Memberi Pujian Pada Anak Dapat Menumbuhkan Bibit Gangguan Kepribadian Narsistik! Simak Fakta dan Penjelasannya Di Sini
Ketika membaca judul tulisan ini, mungkin banyak pertanyaan yang muncul di kepala. Memberikan pujian pada anak yang kelihatannya aman-aman saja, namun jika dilakukan dengan cara yang salah bisa berakibat fatal. Apakah teman-teman termasuk orang tua yang sering memberikan pujian pada anak?
Jika kita adalah orang tua yang sering memberikan pujian pada anak, mulai sekarang kita harus lebih hati-hati dalam mengapresiasi anak kita. Memberikan pujian memang penting banget untuk perkembangan si kecil. Tetapi, jika si kecil sudah terbiasa banjir pujian dari orang tuanya sejak ia kecil, bisa jadi berisiko menjadi pengidap Narcissistic Personality Disorder.
Bagaimana bisa? Mungkin itulah kata yang akan terlintas di pikiran kita. Sama seperti saya ketika mendengarkan paparan tentang hubungan gangguan kepribadian narsistik dengan memberikan pujian yang berlimpah kepada anak.
Pada artikel ini, saya ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang Narcissistic Personality Disorder, Tentunya informasi yang saya berikan valid, karena merujuk langsung dari kisah hidup seorang yang pernah hidup selama 23 tahun dengan pasangan yang memiliki gangguan kepribadian Narcissistic Personality Disorder. Juga merujuk dari penjelasan seorang psikolog. Pastikan teman-teman membaca artikelnya sampai selesai ya.
#KEBIntimate Bersama Kartika Soeminar, 23 Tahun Menjadi Korban Abuse Penderita Narcissistic Personality Disorder
Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 27 Juli, saya berkesempatan menghadiri acara #KEBIntimate bersama Mamak-mamak Blogger Jogja. Acara ini diadakan oleh Komunitas Emak Blogger dan Kartika Soeminar.
Di acara ini, Kartika Soeminar, seorang pengusaha kelahiran Surabaya ini membagikan pengalamannya menjadi korban abuse dari seorang yang mengidap NPD. Selama 23 tahun, Kartika Soeminar mengalami pergolakan batin dan kebingungan atas perlakuan abusif orang terdekatnya yang menderita NPD. 23 tahun berada dalam kubangan depresi, dan setelah menjalani serangkaian proses penyembuhan, akhirnya Kartika Soeminar bangkit dan terlepas dari jeratan manipulasi penderita NPD.
Usaha healing yang dilakukan Kartika Soeminar selain berkonsultasi dengan tenaga profesional adalah meluahkan isi hatinya dalam sebuah jurnal. Atau yang sering kita sebut dengan Journaling. Menulis untuk pulih, begitu prinsip yang diemban Kartika Soeminar. Sebentar lagi, buku tulisan perjalanan pulihnya akan terbit dan dapat dibaca orang banyak. Selain menulis, Kartika Soeminar juga menuangkan seluruh perasaannya dalam sebuah lagu.
Berhasil bangkit dan tidak ingin lebih banyak orang yang mengalami penderitaan yang sama dengan dirinya, Kartika Soeminar membentuk tim dan mengadakan kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken.
Bersama komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB), Kartika Soeminar keliling ke sejumlah kota besar di Indonesia, untuk menumbuhkan #NPDAwareness dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya edukasi diri dan memahami gangguan kepribadian narsistik. Terutama bagi perempuan, karena banyak kasus di mana perempuan menjadi korban dari perilaku abusive penderita NPD.
Narcissistic Personality Disorder dalam Sudut Pandang Psikolog
Pada acara #KEBIntimate tersebut juga turut dihadiri oleh Psikolog. Ery Surayka Puspa Dwi, S.Psi, Psi, CHt turut memberikan edukasi mendalam tentang gangguan kepribadian ini. Penuturannya yang jelas dan runtut membuat peserta mudah memahami apa sebenarnya gangguan kepribadian narsistik ini. Yuk, berikut saya jabarkan informasi seputar NPD.
Apa Itu Narcissistic Personality Disorder?
Narcissistic Personality Disorder adalah seseorang yang cenderung tidak percaya diri dan minder. Dia berada di dalan dimensi berpikir bahwa kesempurnaan adalah miliknya. Di dalam hubungan relasi, pengidap NPD ingin selalu tampil lebih menonjol secara penampilan ataupun kinerja. Sehingga ia merasa ia layak mendapatkan pujian.
Narcissistic Personality Disorder sangat kompleks dan sulit untuk diobati. Namun, penderita bisa mendapatkan treatment berupa psikoterapi dari profesional untuk membantunya keluar dari kepribadian narsis nya. Sayangnya, sangat sedikit bahkan menurut Ibu Ery, belum ada penderita NPD yang datang dan konsultasi kepada beliau.
Orang NPD itu biasanya sukses, jabatannya keren, banyak penggemar sosialisasinya bagus dan mapan. Juga loveable. Dalam berelasi dia akan terus menerus minta validasi, ketika tidak divalidasi dia akan merasa kecewa dan marah. Jadi sebetulnya dia cenderung minder dan akan selalu terlihat memakai topeng, jelas Ery Surayka.
Ciri-Ciri Pengidap Narcissistic Personality Disorder dan Kapan Seseorang Dinyatakan NPD
Menurut kitab PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa) DSM-V (American Psychiatric Association, 2013), sembilan ciri-ciri pengidap Narcissistic Personality Disorder, sebagai berikut:
1. Merasakan sensasi pentingnya diri sendiri. Seperti menyombongkan bakat dan pencapaian, ingin dianggap superior meskipun tidak memiliki penghargaan yang sepadan.
2. Dipenuhi fantasi kesuksesan, kekuatan, kecerdasan, kecantikan maupun kegantengan, atau cinta ideal yang tidak ada batasnya.
3. Percaya jika mereka spesial, unik, dan hanya bisa dipahami atau diasosiasikan oleh orang-orang maupun institusi yang memiliki status yang tinggi.
4. Merasakan keinginan berlebihan untuk dikagumi.
5. Merasa berhak tinggi. Seperti berhak mendapatkan perlakuan khusus yang sesuai ekspektasinya.
6. Interpersonally exploitative, yaitu memanfaatkan orang di sekitarnya untuk mencapai keinginannya.
7. Tidak memiliki empati. Tidak ingin menyadari atau mengasosiasikan diri dengan perasaan dan kebutuhan orang lain.
8. Seringkali merasa iri dengan orang lain atau percaya jika orang lain merasa iri dengannya.
9. Menunjukkan perilaku atau sikap yang arogan dan angkuh.
Seseorang dapat didiagnosis dengan NPD apabila menunjukkan setidaknya 5 atau lebih dari 9 ciri-ciri di atas.
Penyebab Seseorang Bisa Terdiagnosa NPD
Menurut Ery Surayka, setidaknya ada dua hal faktor utama penyebab seseorang bisa terdiagnosa NPD, yaitu:
Faktor Genetik
Faktor genetik menjadi faktor pertama, sebab gangguan kejiwaan dan kepribadian itu dapat menurun ke keturunan kita.
Biasanya dalam satu garis keturunan terdapat gen NPD pada salah satu anggota keluarga yang bisa diwariskan ke anggota keluarga lainnya.
Pola Asuh
Pola asuh yang didapatkan ketika masih kecil dapat menjadi pencetus bibit-bibit NPD di masa depan. Terlebih jika anak dibesarkan dengan pengasuhan yang menuntut anak tumbuh dengan citra kesempurnaan tanpa cacat cela. Orang tua yang terlalu memanjakan anak dengan memberikan penghargaan kepada anak secara berlebihan akan membuat anak menjadi overproud dan haus validasi.
Sebaliknya, ada juga kondisi waktu kecil dia (anak) diabaikan, tidak pernah dipuji, tidak pernah diberikan apresiasi. Ketika sudah mapan, dia menuntut pasangannya untuk memujinya. kebanyakan orang dengan NPD ini ujungnya tidak setia ketika dia tidak dipuji setiap saat, tutur Ery Surayka.
Efek Kekerasan Psikologis yang Dilakukan Pengidap NPD kepada Orang di Sekitarnya
Penderita NPD biasanya tidak menyadari gangguannya. Namun, orang di sekitar penderita NPD bisa mengalami kekerasan psikologis yang dilakukan penderita NPD. Terlebih jika relasi tersebut terjalin erat dan memiliki intensitas bertemu yang tinggi.
Kekerasan psikologis tersebut tentu akan meninggalkan jejak luka dan trauma, khususnya pada pasangan yang salah satu di antaranya penderita NPD. Umumnya korban NPD mengalami dua efek psikologis, yaitu gangguan kecemasan dan self blaming. Yuk kita bahas satu per satu efek dari kekerasan psikologis ini.
1. Gangguan Kecemasan
Korban NPD biasanya akan mengalami kecemasan yang tinggi setiap harinya. Korban merasa harus memberikan pujian setiap saat kepada pasangannya. Jika tidak, ia akan mendapatkan hukuman.
Sayangnya, seberapa banyak pujian yang sanggup diberikan korban kepada penderita NPD, pujian tersebut tidak akan pernah cukup bagi mereka. Penderita NPD akan menuntut lebih dan lebih banyak lagi pujian. Sehingga jika korban tidak mampu memberikannya, pengidap NPD ada menyalahkan korban. Bisa dengan mengungkit kebaikan yang sudah diberikannya.
Pola hubungan dengan penderita NPD cenderung memiliki siklus yang tidak sehat. Pola tersebut terdiri dari empat fase utama, yaitu:
- Idealisasi
Pada fase ini, penderita NPD menempatkan pasangannya pada pedestal. Mereka akan memuji pasangannya tanpa henti, memberikan perhatian yang berlebihan, dan membuat pasangan merasa sangat spesial. Fase ini seringkali terasa seperti dongeng bagi pasangan, karena mereka merasa sangat dicintai dan dihargai. Namun, penting untuk diingat bahwa idealisasi ini tidaklah tulus, melainkan merupakan cara penderita NPD untuk mengontrol dan memanipulasi pasangan.
- Devaluasi
Setelah fase idealisasi, penderita NPD mulai menunjukkan sisi gelap mereka. Mereka akan mulai mengkritik pasangannya, meremehkan pencapaian pasangan, dan membuat pasangan merasa tidak berharga. Penderita NPD sering kali menggunakan gaslighting, yaitu taktik manipulasi psikologis yang membuat korban meragukan realitas mereka sendiri. Tujuan dari fase devaluasi adalah untuk menghancurkan kepercayaan diri pasangan dan membuatnya sepenuhnya bergantung pada seorang dengan NPD.
- Discord
Pada fase discord, hubungan menjadi sangat kacau. Terjadi pertengkaran yang sering dan intens, dan penderita NPD mungkin mulai menunjukkan perilaku yang kasar atau bahkan kekerasan fisik. Pasangan sering merasa bingung dan tertekan, karena mereka tidak dapat memahami perubahan drastis pada perilaku pasangan mereka.
- Hoovering
Setelah fase discord, seorang dengan NPD mungkin mencoba untuk menarik kembali pasangan mereka dengan cara yang manis dan penuh penyesalan. Mereka akan berjanji untuk berubah dan meminta maaf atas perilaku mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa hoovering ini hanya bersifat sementara. Jika pasangan kembali, siklus kekerasan akan berulang kembali.
Lingkaran setan ini tentu membingungkan dan menyakitkan bagi korban. Lalu timbul perasaan cemas yang berlebihan.
2. Self Blaming
Para korban biasanya menyalahkan dirinya sendiri, akibat dari manipulasi emosi penderita NPD. Jika korban bertahan dengan relasinya tersebut, maka risikonya mental korban akan hancur. Sementara jika meninggalkan pasangannya yang NPD, ia akan merasa takut akan komentar orang terdekatnya. Khawatir dicap sebagai pasangan yang buruk.
Nah, jika sudah berada dalam posisi seperti ini, jangan ragu untuk konsultasi ke ahlinya, seperti psikolog. Jangan berlama-lama berada di kubangan depresi dan kecemasan, segera bangkit dengan meminta pertolongan.
Cara Menghadapi Orang dengan Narcissistic Personality Disorder
Memang cukup menantang ya berhadapan dengan penderita NPD. Namun dengan beberapa tips di bawah ini, cukup membantu jika kita bersinggungan dengan orang yang menderita NPD.
1. Metode Gray Rock : teknik strategi menjadi orang membosankan agar tidak menarik bagi mereka. Emosi flat, monoton dan hindari kontak mata.
2. Batasi Emosi : Jangan terbawa emosi ketika berkomunikasi dengan mereka, sebab bisa saja kita sedang dimanipulasi. Jadi, jangan memberikan reaksi emosi yang menarik mereka untuk dekat dengan kita.
3. Tetap pada Fakta Bukan Perasaan : Jangan mudah terbuai dengan kata manis mereka. Memang agak sulit ya memilah perkataannya, namun tetap waspada dan berpijak pada fakta.
4.Tetapkan batasan dan komunikasi yang jelas : Jangan beri kesempatan yang banyak untuk mereka melakukan komunikasi yang intens dan bertele-tele.
5. Jangan Memberikan Persetujuan : Jaga kesehatan mentalmu dengan jangan memberi persetujuan dan pengakuan. Meski mereka sedang menyombongkan dirinya dan memberikan kita perhatian yang tidak umum, jangan beri persetujuan atas tindakan dan perkataannya.
6. Pahami Kondisi Mereka : Rajin mengedukasi diri terkait gangguan kepribadian narsistik dan peka terhadap kondisi mental kita.
7. Cari bantuan profesional jika mulai mengalami kecemasan dan gangguan emosi lainnya.
Cara Aman Memberikan Pujian Kepada Anak Agar Tidak Tumbuh Bibit Narsistik di Masa Depan
Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, salah satu penyebab dari NPD adalah pola asuh. Pemberian pujian yang tidak tepat dan berlebihan akan membuat anak menjadi over proud, haus pujian dan merasa semua orang harus memujinya seperti yang sering dilakukan oleh orang tuanya.
Untuk itu, kita harus membatasi pujian yang berlebihan pada anak. Misalnya dengan tidak memberikan apresiasi yang berlebihan jika ia berhasil mendapatkan sesuatu yang sudah seharusnya ia dapatkan. Contohnya, tidak memberikan anak hadiah barang mewah dan pujian berlebihan jika dia berhasil naik kelas. Pujilah sekedarnya.
Berikan pujian yang spesifik pada anak, seperti nilai kamu bagus, banyak yang tinggi, ya nilainya. Pertahankan giat belajarnya. Berikan pujian yang fokus pada usahanya. Seperti, kamu sudah belajar keras untuk mendapatkan nilai ini. Itu bagus sekali, lo.
Berikan juga pujian yang mendorong pada pertumbuhan. Pujian haruslah diberikan dengan tulus dan realistis. Agar anak juga paham dengan kemampuan dirinya.
Acara #KEBIntimate yang mengangkat tema #BreakTheSilence: 23 Years of Narcissistic Abuse Survivor bersama Ibu Kartika Soeminar dan Ibu Ery Surayka ini benar-benar membuka mata dan pikiran lebih luas lagi tentang gangguan kepribadian narsistik.
Sebagai orang tua yang termasuk sering memberikan pujian pada anak, saya jadi lebih berhati-hati agar pujian tersebut tidak menjadikan tumbuhnya bibit narsistik dalam dirinya. Pun sebagai bagian dari relasi sosial, saya juga jadi lebih aware jika mendapatkan perilaku yang tidak wajar dari orang di sekitar.
Semoga mereka yang terpuruk dan masih terjerat dalam lingkaran setan bersama penderita NPD segera menyadari kondisinya dan mencari pertolongan ke profesional. Relasi apapun itu jika sudah mengancam kesehatan mental kita, sudah sepantasnya kita menyadari dan memproteksi diri darinya.
Bagaimana? Apakah teman-teman pernah bersinggungan langsung dengan penderita NPD? Ceritakan pendapat dan kisah kalian di kolom komentar, ya.
2 Comments
semoga dengan edukasi yang baik, kita tidak menumbuhkan bibit NPD pada generasi berikutnya ya
BalasHapusAmiin. Semoga korban abuse NPD juga mendapatkan pertolongan dan keluar dari lingkaran setan yang membelenggunya.
Hapus