Setelah sekian lama tidak pernah camping lagi, akhirnya aku kembali merasakan dinginnya udara malam di alam terbuka, dan hangatnya tidur di dalam tenda. Kalau semasa menjadi mahasiswa, tidak usah ditanya lagi. Setiap hari Sabtu dan Minggu sudah pasti sedang camping.
Serunya camping kali ini karena aku sudah tidak perlu membuat orang tuaku khawatir lagi karena anaknya pergi terus ke alam terbuka. Menginap, di tenda pula. Sekarang mereka tidak perlu khawatir lagi, karena ada menantunya yang menjagaku, ditambah cucunya juga.
Kami berangkat dari rumah, selepas shalat Isya. Lalu sampai ddi Waduk Sermo dua jam kemudian. Sebenarnya itu waktu tempuh yang lama, sebab seharusnya kami bisa sampai dalam waktu satu setengah jam saja. Lalu, kenapa bisa sampai dua jam? Apalagi kalau bukan tersasar karena ngikutin Google Maps. Ampun.
Akhirnya kami minta jemput dengan teman- teman yang sudah di lokasi sejak tadi. Jadi kami sampai lebih cepat. Sesmapainya di Waduk Sermo, kami langsung disambut dengan nyanyian dan alunan gitar. Karena kami datang membawa daging qurban, yang rencananya akan dijadikan sate. Sudah terbayang bagaimana serunya membakar sate dan menyantapnya di bawah gemerlapan bintang dan berbincang bersama teman-teman. Sungguh rindu sekali rasanya.
Bercerita Hingga Pagi, Nostalgia Masa Kuliah
Kalau sudah bertemu dengan teman-teman, terlebih menginap di suatu tempat, sudah pasti seketika mata tidak akan mengantuk. Kami menghabiskan malam itu dengan bertukar menyantap rawon, bermain gitar dan tentunya bertukar cerita.
Bersyukur Shanum sudah tertidur pulas di dalam tenda, jadi kami berdua bisa bebas bercerita sampai pagi. Namanya juga cerita, banyak sekali yang di bahas. Mulai dari masalah di organisasi, masalah pribadi, sampai cerita tentang demit atau hantu.
Rasanya cerita tentang demit ini tidak ada habisnya kalau dibahas, ada-ada saja pengalaman orang yang mengaku pernah bersinggungan dengan demit. Entah diganggu atau merasa memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain.
Salah satu temanku bercerita, kalau mereka pernah menghuni sebuah kontrakan di daerah dekat salah satu kampus di Jogja. Di kontrakan tersebut mereka kerap diganggu makhluk tak kasat mata. Namun, demit nya ini cukup humoris. Ketika memasuki tubuh seorang dari anggota kontrakan tersebut yang disinyalir memiliki kepekaan terhadap hal mistis, sang demit selalu meminta es jeruk. Apa dia juga merasakan hawa panas Jogja, ya hahaa.
Di lain kesempatan, teman yang berbeda bercerita kalau dia memiliki firasat yang cukup kuat tentang sesuatu yang akan terjadi. Cerita demi cerita tentang firasatnya dia ceritakan. Sampai di satu kesempatan, aku ingin buang air besar. Memang dasar perut yang tidak bisa diajak kompromi. Bisa-bisanya di tengah cerita seram begini dia ingin mengeluarkan sesuatu.
Panggilan alam tidak bisa ditolak, akhirnya aku berdiri dan ingin bergegas ke kamar mandi. Aku lantas mengajak suamiku. Belum sempat suamiku menanggapi ajakanku, temanku yang tadi bercerita memiliki firasat yang sensitif itu langsung berdiri dan mengajakku ke kamar mandi. Dia ingin buang air kecil katanya.
Akhirnya kami berdua pergi ke kamar mandi. Aku sengaja tidak memakai sendal karena takut terjatuh akibat licin. Nah, ketika melihatku bertelanjang kaki, temanku ini langsung nyeletuk.
Kak, nggak pakai sendal? Nanti kena duri lo.
Aku langsung menepis kata-katanya.
Heisssh, jangan ngomong gitu dong. Ntar kejadian lagi.
Kami berdua berjalan ke kamar mandi yang tidak begitu jauh dari lokasi. Kegiatan buang air itu berjalan lancar. Kamar mandi di Waduk Sermo ini cukup bersih dan banyak. Jadi tidak sampai antre meski ramai yang ingin buang air. Setelah selesai dari kemar mandi, kami bergegas kembali ke tenda.
Di jalan kembalinya ke tenda, barulah aku menyadari sesuatu. Yaps, kakiku kena duri. Untungnya tidak terlalu dalam dan tidak berbahaya.
Sesampainya di tenda, kami melanjutkan cerita tentang perkuliahan. Ada yang merasa pusing karena menghadapi dosen yang tidak kooperatif dalam proses mengerjakan tugas akhir, ada pula yang bercerita tentang betapa terkejutnya dia ketika memasuki hari-hari pertama kuliah. Karena bayangannya kuliah itu seindah cerita di novel teenlit dan FTV.
Sebagai senior yang baik dan sudah kenyang dengan asam garam drama skripsi, aku lantas memberikan masukan dan semangat ke adik-adikku itu. Skripsi itu sangatlah mudah, sangat mudah. Kalau kita sudah berhasil melewatinya. Namun, kalau masih dalam tahap mengerjakannya, ya memang menantang sekali. Terlebih harus berhubungan dengan dosen yang tidak kooperatif dan seenaknya sendiri. Tambah sulit lah skripsi tersebut.
Apapun itu kendalanya, bagi teman-teman yang mungkin masih menjadi mahasiswa dan tengah bergelut dengan tugas akhir. Pesanku, kerjakan dengan baik apa yang menjadi tugasmu dan apa apa yang ada dalam kendalimu. Selebihnya, berdoalah agar kamu ditemukan dengan orang-orang yang memudahkan jalanmu dalam menyusun tugas akhir.
Menikmati Sunrise dan Suasana Waduk Sermo di Pagi Hari
Momen sunrise selalu menjadi momen yang kutunggu ketika camping. Entah di gunung ketika muncak, atau di pantai. Cahaya matahari pagi yang masih mengintip malu-malu itu selalu indah jika dipandang dan dipotret. Pun jika cahayanya sudah muncul sempurna, sekeliling menjadi hangat dan pantulan sinarnya nampak di permukaan air waduk.
Setiap pagi akan ada dua sampan yang keliling Waduk Sermo. Sampan tersebut mencari penumpang, barangkali ada di antara para orang yang berkemah ingin berkeliling waduk. Untuk satu kali perjalanan cukup membayar Rp10.000 per orang dan akan dibawa jalan-jalan keliling Waduk Sermo yang luas.
Suasana alam khas pedesaan lekat terasa di Waduk Sermo. Jejeran pohon kelapa yang tumbuh di pinggir jalan, jalan aspal yang mulus dan berkelok membuat pemandangan Waduk Sermo seperti tidak nyata, seperti lukisan. Lokasi camping di Waduk Sermo memang banyak, karena waduknya juga cukup luas. Jadi, ada sekitar 4 sampai 7 tempat yang bisa dijadikan tempat camping.
Enaknya, di Waduk Sermo ini mobil bisa masuk. Pendatang yang membawa campervan seperti Volkswagen pun ada. Jadi suasana camping bisa di atur sendiri senyamannya, tidak cuma bisa memakai tenda saja. Pagi hari itu kami habiskan dengan menyanyi bersama, foto-foto dan memasak lalu sarapan bersama. Momen yang entah kapan lagi bisa diulang.
Ternyata Membawa Balita untuk Camping Tidak Repot-repot Amat
Saat suamiku mengajak kami camping, yang pertama kali terpikir adalah apakah Shanum akan baik-baik saja ketika tidur di alam terbuka, bukan di atas kasur dan udaranya yang dingin. Namun, itulah anak kecil, mudah sekali mengerti. Aku hanya sounding tentang lokasi tujuan kami seperti apa, siapa saja yang akan dia temui di sana dan kegiatan apa saja yang mungkin bisa Shanum lakukan di tempat camping.
Selama perjalanan dan di lokasi camping, Shanum tampak menikmati suasana. Tidak menunggu lama ia lantas langsung tertidur di dalam tenda dan tidak terbangun sampai pagi. Pulas sekali. Pun ketika bangun di pagi harinya, Shanum tampak ceria, tidak menangis dan sarapan dengan porsi yang cukup banyak.
Hmmm dasar ya anak kecil. Kalau di rumah aja susah sekali menghabiskan porsi makanannya, kalau di sedang jalan-jalan aja, lahap sekali. Setelah sarapan, Shanum langsung berlarian di sekitar waduk dan bermain ayunan. Di sini tidak ada permainan untuk anak-anak, namun area camping nya cukup luas. Jadi anak-anak tetap bisa berkegiatan dan lari-lari di sekitar waduk.
Aku berencana akan rutin membawa Shanum camping. Karena bagus sekali untuk kegiatan selingannya. Di saat berkemah atau camping, anak-anak akan mendapatkan langsung cahaya matahari pagi yang kaya vitamin D itu. Kalau di rumah kan terbatas ya, karena di pagi hari tentu ayah dan ibunya ini berkegiatan persiapan untu sarapan dan kerja.
Ketika camping anak juga bisa bersosialisasi dengan pengunjung lain atau teman ayah dan ibunya. Bisa bermain dan berkegiatan di alam bebas dengan puas. Camping bersama anak dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan. Jangan lupa persiapan dan perencanaan yang matang, kita dapat memastikan bahwa anak-anak kita mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan camping.
Di Waduk Sermo, pengunjung sudah disediakan listrik dan colokan, jadi tidak usah takut kehabisan daya. Jika ingin memasak nasi, juga bisa pakai rice cooker. Tenda dan perlengkapan camping lainnya seperti kompor dan nesting juga sudah tersedia, namun tetap dikenakan biaya. Amannya sih membawa tenda dan perlengkapan dari rumah, jadi ketika di Waduk Sermo tinggal gelar tenda saja. Pengunjung dikenai biaya Rp50,000 per orangnya.
Kami mendirikan tenda di kawasan camping Taman Nggudhang. Masih ada sekitar 7 area camping lainnya. Setiap area pasti menyuguhkan pemandangan Waduk Sermo dari sisi yang berbeda. Tergantung, kalian ingin menikmati Waduk Sermo dari sisi yang mana. Untuk selengkapnya detail lokasi camping, bisa lihat informasi di website Waduk Sermo.
Semua tempat camping buka 24 jam kok. Jadi ya aman saja ingin datang kapan kalian mau. Semua lokasi sudah difasilitasi listrik, kamar mandi, dan air bersih. Lokasi camping akan kita dapati dalam keadaan bersih. Maka, sewajarnya bila ingin meninggalkan lokasi camping harus dalam keadaan bersih pula.
Berjalanlah di alam dengan kaki telanjang. Rasakan bumi di bawah kakimu dan biarkan energi alam mengalir melalui tubuhmu
5 Comments
Asyik bangets kak,suasana alam sangat menyejukkan...pemandanganny adem bangetsss ada airnya juga...bisa liht sunset...seruuuunyahhhh
BalasHapusYa ampun, kok, tu demit sama kayak saya doyan es jeruk. Memang langsung bikin nyesss kalau cuaca lagi panas-panasnya. Saya kerap tergoda kalau ada yang camping gini, tetapi, ya, gitu banyak tapinya. :')
BalasHapusHa ha ha demitnya coba dikasih es jeruk tanpa gula yang dicampur cuka, kira-kira masih suka nggak yaaa. Btw suasananya syahdu bangeeet. Cocok buat healing yaaak
BalasHapusShanum kebalikan sama anakku Kak. Kalau anakku dibawa jalan ke luar malah makin susah makannya, karena sibuk eksplor ini itu. 😅
BalasHapusdemitnya ikut kepanasan sama hawanya Jogja, jadi sekalian minta es deh 🤠viewnya bagus banget kak
BalasHapus