The Daily Walks
  • Home
  • Lifestyle
  • Beauty
  • Travel
  • Hotel
  • Cafe&Culinary


2014, awal masuk kuliah aku memulai serius belajar menulis dan berani menuangkan isi kepalaku di blog. Biasanya semua tulisan akan hanya tercantum dalam buku tulis dan tentunya tidak pernah dibaca orang lain selain diriku sendiri. Awal kuliah aku mulai membuat kanal blog sendiri dan rajin menulis di sana. Tujuan awalnya hanya ingin berbagi tentang apa yang kurasakan dan hal hal yang terjadi dalam kehidupan perkuliahanku. 

Aku masih mengingat bagaimana semangatnya aku pergi ke warnet dekat kos untuk berselancar di blog. Menuliskan kejadian yang kualami hari itu berikut dengan perasaan-perasaannya. Aku seperti menemukan teman bercerita baru, hahaha. 

Saat itu yang kutahu hanya menulis, menulis, dan menulis. Kukira apa yang kutulis akan tersebar dengan sendirinya di internet dan semua orang bisa menjangkaunya, ternyata tidak semudah dan sesederhana itu. Banyak sekali hal yang perlu dipelajari agar tulisan-tulisanku bisa dijangkau banyak orang. 

Sebuah blog tidak terlepas dari sebuah nama, sebelum mengetahui betul pentingnya nama sebuah blog, aku memberi nama blogku sesuai dengan perasaanku waktu itu. The Winner, nama pertama blogku yang terinspirasi dari semangatku menjadi seorang pemenang. 

Meski menulis adalah hobi dan pekerjaan yang pasti kulakukan ketika aku penat, ada waktunya juga aku sangat malas dengan aktivitas ini. Blogku pernah terbengkalai begitu saja, ya kurang lebih tiga tahun. Lamaaa sekali bukaaan. 


 Baca juga : Blogwalking; Menjalin Koneksi dan Promosi

Mengambil dari nama sendiri


Awal tahun 2018, aku berniat untuk kembali menulis di blog dengan serius. Niat ini diinisiasi dari sebuah pertanyaan yang saat itu sangat mengusik pikiranku. Kamu ingin dikenal sebagai apa? 
Berawal dari pertanyaan ini, aku mulai serius memikirkan segala hal tentang masa depan blogku. Mulai dari tujuan kembali menulis, nama, hingga sebagai apa blogku ingin dikenal pembaca. 

Alasan mengambil nama sendiri menjadi nama blog adalah bertujuan dengan personal branding. Memperkenalkan diri kepada banyak orang. Meninggalkan jejak jejak tulisan yang mungkin dan semoga akan menjadi jejak juga dalam pikiran seseorang lalu menginspirasinya. 

Teman tumbuh


Selain menamainya dengan nama sendiri, aku juga menampilkan teman tumbuh sebagai nama. Bukan tanpa alasan, aku ingin blog ini menjadi teman tumbuh bagiku dan bagi pembaca tulisanku. Atas misi itu, aku jadi banyak belajar tentang konten yang akan kutuliskan. Menimbang dan memperhitungkan kebenaran setiap informasi yang kusampaikan dan juga sebagai tempat aku mengasah kemampuanku. 

Meskipun hanya tulisan pada platform blog sendiri, bukan berarti aku bebas menuliskan apa saja dan memasukkan informasi dari mana saja tanpa memperhitungkan setiap kebenaran dari informasi tersebut. Jadi, semoga segala tulisan yang ada dalam blog ini bisa menjadi teman tumbuhku dan juga teman tumbuh kalian, para pembaca setia blog ini. 


Jika orang tua yang memberikan nama pada anaknya selain bertujuan untuk memberi tanda pengenal, juga menyelipkan banyak harapan dan doa. Pun begitu denganku. Blog ini sudah beberapa kali berganti nama hingga pada akhirnya namaku sendirilah yang menjadi nama dan branding blog ini. 

Kalau kalian, hal apa yang mendasari nama blog kalian? Jika belum memiliki nama blog, yuk segera dibuat blognya, heheheh. Akan banyak manfaat yang didapatkan dari kegiatan blogging, salah satu manfaat paling seru dan nikmatnya adalah pengalaman bertumbuh. Kalian akan melihat perkembangan tulisan, cara berpikir dan berargumen kalian melalui tulisan-tulisan kalian sendiri. Dari sana bisa dilihat perkembangan seperti apa yang sudah kalian alami. So, jangan ragu dan segera membuat tulisan pertama kalian di blog. 

Selamat belajar dan bertumbuh, dear teman tumbuh. 





Apaaaa??? Malas???? Serius????

Yaps. Serius dong. Selama ini kita diajarkan untuk bekerja keras supaya sukses, supaya apa yang kita inginkan bisa ada dalam genggaman, kita harus kerja keras. Kerja keras adalah harga mati yang tidak bisa lagi ditawar. Kerja keras adalah kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah, tidak kenal lelah sebelum apa yang ditargetkan berhasil didapatkan. 

Apakah harus selalu kerja keras untuk bisa mendapatkan apa-apa yang diinginkan? Jawabannya adalah tidak. Kita tidak perlu kerja keras untuk mendapatkan itu semua. Oke, mungkin tulisan ini akan membuat kalian bertanya-tanya, sedikit saya jelaskan tentang sesuatu dalam diri manusia yang sebenarnya kunci dari performa terbaiknya, dalam hal apa pun. 

Kisah ini diangkat dari seorang komandan tentara Jerman, Jendral vont Moltke yang membagi prajuritnya dalam empat jenis sesuai dengan ciri mental dan fisiknya. Pertama adalah mereka yang memiliki mental bodoh, dan secara fisik mereka pemalas. Kedua adalah mereka yang memiliki mental cerdas dan secara fisik gesit. Ketiga adalah mereka yang bermental bodoh, namun gesit secara fisik. Keempat adalah mereka bermental cerdas dan malas secara fisik. 

Dalam pembagian tugas, Jendral vant Moltke memberikan tugas yang paling ringan, sederhana, rutin dan tidak menantang pada prajurit yang memiliki mental dan fisik pemalas. Prajurit dengan mental cerdas dan gesit dinilai Jendral vant Moltke sebagai orang yang selalu terobsesi dengan manajemen mikro, sehingga mereka akan menjadi pemimpi yang payah. Manajemen mikro adalah di mana pemimpin terus menerus mengamati, mengendalikan, mengingatkan bawahannya. 

Prajurit yang bermental bodoh dan bertubuh gesit dianggap sangat berbahaya oleh Jendral vant Moltke, karena mereka akan bekerja dan berbicara serampangan dan terus membuat masalah, sehingga perlu pengawasan yang tinggi. Prajurit jenis ini akan lebih baik dipecat dan tidak masuk dalam tim. 

Prajurit dengan mental cerdas dan fisik pemalas, bagi Jendral vant Moltke layak menduduki jabatan tertinggi. Karena mereka cukup pintar untuk melihat apa yang harus dilakukan, namun karena termotivasi dengan rasa malas, mereka akan mengambil jalan yang paling mudah, ringkas dan singkat untuk memperoleh keberhasilan. 

Jadi, harusnya hidup itu yang bagaimana sih?

Bermainlah. 

Jalani hidup sebagai permainan. Agar kita sampai pada puncak kesuksesan, kita harus memahami tentang permainan, kekonyolan dan gelak tawa. Coba deh, ketika melakukan kesalahan dan kita mampu menertawakan diri kita yang konyol, mungkin kita tidak akan pernah bertemu dengan menyalahkan diri sendiri, yang ada kita bisa belajar dari kesalahan, kekonyolan dan siap melanjutkan hidup.  

Jadi, berhentilah bekerja dan mari bermain-main hahaha. Bukan berarti kita harus hengkang dari pekerjaan kita sekarang ya, tapi selesaikanlah pekerjaan kita dengan mengubahnya menjadi permainan. Pekerjaan kita harus menyenangkan dan melahirkan bahagia. 

Kenapa dengan menjadikan pekerjaan sebagai permainan? Karena ketika bermain, artinya kita membiarkan pikiran kita mengalir tanpa hambatan, kita bebas bereksplorasi, mencoba, eksperimen, mengambil risiko, membuat sesuatu, menuntaskan, tanpa kita khawatir akan ditolak, tidak berhasil, tidak disetujui. Ditolak, tidak berhasil, dan tidak disetujui adalah hal yang paling ditakuti kan, dalam bekerja keras?

Menikmati Permainan.

Setelah bermain, ya harus enjoy the game! Nah, di awal saya menyinggung tentang kemalasan yang melahirkan sukses, agar kemalasan berbuah sukses, kita harus bisa kreatif. Kreativitas bisa didapatkan dari sikap bermain-main. Orang-orang yang menikmati apa yang sedang dilakukannya selalu dipenuhi oleh ide-ide segar dan menikmati permainan akan menciptakan kesenangan. 

Ada empat tips bagaimana agar kita bisa menikmati permainan. 

- Mengganti aturan dan target yang mengikat dengan memberikan kebebasan untuk bertindak kreatif dalam kerangka nilai dan tujuan yang sama. Misalnya tujuan kita adalah menjadi blogger profesional, ya kalau kita kerja keras untuk itu kita akan cepat merasa bosan, kesal karena merasa masih jauh dari target dan nggak jarang ada perasaan ingin stop ajaaaaa. coba beri kebebasan pada diri, menikmati permainannya, justru kita akan lebih kreatif dan belajar banyak hal. nilai dan tujuannya tetap sama, yaitu menjadi blogger profesional, tapi cara kita menjalaninya berbeda dan lebih menyenangkan.

- Jangan kritik dan lecehkan gagasan-gagasan yang buruk. kita harus menciptakan suasana yang nyaman dan memberdayakan, kedua hal ini akan memberikan ruang untuk kreatif. bukan tidak boleh mengkritik ya teman-teman, kritikan sanat penting, tapi perhatikan kata-katanya.

- Ciptakan budaya di mana kamu dan orang lain bisa menjadi dirinya sendiri. 

- Jangan terlalu menekankan logika, logika bisa melumpuhkan kreativitas.




 Selaraskan inner game dan outer game.

Tim Gallwey, seorang  tennis coach sering memperhatikan muridnya ketika mereka berlatih dan menunjukkan performa terbaiknya. Ia penasaran kenapa atlet bisa bermain dengan baik di satu waktu dan buruk di waktu lainnya. Akhirnya ia menemukan tentang konsep inner game dan outer game. Bila seorang atlet mampu mengelola inner gamenya, maka saat itu ia berada pada performa terbaiknya. 

outer game adalah permainan di luar diri kita. Bagaimana kita menghadapi hal hal di luar diri. Sedangkan inner game adalah permainan dalam diri kita, yang meliputi kemampuan mengelola mental, percaya diri, mengatasi kecemasan dan lain-lain. Inner game akan mempengaruhi outer game kita. 

Misalnya dalam dunia blogging, outer game adalah bagaimana teknik penulisan, gaya bahasa, kemampuan marketing konten, kemampuan desain, dan lain-lain. Sedangkan inner gamenya seperti rasa percaya diri, kemauan untuk belajar, peka melihat peluang, senang melakukan kegiatan blogging, dan lain-lain. Jika hanya outer game saja, maka ya seperti yang sudah saya singgung di atas, kita akan cepat bosan, menyerah dan tidak sampai pada performa tertinggi. 

Outer game tidak akan menghasilkan penguasaan yang mastery, dan penguasaan mastery bisa dihasilkan jika inner game dan outer game bisa selaras. 

Bagaimana kita tahu keselarasan keduanya? 

Keselarasan keduanya bisa dilihat dari pernyataan yang sering kita lontarkan, misal " Aku tahu apa yang harus kulakukan supaya konsisten menulis, hanya saja aku kesulitan melakukannya".

Pernyataan sejenis ini, mencerminkan ketidakselarasan dan mencerminkan ketidakmampuan diri memunculkan sisi kelebihannya. 

Jadi, untuk mempercepat sukses kita perlu membiarkan diri bermain-main, menikmati permainan dan malas. Jangan pernah berpikir bagaimana harus mencapai target-target kita terlalu lama, rumit, keras dan dalam. Dan jangan juga bekerja keras untuk itu. 

Mulailah untuk membiarkan diri mengikuti alur dari target dan hidup kita. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, pergilah ke mana kaki ingin melangkah, jangan membatasi diri dengan hal-hal yang belum tentu benar. Kesadaran seperti ini akan membawa kita pada performa terbaik, membawa pada kesenangan dan hal yang paling diimpikan. 

Sejatinya ketika kita menginginkan sesuatu, ketika ingin menjadi seseorang yang seperti apa, di dalam diri kita sudah tersedia semua sumber daya untuk menjadikan kita pribadi yang kita idam-idamkan. 

Belajar terus, dari mana saja, dari siapa saja, eksplorasi diri dan berbahagialah. Hidup cuma satu periode kan, nggak tahu pula kapan berakhirnya, masa mau dihabiskan dengan kerja keras. Jadilah cerdas, kreatif dan malas hehehehew.

Saya lupa pernah melihat buku ini di mana, mungkin di laman akun instagram Mojok. Saya penasaran dong dengan buku yang ditulis kepala suku Mojok ini. Terlebih saya sudah membaca lima buku karya Mas Puthut. Ya semenjak saya membaca buku Isyarat Cinta yang Keras Kepala, saya jadi tertarik membaca buku-buku karya Mas Puthut. 

Buku bersampul merah muda ini di luar dugaan saya. Awalnya saya mengira buku ini akan berisi segala tips dan trik menjadi penulis. Ternyata oh ternyata buku ini justru berangkat dari rasa muak Mas Puthut dengan pertanyaan pertanyaan khas seminar buku. 

Pertanyaan seperti bagaimana proses menulis buku, idenya dapat dari mana, atau apakah buku ini cerita dari penulis langsung, dan sebagainya. Kalian yang sering ikut bedah buku atau launching buku dengan penulis pasti pernah terlintas ingin bertanya pertanyaan yang di atas. 


Pertanyaan tersebut mungkin tidak hanya terlintas dan terlontar saat seminar atau bedah buku, juga bergulat dalam kepala seorang calon penulis. Dari mana ide didapatkan, bagaimana memiliki tulisan yang khas, hingga pertanyaan konyol, bagaimana menjadi seorang penulis. 

Untuk segala pertanyaan, jawabannya adalah menulis. menulis. Menulis. Belajar. Menulis. Menulis. Membaca. Menulis. Menulis. Piknik. 

Oke, kembali ke buku. Isi buku ini saya artikan sebagai wejangan dari Mas Putut untuk siapa saja yang ingin menjadi penulis. Dalam menulis, ide adalah dasarnya dan kebanyakan penulis baru kesulitan dalam mencari ide, termasuk saya, hahaha. 

Well, dari buku Mas Puthut ini saya belajar bahwa ide bukanlah hal yang sulit bagi mereka yang peka. Yaps, peka, guys. Sebenarnya apa pun yang ada di sekeliling kita bisa dijadikan ide tulisan. Semuanya.


Baca juga :  [Review Buku] Milk and Honey By Rupy Kaur

 



Tergantung bagaimana kita membawakan tulisan tersebut. Ada atau tanpa pesan yang disampaikan, atau hanya sekadar berbagi cerita saja. Selain ide, ketahanan mental seorang penulis juga sangat amat perlu. Kritik dan saran adalah hal yang lumrah dalam sebuah karya. 

Penulis yang karyanya di kritik tak perlu bawa perasaan dan alih alih berhenti menulis. Ya jadikan saja kritik tersebut bahan untuk karya yang lebih baik. 

Buku bersampul merah muda ini benar-benar hadir untuk menemani proses menulis para penulis baru sepertiku. Apa kalian, sudah membaca buku ini?



Buku ini bercerita tentang petualangan Raib seorang remaja berusia 15 tahun dengan kedua temannya Seli dan Ali. Raib adalah remaja yang memiliki keunikan dan kekuatan dalam menghilangkan benda dan menjadikan tubuhnya tidak terlihat ketika ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. 

Keunikan dan kekuatan ini di rahasiakan Raib sampai pada akhirnya Ali mengetahui bahwa Raib bisa menghilang. 

Setelah rahasianya tersingkap, Raib mulai mengalami hal- hal yang tidak terduga. Hal- hal yang menyangkut rahasianya, kedua kucing yang ia terima sebagai kado ulang tahunnya yang ke 9, sampai pertemuannya dengan sosok tinggi berbaju hitam, Tamus.

Petualangan dimulai saat ada kejadian heboh yang menghancurkan sekolah. Kejadian yang banyak mengungkap rahasia masing-masing mereka yang selama ini mereka rahasiakan. Seperti Seli, yang ternyata bisa mengeluarkan aliran listrik dari tangannya.  

Baca juga : [Review Buku] Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih

Ali, Raib, dan Seli bersembunyi di aula sekolah dan bercerita banyak hal. Ali si jenius berpendapat bahwa bumi memiliki empat dimensi. Tidak hanya ada satu ada satu kehidupan di bumi, tetapi ada kehidupan lainnya yang berjalan bersama- sama. 

Hingga sosok Tamus datang kembali dengan pasukannya, dan petualangan mereka di mulai. Petualangan anggota klan bumi, bulan, dan matahari.


Membaca buku ini seperti ikut merasakan petualangan dan alurnya yang membuat penasaran. Tadinya aku kira ini cerita horor, karena pada bab di mana Raib sering di datangi oleh Tamus terkesan sangat mistis. Setelah meneruskan bacaan hingga bab setelahnya, barulah jelas ternyata ini bukan novel horor. 

Bagian yang menarik bagiku adalah di mana Raib dan Seli yang semulanya tidak dekat dengan Ali, mampu saling menerima kekurangan dan bekerja sama selama melewati petualangan. Salah satu pesan moral yang  disampaikan novel ini adalah ketika dalam kondisi terpaksa dan serba terdesak, di situlah kita akan menemukan kelebihan- kelebihan yang kita punya. 

Dibalik kondisi yang mendesak, ada potensi yang siap melejit. Selamat membaca dan menikmati petualangan bersama Raib Seli dan  Ali.

-----------------------------------------

Judul Buku    : Bumi
Jenis Buku     : Novel
Penulis            : Tere Liye
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN              : 978- 602- 03- 0112- 9
Tahun Terbit  : 2014
Tebal              : 440 Halaman

Setelah melewati banyak hal tidak terduga di 2020, awal tahun 2021 saya mempersiapkan diri untuk mencapai beberapa cita-cita yang tertunda. Mulai dari mengikuti kelas menulis, mengikuti persiapan pelatihan pengembangan diri, dan lagi-lagi menyelesaikan revisi tugas akhir yang sudah sangat ingin benar-benar saya akhiri. 

Januari menjadi penuh tantangan dan kegiatan, tidak jarang pusing dan lelah sendiri dibuatnya. Saya mulai mengalami burn out di satu minggu terakhir, merasa lelah dengan semua kegiatan dan rutinitas dan mulai sulit berbahagia. 

Akhirnya saya mengambil jeda selama satu hari untuk tidak memikirkan dan berurusan dengan semua kegiatan yang biasanya saya jalani. Gawai pun saya matikan, saya pergi ke Rumah Berdikari. 

Mungkin teman-teman yang tinggal di Jogja dan gemar membaca serta membeli buku, sudah tidak asing lagi dengan Rumah Berdikari. Sebuah toko buku yang juga menyediakan kafe dan perpustakaan. 

Rumah Berdikari juga memiliki toko buku online, @berdikaribook namanya user instagramnya.

 
Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh BERDIKARI BOOK (@berdikaribook)

 

Baca juga : [Review] Laluna Resort, Penginapan Unik Bergaya Interior Ala Gypsi


Tentu sudah sangat dikenal, karena Berdikari Book sendiri bisa dikatakan masuk ke jajaran toko buku online terbesar dan sukses di Indonesia. Rumah Berdikari berlokasi di Jalan Elang Jawa, dekat dengan stadion Maguwoharjo. 

Ini bukan kali pertama saya berkunjung ke Rumah Berdikari, emm mungkin sudah ketiga atau keempat kalinya. Seperti biasa, saya selalu tersenyum tepat memasuki halaman rumah berdikari. Seolah di sambut riang oleh buku buku yang menunggu saya baca. 

Ya, kunjungan kali ini bukan untuk membeli buku, tetapi menikmati buku-buku yang tersedia di perpustakaan Rumah Berdikari. 

Saya mulai berjalan berkeliling perpustakaan, melihat dengan lekat setiap buku yang terpajang sambil sesekali bergumam jika saya menyentuh buku yang sudah saya baca. Setelah dua kali keliling, akhirnya saya meraih buku Rupi Kaur, Milk and Honey. 

Saya pun mulai menyiapkan tempat duduk yang nyaman dan mulai membuka buku tersebut dan menghayati setiap kata yang tertulis di dalamnya.

Menikmati buku Rupi Kaur membawa saya ke ingatan masa lalu dan beberapa kejadian yang pernah membuat saya meragukan diri saya sendiri. Melalui buku itu, saya perlahan diingatkan kembali tentang arti dari setiap kejadian yang sudah berlalu dalam hidup saya. 

Mungkin kalian juga sudah pernah ya, membaca buku Rupi Kaur, Milk and Honey ini.



Setelah membaca buku Rupi Kaur, saya beralih ke Madgeo, karya Agus Mulyadi. Madgeo berisi kumpulan tulisan dari rubrik Mojok tentang hewan dan nabati. Jadi, Mojok pernah membuat rubrik, ya sebagai selinganlah, tentang hewan dan tumbuhan. 

Rubrik tersebut diisi oleh tulisan tulisan Mas Agus, yang konon ketika mengenyam bangku SMA pernah bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. 

Isi buku tersebut seputar pengetahuan tentang hewan dan tumbuhan tetapi ditulis ala tulisan Mas Agus. Kalau kalian pernah membaca karya Mas Agus, tentu sudah terbayang kan bagaimana bentuk dari tulisan tersebut. Tetap membuat ngakak. 



Setelah membaca Madgeo, saya merasa haus dan membeli minuman yang saya lupa namanya apa, tapi isinya yakult, susu, dan potongan jeruk. Segar. Oh ya, namanya Good Vibes. 

Ditemani Good Vibes, saya kemudian membaca buku karya Puthut EA yang berjudul Buku Catatan Untuk Calon Penulis. Mulanya saya kira buku itu memuat tips menumbuhkan ide untuk tulisan, bagaimana memulai menulis sebuah buku, daaaann pertanyaan-pertanyaan khas pelatihan menulis lainnya. 

Ternyata tidak, teman-teman. Justru buku itu hadir karena penulisnya sudah bosan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas. Jadi buku ini lebih tepat disebut sebagai teman bagi siapa pun yang ingin menjadi penulis. 

Catatan-catatan yang di buat Kepala Suku Mojok dalam buku itu mengingatkan calon penulis tentang hal hal sederhana yang terjadi dalam hidup dengan sangat bisa dijadikan bahan tulisan, dan kata kata penguat lainnya. 


Tidak terasa saya sudah membaca tiga buku, dan saya tertarik dengan satu buku terbitan Mojok, yaitu Woe Man Relationship, karya Audian Laili. Buku ini membahas tentang perempuan dan hubungan yang dimilikinya. Sebagai manusia, tentu kita memiliki sebuah hubungan. 

Entah hubungan pertemanan, romansa, anak-orang tua dan hubungan lainnya. Dalam hubungan tersebut, posisi perempuan sering terkesan ribet. Bisa jadi hal tersebut dibentuk oleh budaya dan akhirnya menjadi pola pikir kita. 

Buku ini banyak membuka pikiran kuno, menjadi lebih cerah dan tidak menyulitkan kita sebagai perempuan. Misalnya, ketika memilih istri, laki laki memilih perempuan yang mau diajak makan di pinggir jalan. Itu adalah perempuan yang istri- able. 

Mau diajak susah. Saya sudah sangat sering mendengar narasi ini, apakah itu benar. Ya tentu tidak. Nah dibuku ini banyak dibahas pemikiran pemikiran asumsi tentang perempuan dan hubungannya. Sepertinya seru jika dibahas dalam tulisan tersendiri, hahaha. 



Setelah selesai membaca keempat buku tersebut, saya merasa agak tenang. Perlahan kekacauan dan kelelahan pikiran saya terobati. Maka menjelang magrib saya putuskan untuk pulang. 

Saya pulang dengan hati yang gembira, seperti baru mendapatkan penemuan hebat dunia, dengan hati yang buncah, saya menyusuri jalanan stadion, melewati lapangan yang tampaknya akan digelar pasar malam, dan akhirnya melaju hingga sampai rumah. 

Buku sejak dulu selalu menjadi tempat saya untuk membuang lelah yang paling terjangkau. Saya juga nggak tahu kenapa begitu. Biasanya sebagian orang kalau sedang kisruh tidak akan mendekati buku, kalau saya justru buku itu sendiri obatnya.

Entah bagaimana, buku yang saya baca saat saya sedang kisruh itu adalah bahasan yang sangat saya perlukan saat itu. Saya seperti mendapat nasihat langsung, atau pikiran baru yang meluruskan pikiran sesat saya sebelumnya. Itulah mengapa saya bisa menjadi sangat senang setelah mencari jawaban dari buku. 


Jadi, nggak papa kok lepas dari rutinitas biasanya barang sehari. Membuat jeda terkadang bisa membuat kita lebih waras dan siap dengan tantangan selanjutnya. Kalau kalian sedang burn out, kalian ngapain? Berbagi cerita ya. Heheh.

[Review Buku] Lambe Akrobat Karya Agus Mulyadi- Selamat berakhir pekan dan selamat menjalani hari teman-teman pembaca blog sekalian. Tergantung kalian membaca tulisan ini kapan, hahahah. 

Akhir pekan ini saya habiskan dengan membaca buku redaktur Mojok yang tak lain adalah Mas Agus Mulyadi. Seperti yang kalian lihat di judul unggahan tulisan ini, bukunya berjudul Lambe Akrobat. 

Buku bersampul kuning ini terbagi dari dua bab yaitu keluarga hansip dan geng koplo. Bab pertama berisi 17 kisah, kisah tersebut menceritakan Mas Agus dengan Bapak dan keluarganya. Bab kedua berisi 16 cerita yang mengisahkan tentang Mas Agus dan teman-temannya.


[Review Buku] Lambe Akrobat Karya Agus Mulyadi


Sesekali juga menceritakan tentang profesi Mas Agus sebelum menjadi redaktur Mojok. Seperti yang tertera di buku, beberapa nama disamarkan dan ternyata berdasarkan cerita nyata. 

Dalam buku ini Mas Agus banyak membahas tentang kehidupan yang dijalaninya, yang terkadang ironi namun tetap bermakna dan tentunya penuh canda. Tidak perlu waktu lama untuk menghabiskan buku Lambe Akrobat karena saya sangat menikmati setiap ceritanya. 

Banyak kenyataan-kenyataan hidup yang bisa dipelajari dari kisah yang ditulis lelaki asal Magelang ini. 

Sepertinya antara kelucuan dan pribadi Mas Agus sudah sangat akrab dan melekat kuat, sehingga apa yang terjadi dan tertulis, seironis apa pun tetap ada sisi humor yang tersangkut. Dari sekian banyak cerita rasanya hampir semua membuat saya tertawa keras nggak karuan.

Misalnya tentang Pesugihan Terlarang, saya rasanya pernah membaca kisah ini di unggahan sosial media Mas Agus, tapi yang saya tahu adalah mereka sedang berkumpul dan menceritakan hal mistis, saya tidak tahu akhir dari cerita itu seperti apa. 

Nah di buku Lambe Akrobat ini tercantum juga cerita tersebut, ternyata akhir dari cerita itu ya cukup menggelitik. 

Baca juga :  [Review Buku] Menari di Tengah Badai


Selanjutnya adalah cerita tentang Bapak Momong dan Sebuah Kesabaran. Saya cukup mengetahui bahwa momong anak kecil itu susah susah gampang. Menangisnya penuh isyarat dan tanda tanya dan tidak serta merta langsung bisa dibujuk supaya bisa diam dan tenang.
 
Tapi yang nggak habis pikir, Bapaknya Mas Agus yang sudah hilang kesabaran dalam menenangkan tangisan Mas Agus kecil akhirnya menyerah dan meletakkan Mas Agus kecil di tanah kebun depan rumah yang menyebabkan Mas Agus kecil menjadi pendiam dalam beberapa hari. 

Alhamdulillah sembuh setelah dibawa berobat ke orang pintar. Cerita ini membuat tawa saya pecah dan susah berhenti.


Dalam beberapa cerita yang sebenarnya lucu, saya mendadak terharu. Melihat Mas Agus begitu bisa menertawakan hari-hari sulitnya dan menjadikannya sebuah cerita. 

Ya dalam hidup banyak sekali tragedi-tragedi yang sebenarnya bisa ditertawakan sehingga tidak terlalu berat menjalaninya.  Lambe Akrobat sangat cocok untuk menjadi teman di akhir pekan. 

---------------------

Judul Buku : Lambe Akrobat

Penulis        : Agus Mulyadi

Penerbit      : Mojok



Belakangan ini saya lagi suka dengan tulisan-tulisannya redaktur Mojok yang tak lain dan tak bukan adalah Mas Agus Mulyadi. Mas Agus adalah seorang blogger dan penulis partikelir, begitu branding yang tertulis di akun media sosialnya. 

Semua tulisan Mas Agus yang ada di blog pribadinya, di kolom Mojok, facebook dan caption instagramnya juga saya baca. Alasannya sederhana, ya karena saya suka sekali dengan gaya tulisannya Mas Agus dan cukup menggambarkan tentang dirinya dan branding penulis partikelir.

Ditangan Mas Agus, peristiwa-peristiwa serius selalu bisa dipandang dari sisi konyolnya dan tidak susah apalagi sedih, bagi saya yang membaca tulisannya. Kalau sebagai yang menjalani kejadian, mungkin akan meringis juga, hahahah.

Baca juga : Gagal dan Arti Belajar



Akhirnya saya membeli buku Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih di Berdikari Book yang ada di Jalan Elang, Yogyakarta. Sekilas melihat judul buku ini, awalnya saya mengira akan berisi tips- tips memahami kekasih atau tips- tips supaya memiliki hubungan percintaan yang langgeng.

Namun ketika melihat ilustrasi gambarnya, tampaknya tidak mungkin buku ini berisi tips- tips tersebut. Ya gimana, seperti yang kalian lihat ilustrasinya adalah gambar Mas Agus yang sedang menghapus air mata kekasihnya, Mbak Kalis dengan taplak meja bermotif kotak-kotak seperti serbet.
 
Nampaknya dari ilustrasi ini dan khas tulisan Mas Agus, saya sudah punya gambaran lain tentang isi buku ini. Buku setebal 94 halaman ini bercerita tentang momen kekonyolan Mas Agus dan kekasihnya, Mbak Kalis. Mbak Kalis sendiri dalam pandangan saya adalah perempuan tegas, cerdas, dan bersahaja.

Membaca buku ini saya jadi melihat sisi lain dari Mbak Kalis yang sangat serasi dengan Mas Agus. Kisah-kisah cinta mereka yang dijalani dengan serius dan penuh humor itu memberikan tips secara tidak langsung pada saya perihal menjaga hubungan. Yaitu dengan memaklumi kekonyolan, hahaha. 


39 cerita dalam buku Sebuah Seni Memahami Kekasih ini sukses membuat saya terbahak tak terkontrol di sebuah kedai kopi, untung saja ruangannya sepi. Beberapa cerita dengan setting tempat dan kemiripan ceritanya mengingatkan pada momen-momen bersama spesial person di hatiku yang kebetulan kami sering berkeliling di daerah Kaliurang. 

Beberapa cerita yang hampir serupa, saya  kirimkan lewat Whatsapp dan ya jadi membaca buku dengan sesekali bernostalgia daring dengan dia yang sedang berada nun jauh di seberang pulau Jawa.

Kembali tentang buku Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih, buku ini juga dilengkapi ilustrasi nan lucu dan saya mengambil hikmah untuk perlu memastikan seseorang yang di samping saya bisa menerima segenap kelebihan dan kekonyolan diri ini, dan begitu juga sebaliknya. 

Selera humor, saling toleransi dan kesamaan pemahaman terhadap hal-hal prinsipil juga menyumbang kerekatan sebuah hubungan percintaan yang kalau dijalani dengan orang yang tepat bisa tambah bahagia, kalau dengan orang yang salah, tak jarang membuat mati muda dan nelangsa. 



-------------------

Judul Buku : Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih
Penulis        : Agus Mulyadi
Penerbit      : Shira Media
Harga          : Rp 50.000

Tidak terasa ya kita sudah ada di penghujung 2020. Hmmm aku ingin flashback sepanjang tahun 2020 di tulisan ini, ya untuk refleksi dan pelajaran di tahun-tahun yang akan datang. Pertama kali kembang api tahun 2020 kemarin meledak, aku nggak pernah akan menyangka akan banyak sekali kejadian-kejadian di luar ekspektasi sepanjang tahun ini. 

Mungkin kalian juga, kan. Banyak cerita-cerita yang kubaca dari instagram, twitter, quora, tentang perjuangan selama satu tahun ini, dan ya ini tahun yang nggak mudah untuk kita semua. Meskipun banyak tantangan, kesulitan, dan jatuh bangunnya, di tahun ini juga banyak sekali hal yang bisa disyukuri. 

Pandemi

2020 disambut dengan pandemi, rasa takut, kehilangan dan gaya hidup baru. Nggak pernah menyangka kalau sekolah bakal dilakukan secara daring, pun begitu dengan kerja, ekonomi carut-marut, semua berjuang bertahan hidup di kondisi yang nggak mudah ini. 

Awal pandemi datang aku juga merasakan kerja di rumah, seminggu pertama masih bisa menikmati dan mulai masuk minggu ke dua aku mulai resah. 

Aku bukan orang yang bisa berlama-lama dalam kamar (aku ngekost guys) untuk mengerjakan tugas, karena di kamar itu pasti godaan rebahannya kuat sekali, wkwkw. Biasanya aku akan membawa tugas dan kerjaan ke kedai kopi, disana aku bisa fokus dan menuntaskan semua kerjaan. 

Tapi hal tersebut tidak mudah dilakukan di masa pandemi, banyang-banyang berita tentang virus ini begitu kuat dan menjadi ketakutan. 

Dari sini aku belajar mendidik diri sendiri agar bisa cepat beradaptasi dalam berbagai kondisi. Ya misalnya biasanya mengerjakan tugas di kedai kopi, aku harus memaksakan diriku untuk mengerjakannya di rumah ataupun di kamar. 

Belum lagi banyak rencana yang mundur karena adanya pandemi, Lagi-lagi aku merasa harus fleksibel untuk membuat rencana lain yang bisa dilakukan walaupun pandemi. 

Yups dari masa pandemi ini aku belajar untuk fleksibel, memanfaatkan hambatan menjadi peluang, cerdas dalam mengolah informasi yang didapat dan gaya hidup bersih serta sehat.

Di masa pandemi ini juga aku memiliki kualitas waktu yang baik dengan keluarga, pertama kalinya sahur pertama bersama setelah sekian lama merantau, dan full bulan Ramadhan bersama. Alhamdulillah.

Baca juga : Apa Yang Salah Dengan Cinta?. Nasib Cinta Pasca Menikah



Upgrade Diri

Tahun ini juga tahun yang penting bagi pertumbuhan pribadiku. Setelah tahun-tahun sebelumnya yang berjalan sangat tidak jelas bagiku, dihantui banyak sekali ketakutan, kecacatan berpikir, perilaku yang buruk dan angan-angan untuk berubah. Tahun ini aku memberanikan diri untuk meninggalkan kebiasaan lama dan menantang diriku untuk bertumbuh. 

Beruntung aku dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa sekali dan mengalami perubahan drastis. Aku nggak pernah menyangka bahwa tahun ini menjadi tahun yang mengubah banyak hidupku dari segala sisi. 

Melepaskan ketakutan dan berhenti mengkritik kejam diriku memang dua hal yang amat sangat ingin kutinggalkan namun selalu belum berhasil, dan tahun ini aku mengalami perubahan yang signifikan untuk keduanya. 

Mulai mencintai dan menerima diri, mulai berani menantang diri dan mengambil kesempatan, ahhh 2020 membuat jiwaku glow up, hahaha. Seperti yang pernah kutuliskan disini, aku begitu bersyukur menjadi bagian dari 20 orang ini. 


Selesai Study

Salah satu hal yang amat sangat paling aku syukuri tahun ini wkwkwk, ya bayangin aja harusnya sih sudah selesai dari 2018,  tapi malah nambah semester sampai 2020. Hmmmm menulis skripsi bagiku bukan sekadar syarat menjadi sarjana saja, tapi juga perjalanan menuju dewasa. Selama penulisan skripsi banyak hal yang terjadi di hidupku. 

Banyaknya pertanyaan dari orang lain, meragukan diri sendiri, menarik diri, mulai nyaman dengan diri sendiri, dan jadi orang yang bisa mengapresiasi orang lain. Dari proses mengerjakan skripsi juga yang membuat bangkit dari keadaan-keadaan tersebut dan alhamdulillah sudah jauh lebih baik.

Stress mengerjakan skripsi yang kukira akan membuatku mati wkwk, ternyata malah menjadi gerbang ke pintu-pintu rezeki lain. Malu rasanya pernah mengeluh berada di posisi ini, setelah melewatinya dengan utuh baru tersadar apa maksud Tuhan memberi jalan ini padaku, thanks God!



Tiga hal tersebut kejadian-kejadian yang jadi highlight di 2020 ini, adapun kejadian lain turut memberikan sumbangan pengalaman bagi diri ini. Semoga tahun depan dan selanjutnya dikuatkan pundak dan langkah dalam menjalaninya. 

Baik buruk dan keadaan tergantung bagaimana kita memberinya nilai, dan mengupayakan sesuatu di dalamnya. 

Bahkan, kita bisa mengubah keadaan sulit menjadi menguntungkan. Yuk, upgrade mindset, upgrade ilmu, biar lihai menghadapi berbagai cuaca dalam kehidupan. Selamat Berlibur dan Selamat Tahun Baru Teman-teman! I am Ready for 2021. 

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Seedbacklink

ASUS AI

ASUS AI

Komunitas

Komunitas

ABOUT ME


 

Hallo! Aku Annisa, seorang ibu dari satu bayi ceria, juga seorang Lifestyle Blogger. Aku suka menulis perjalanan yang kulalui, tempat yang kukunjungi, ulasan produk, dan seputar parenting.Blog ini terbuka lebar untuk kerjasama. Baca juga tulisanku di blog https://hallobiuty.blogspot.com/ dan https://hallobia.blogspot.com/ Kamu dapat menghubungiku melalui email halloannisakhairiyyah@gmail.com dan jangan lupa untuk follow media sosialku, yaa. Pasti aku follback kok, hihihih .

Kerja Sama - Media Kit

Media Kit

Categories

  • Beauty 21
  • Blog 21
  • Book 19
  • BPN Ramadan 2022 12
  • BPN Ramadhan 2024 3
  • Cafe & Culinary 16
  • Competition 16
  • Content Placement 2
  • Dekorasi Rumah 1
  • finance 12
  • Guest Post 1
  • Hotel 8
  • Jogja Diary 5
  • Lifestyle 33
  • Motherhood 12
  • Parenting 5
  • Personal 21
  • Review Film 1
  • Self Development 9
  • Sponsored Post 18
  • Teknologi 1
  • Travel 23
  • Women Empowerment 1
Diberdayakan oleh Blogger.

Komunitas

Komunitas

Intellifluence

Komunitas

 


Komunitas


 

Komunitas

BloggerHub Indonesia

Arsip Blog

  • ▼  2025 (7)
    • ▼  November (1)
      • Daging Merah: Pengertian, Contoh, Manfaat, dan Rek...
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2024 (101)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (11)
    • ►  Juli (17)
    • ►  Juni (25)
    • ►  Mei (7)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2023 (47)
    • ►  Desember (11)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (43)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (7)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (14)
    • ►  Maret (7)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2021 (25)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2019 (11)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

POPULAR POSTS

  • Rumah Rasa Kaliurang: Lokasi, Daftar Menu dan Jam Buka
  • Di Balik Sebuah Nama Blog
  • Pengalaman Membawa Bayi 10 Bulan Naik Pesawat
  • REVIEW barenbliss Like A Pro! Shockproof Durabrow Pomade dan barenbliss Roll To Volume Mascara
  • [REVIEW] Hilangkan Jerawat dan Cerahkan Wajah dengan Rangkaian Serum Scarlett Whitening
  • Tentrem Bumi Coffee & Eatery, Salah Satu Kedai Kopi Bernuansa Tropikal di Jogja
  • Menikmati Daun Kelor dengan Cara Praktis dan Sehat Lewat Permen Kenyal Pome
  • Hempaskan Bekas Jerawat dan Beruntusan dengan ANESSA Night Sun Care Serum
  • Mindful Walking #1 ; Merayakan Matahari Terbit
  • Teras Kemarin, Tempat Menikmati Sajian Kopi yang Unik di Jogja

Copyright@ 2023 Annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger

Copyright © 2023. annisakhairiyyah.com | Powered by Blogger