Pengalaman Membaca Novel Roman Negeri Senja Karya Seno Gumira Ajidarma- Cerita ini tentang senja dan cahaya keemasan yang dimilikinya. Bagaimana jika senja terus menjadi senja, maksudnya bagaimana jika matahari tidak pernah tenggelam, hanya tersangkut mengambang di cakrawala? Tidak naik maupun turun. Tidakkah setiap hari dan setiap waktu adalah waktu senja?
Demikianlah hal yang terjadi di Negeri Senja. Sebuah negeri terpencil, tidak terkenal bahkan tidak ada di peta dunia mana pun. Sebuah negeri yang hanya diketahui oleh pengembara yang pernah singgah di sana, atau rombongan kafilah-kafilah yang lewat dan tersesat.
Cerita bermula dari seorang pengembara yang tersesat di negeri di mana matahari selalu menggantung di cakrawala ini. Negeri yang aneh dan dengan bahasa yang aneh pula. Penduduk negeri juga tidak kalah aneh dan penuh misteri.
Penduduknya tidak pernah menampakkan wajah mereka, selalu tertutup dalam balutan jubah hitam dan berjalan di bawah remang-remang cahaya, alih- alih berjalan di bawah cahaya jingga senja. Konon pemimpin negeri ini seorang pemimpin yang kejam dan buta bernama Tirana.
Membingungkan sekaligus membuat penasaran. Meski begitu, novel ini cukup seru. Lalu bagaimana kah Negeri Senja itu? Baca artikel ini sampai habis, ya.
Review Novel Roman Negeri Senja Karya Seno Gumira Ajidarma
Dalam karya seni sastra, terkadang seorang penulis mampu menciptakan dunia baru yang begitu mendalam melalui kata-kata. Seno Gumira Ajidarma, dalam bukunya yang menakjubkan, membawa pembaca ke dalam perjalanan seorang pengembara yang yang menegangkan.
Tanpa menyebutkan nama karakter utama, Negeri Senja menjadi panggung sebuah kisah yang penuh dengan luka, kegelapan, dan senja yang tak kunjung meredup.
Negeri Senja, sebuah tempat di mana senja terasa seperti terpaku di cakrawala, mengundang pembaca untuk menjelajah dalam keindahan dan kegelapan yang saling berbaur. Pimpinan buta, Puan Tirana, mewarnai kehidupan penduduk dengan kekejamannya.
Cahaya senja yang memesona turut memperlihatkan kemiskinan yang melanda negeri ini, di mana mayat yang bergelimpangan menjadi pemandangan sehari-hari. Seno Gumira Ajidarma melukiskan intrik kehidupan Negeri Senja dengan indah, membawa pembaca ke dalam dunia yang penuh dengan pembunuhan, pemberontakan, dan kebencian.
Melalui tulisan yang memukau, kita diajak untuk menyusuri baris-baris cerita yang tertata rapi, menggambarkan penderitaan dan perjuangan karakter-karakter yang terlibat.
Penduduk Negeri Senja hidup dalam keheningan, lebih memilih tatapan dan kode sebagai alat komunikasi. Puan Tirana, pemimpin buta yang mampu membaca pikiran melalui cahaya senja, menciptakan atmosfer keterbatasan dan ketakutan.
Masyarakat terkungkung dalam kegelapan, meski dihiasi sinar keemasan senja yang menyoroti seluruh negeri.
Gaya menulis Seno Gumira Ajidarma menciptakan nuansa yang unik, di mana kata-kata "cinta" dan "senja" menjadi pusat perhatian. Bahkan, dalam satu bab, kita dibawa pada cerita kehilangan kata cinta di Negeri Senja, memberikan dimensi emosional yang mendalam pada kisah ini.
Di balik keindahan bahasa dan penggambaran yang menawan, Negeri Senja membawa pesan moral dan kritikan terhadap pemerintahan. Seno Gumira Ajidarma, sebagai penulis yang bijak, tidak melulu menyalahkan pemerintah. Melalui perjalanan sang pengembara, pembaca diajak untuk merenung dan menyelami makna perjalanan yang tanpa ujung.
Sebagaimana pengembara yang meninggalkan Negeri Senja, Seno Gumira Ajidarma melahirkan karya yang melegenda. Melalui metafora dan simbolisme yang brilian, bukunya tidak hanya menghibur tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang kehidupan, kegelapan, dan cahaya yang senantiasa menyinari perjalanan panjang ini.
Penutup
Meski kalimat dalam buku ini agak sulit dimengerti dan butuh dua kali baca baru memahami maksudnya, buku Negeri Senja tetap cocok untuk dibaca. Terlebih di masa-masa menentukan pemimpin seperti saat ini.
Buku ini sudah lama terbitnya, tapi aku baru baca di penghujung tahun 2023 ini. Jika teman-teman sudah membaca buku Negeri Senja Karya Seno Gumira Ajidarma ini, silakan berbagi pengalaman di kolom komentar, ya.
Terima kasih. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya, Gengsss..........
2 Comments
Karya Seno Gumira kelihatannya memang bahasanya bukan yang lugas, dan sastra sekali. Biar begitu, tetap membawa imajinasi pembaca meski harus dibaca berkali kali dulu. Nice review kak
BalasHapusHalo Kak. Terima kasih sudah membaca tulisan saya.
Hapus