Sebenarnya sudah lama sekali ingin membaca keseluruhan isi buku ini, selama ini cuma membaca beberapa halaman saja ketika berkunjung ke Gramedia.
Nggak tahu juga kenapa rasanya belum ingin membelinya.
Pada kesempatan berkunjung ke Rumah Berdikari, buku perempuan asal India ini turut terpajang di rak di antara buku-buku yang lain.
Perlahan meraih buku ini dan mempersiapkan tempat duduk paling nyaman. karena hari itu adalah hari istirahatku, jadi aku ingin menikmati puisi Rupi Kaur dari buku pertamanya ini dengan khidmat. Iihirr, hahaha.
Perjalanan menjadi manusia
Milk and Honey berisi prosa-prosa indah tentang perjalanan menjadi manusia. Mengapa? karena sepanjang menjadi manusia kurasa kita pernah melewati luka, cinta, kehancuran dan hari baru. Yaps, buku ini berisi empat bab tersebut.
Siapa pun pernah mengalami luka. Entah disebabkan oleh apa, entah karena cinta, pengkhianatan, disia siakan, diragukan, bahkan dilecehkan. Luka- luka tersebut mengaga lebar dan harus disembuhkan. Proses penyembuhannya pun memakan waktu dan tenaga. Lihat saja ketika putus cinta, berapa lama kita bisa ikhlas melepasnya.
Puisi- puisi Rupi Kaur sangat dalam dan menohok. Beberapa kali kumenepuk dada karena merasa sungguh tersentuh dan terperanjat. Puisi ini juga dilengkapi ilustrasi yang berani karya Rupi juga. Makanya buku ini diperuntukkan pada usia 17+. Selain lihai merajut kata, Rupi juga lihat melukis.
Luka
Terluka bagi siapa pun tetap tidak ada nyamannya. Luka tersebut terkadang berasal dari orang-orang terdekat kita, dari orang-orang yang kita sayang, dari mereka yang di pundaknya kita letakkan harapan, bahkan kehidupan.
Rupi mengemas kejadian yang sering di alami perempuan dalam menerima luka menjadi puisi. Dari sini aku belajar begitu banyak di luar sana kejadian yang berpotensi membuat perempuan terluka.
Bahkan dirinya sendiri juga bisa membuat luka, ya dengan menggantungkan harapan pada seseorang yang di sebutnya cinta.
Dengan keegoisan untuk memiliki apa yang sebenarnya tidak sesuai dengan diri. memaksakan cinta harus di rayakan. Ya, jadi lebih waspada ya, Girls.
Cinta
Kemudian cinta. Bab kedua dari buku Milk and Honey adalah bab cinta. Bab ini di awali dengan puisi tentang perempuan. Ibu. Tempat awal kehidupan bermula. Ibu adalah sumber terkuat dalam memberi cinta dan menjelaskan cinta kepada putrinya.
Puisi pada bab ini menyuarakan cinta dengan ragam pergolakannya, yang diinginkan manusia dari cinta dan cinta itu sendiri.
Sering kali kita merasa sakit dalam mencintai, padahal cinta tidaklah menyakitkan. Jika tersakiti, mungkin kita sedang menjalin cinta dengan orang yang salah. Terlalu banyak menuntut dan memanfaatkan lalu pergi meninggalkan. Pedih coyyyy.
Cinta tak jarang juga membuat kita merasa hancur atau benar-benar hancur. Entah karena salah memilih pilihan, mencintai orang yang salah hingga bagaimana memperlakukan seorang wanita atas nama cinta.
Hancur
Kehancuran tersebut bukanlah hal yang mudah untuk diterima apalagi buru-buru bangkit darinya. Perlu menemukan diri sendiri untuk melakukan itu semua. Ya, pada akhirnya cinta bermuara di diri sendiri. Dengan mencintai dan menerima diri, kita bisa memberikan cinta ke luar diri. Kepada orang lain.
Puisi pada buku yang sangat laris di dunia ini memberikan kesadaran, kekuatan, dan bisa memulihkan luka yang mungkin sedang dialami pembacanya.
Setelah membaca buku ini aku jadi yakin untuk mempertahankan apa yang membuat diri ini berkembang dan melepaskan segala hal termasuk manusia yang membuat tersakiti dan menghambat.
Hari baru
Bab terakhir dari buku ini adalah hari baru. Setelah diajak mengingat dan merasakan kejadian di masa lalu, pembaca diajak untuk membuka lembaran hari baru. Pada bab ini aku merasakan kekuatan yang penuh ketika membacanya.
Pasalnya Rupi menuliskan puisi yang mengisyaratkan harapan bagi siapa pun yang sudah berhasil merengkuh masa lalu dan membasuh lukanya. Pada akhirnya yang bisa menyembuhkan luka kita, adalah diri kita sendiri.
Dengan mengakui, menyadari apa yang sudah kita lakukan di masa lalu dan mau memaafkan diri sendiri. Setiap orang pasti memiliki sisi tergelapnya dalam menjalani hidup, tak mengapa, kita manusia, sempurna karena ketidaksempurnaannya.
Mungkin di antara kalian sudah ada yang membaca buku ini? Boleh dong berbagi di kolom komentar gimana pengalaman kalian. Menurutku, Rupi sangat jago ya menjadikan puisi dari fenomena sehari-hari, kejadian yang sangat dekat dengan kita. Puisi juga bisa menjadi healing dan rilis emosi, seperti buku ini.
3 Comments
terluka dan sembuh sendiri, pada akhirnya yang bertanggung jawab atas segala luka yang kita rasa adalah diri sendiri. mulai sadari, terima, dan pulih seperti sediakala ✨
BalasHapusSetuju, ketika terluka, perlu u/ menerima kenyataan trlebih dulu, kemudian fokus mncintai diri sndiri dulu....
BalasHapusTerjemahan tapi bagus banget ih puisinya... Mengena sekali.
BalasHapus