat memberikan energi. Hindari membawa beban berlebihan namun tetap memastikan asupan nutrisi yang cukup.
6. Perhatikan Kondisi Cuaca
Pantau perkembangan cuaca sebelum berangkat dan selama pendakian. Hindari mendaki ketika kondisi cuaca buruk, seperti hujan lebat atau badai petir.
7. Jaga Kebersihan dan Konservasi Alam
Hormati lingkungan alam yang kita kunjungi. Bawa pulang sampah yang dihasilkan dan hindari merusak flora dan fauna setempat.
8. Pahami Kondisi Medan dan Perjalanan
Kenali medan yang akan dihadapi, termasuk kemiringan dan jenis tanah. Berhati-hatilah saat melewati jalur yang curam dan gunakan perlengkapan keamanan seperti tongkat hiking.
9. Kendalikan Kecepatan Pendakian
Jangan terlalu tergesa-gesa. Sesuaikan kecepatan pendakian dengan tingkat kesiapan fisik dan jangan ragu untuk beristirahat jika diperlukan.
10. Tetap Solid dengan Teman Rombongan
Jangan terpisah dar rombongan. Tidak perlu cepat sampai tujuan, yang penting selamat sampai tujuan. Jangan jadi teman yang egois, ya.
Penutup
Mendaki Gunung Lawu adalah salah satu momen terindah dalam hidupku. Meski momen terindah, aku belum siap untuk mendaki lagi, hahaha. Tidak ada trauma atau apa pun, cuma belum siap capek saja.
Namun, untuk teman-teman yang ingin memulai pendakian pertamanya, dengan memperhatikan tips di atas, teman-teman dapat lebih siap menghadapi dan mengapresiasi keindahan alam sambil menjalani pengalaman mendaki gunung dengan aman dan nyaman.
Mendaki gunung bukan hanya tantangan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual dan eksplorasi diri yang tak terlupakan. Percaya deh.
Jika teman-teman punya tips mendaki lainnya yang belum kutuliskan, boleh menambahkannya di kolom komentar ya. Atau, jika kalian punya pengalaman mendaki gunung, boleh ceritakan keseruannya di kolom komentar. Terima kasih.
14 Comments
Wah jadi inget pendakian pertama kali di gunung panderman. Sebagai pendaki pemula yang minim latihan, setidaknya jalan santai di pagi hari/ jogging. Dan itu bikin nyut-nyutan kaki. jujurly emang kalau mau mendaki 3 benda itu wajib dibawa mba. wkwkw karena jauh dari toilet, dan panggilan alam kadang dadakan tak bisa direncakan.
BalasHapusIya kak. Aku juga saat itu bukan orang yang rajin olah raga. Jadi meski sekadar jalan kaki santai aja itu terasa capek banget.
HapusAku aslinya nggak enakan jadi suka sungkan minta tolong. Tapi sekalinya hiking yang agak dadakan, jadi nggak persiapan mulai dari stamina sampai sepatu, udah deh, akhirnya banyak minta tolong juga. Berani bilang minta istirahat ke anggota kelompok lainnya, berani juga menerima tawaran bantuan dipegangin waktu ada turunan yang licin. Mungkin ini termasuk "keluar dari sifat yang biasanya ditunjukkan" ya, hehehe. Padahal medannya belum seberat naik gunung.
BalasHapusNah iya kak. Karena ada juga kan sifat-sifat kita yang munculnya kalau sedang terpaksa atau hanya di keadaan tertentu.
Hapuswah pengalamannya naik gunungnya seru nih, pasti jadi pengalaman tak terlupakan seumur hidup. Saya seneng liat foto2nya. kalo saya sendiri jujur belum pernah naik gunung sama sekali. pengen juga sih nyobain tapi takut cape ahaha. semoga someday ya kalo ada kesempatan, why not pengen coba juga. TFS tuk cerita dan tipsnya kak Annisa
BalasHapusHihihi, aku juga mau naik gunung lagi agak mikir mikir kak. Bener, takut capek hahah. Karena mendaki Lawu itu satu satunya Gunung yang kudaki sejauh itu, pastinya nggak akan terlupakan pengalamannya.
HapusBaru pernah mendaki sekali dan itu tektok. Pernah juga di bukit Sikunir, tapi masih ada air untuk BAB dan BAK. Kak, jujur aku agak susah dibagian menggali dan tidak menggunakan air untuk bebersih. Mungkin akan nahan ngga BAB, tapi kayanya bahaya ya?
BalasHapusAku juga nggak bisa kak kalau nggak bebersih pake air, cuma ya darurat. Bukan bahaya sih ya, lebih ke tidak bisa menahan keluarnya.
HapusMendaki gunung masih jadi wishlist yang belum kesampaian. Sampai sekarang udah punya anak, masih belum bisa. Padahal pernah dijanjiin sama suami mau diajak naik gunung, tapi waktunya selalu belum pas. Tips mendaki buat pemulanya pas banget buat aku. Pengen naik gunung yang tracknya mudah dulu. Bermanfaat banget tulisannya.
BalasHapusDaki bukit dulu aja kak. Tipis tipis dulu, baru deh nanti daki gunung kalau udah nyaman dan nemu semangatnya.
HapusWaktu SMA hampir mendaki ke Lawu, tapi baru sampai pos 1 ditahan gak boleh masuk karena cuaca sangat tidak bersahabat. Akhir menikmati cuaca dingin di kaki gunung Lawu aja
BalasHapusPenting banget ini kak. Melihat kondisi cuaca sebelum mendaki. Tapi hawa dingin di kaki gunung lawu itu enak banget ya, di tambah pemandangannya yang cakep
HapusDulu waktu kuliah, mau naik gunung mana hayo aja. Sekarang kayanya udah jompo, nggak sanggup naik gunung lagi karena badan udah nggak sebugar dulu. Tapi baca tulisan ini jadi tertantang untuk naik gunung lagi dan semoga bisa ajak anak-anak juga. Kakak punya rekomendasi gunung yang oke untuk mendaki bersama anak-anak ngggak?
BalasHapusBaca pengalaman naik gunung bareng temen memang seru ya kak. pasti gak akan terlupakan. Jadi tau juga karakter sebenernya teman itu gimana.. :D Nah, ada tips juga nih kalau mau bab di gunung gimana.. :D Aku termasuk bukan anak gunung hihi Dulu sempet pingin banget ngerasain naik gunung gimana, tapi makin ke sini entah kenapa gak ada keinginan lagi buat naik gunung... :)
BalasHapus