Alasan Mengapa Harus Tetap Produktif Menulis- Sewaktu kecil, aku sangat suka sekali mengobrak-abrik lemari orang tuaku. Bukan untuk mengambil uang untuk tambahan jajan, melainkan untuk melihat benda-benda kenangan mereka. Seperti foto-foto masa sekolah, buku favorit, undangan pernikahan, perhiasan semasa remaja dan diary atau buku harian.
Entah bagaimana, aku selalu tertarik dengan buku harian milik ibuku. Kertasnya yang warna-warni, bentuknya yang lucu dan gambar sampulnya yang bagus. Aku suka melihat tulisan ibu dan teman-temannya di buku harian itu.
Isinya tentang data diri, hobi, makanan dan minuman kesukaan, cita-cita dan kesan pesan untuk yang punya buku harian. Dari sana, aku ingin sekali memiliki buku harian sendiri, dan menuliskan biodataku di dalamnya.
Singkat cerita, aku akhirnya memiliki buku harian sendiri, berwarna merah muda, dengan sampul bergambar karakter barbie. Setiap hari aku menulis di sana. Menulis tentang hari-hariku di sekolah, menulis tentang perasaan jengkel ku karena diganggu adik, sampai menuliskan kesan terhadap buku yang baru saja kubaca.
Dari sana lah aku mulai menulis dan suka menulis. Menulis membuatku semangat menjalani hari-hari, karena aku akan senang ketika menuliskan pengalamanku di buku harian. Semakin besar, menulis buku harian tidak menjadi rutinitasku lagi. Aku hanya sesekali menulis di buku harianku. Namun, aku selalu membawa buku catatan kecil di dalam tas, karena aku suka tiba-tiba ingin menuliskan apa yang aku rasa.
Sewaktu remaja, aku menghabiskan hari-hariku di pondok pesantren. Tahu kan, seberapa membosankannya hari-hari di pondok pesantren. Tidak ada internet untuk hiburan, atau sekadar mencari materi pelajaran.
Yang ada hanya buku bacaan dan buku tulis. Di masa-masa remaja yang terkurung di pondok pesantren itulah aku mulai jatuh cinta dengan menulis. Seperti jatuh cinta pada seseorang yang hanya ada dia, tidak ada pilihan yang lain. Tapi, dari jatuh cinta itu, aku mulai bermimpi untuk bekerja di sebuah penerbitan buku, dan menghabiskan masa tua dengan menulis dan minum kopi.
Ketika Anda menginginkan sesuatu, maka semesta akan berkonspirasi membantumu untuk mencapainya. - Paulo Coelho
Perlahan, mimpiku terwujud satu per satu. Bekerja di kantor penerbitan, dan aktif di dunia kepenulisan sampai sekarang.
Mengapa Ingin Menjadi Penulis
Pertanyaan sederhana yang membutuhkan kontemplasi untuk menjawabnya. Aku semakin ingin menjadi penulis karena kebaikan para penulis kepadaku. Hidupku banyak sekali dibantu oleh penulis.
Melalui buku-buku yang ku baca, aku tidak perlu berlarut dalam kesedihan, karena aku sudah menemukan jawaban dari masalahku di buku. Dalam meniti karir menjadi blogger juga begitu. Aku tidak mengalami kesulitan yang lama tentang menghasilkan uang dan berkembang dari blog, karena aku sudah membaca cara cepatnya melalui blog para blogger senior.
Nah, karena merasakan manfaat yang luar biasa dari tulisan orang lain, aku juga ingin orang lain merasakan manfaat dari tulisanku. Itulah sebabnya aku selalu menulis.
Coba bayangkan, betapa banyak ibu-ibu yang merasa sendiri dalam membesarkan anaknya. Terkadang, ibu hanya memerlukan validasi dari perasaan yang dirasakannya, namun validasi itu sungguh sulit di raih di beberapa lingkungan.
Nah, tulisan-tulisan para mom blogger itulah yang bisa menjadi obat dan validasi bahwa perasaan kehilangan diri sendiri, menurunnya kemampuan otak saat selesai melahirkan itu nyata adanya. Dan itu dialami oleh kebanyakan ibu di luar sana.
Coba bayangkan lagi, betapa senang dan tergolong nya si ibu baru tadi dengan artikel mom blogger yang ditemukannya di internet. Nah, aku ingin seperti itu. Tulisanku bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Syukur-syukur bisa menjadikan kondisinya lebih baik dari sebelum membaca tulisanku.
Selain karena ingin bermanfaat, tulisan juga bisa menggerakkan. Tidak semua orang bisa mudah tersadar tanpa pengaruh orang lain. Contohnya bisa kita lihat di media sosial akhir-akhir ini. Begitu banyak tulisan yang tersebar untuk memboikot produk yang mendukung Israel dalam genosida terhadap bangsa Palestina, dan tulisan tersebut menggerakkan orang-orang untuk memboikot produk yang terafiliasi dengan negara yang tidak memiliki perikemanusiaan tersebut.
Jadi, masih kah kamu meragukan dampak sebuah tulisan?
Tujuan Menulis Adalah untuk Dibaca
Aku pernah ditanya seorang mentorku tentang tujuanku menulis. Kalau tidak salah aku menjawab dengan jawaban "aku ingin menulis untuk menguraikan isi pikiranku". Well, tidak ada yang salah dari alasan mengapa seseorang menulis.
Namun, tulisan yang baik adalah tulisan yang dibaca. Tulisan yang tidak dibaca hanya akan menjadi manfaat dan keasyikan oleh penulis nya saja.
Rencana Beberapa Tahun Mendatang di Dunia Kepenulisan
Tahun ini dan tahun seterusnya, aku ingin bisa menulis di platform yang bisa dijangkau orang lebih banyak lagi. Seperti di media, menulis buku, menulis e-book, dan mengisi kelas-kelas kepenulisan.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, aku sudah mempersiapkan diri dan dana untuk mengikuti latihan menulis. Meski di tengah kesibukanku menjadi ibu dari seorang anak perempuan yang ceria bernama Shanum, aku juga menyempatkan diri untuk belajar.
Karena itu satu-satunya cara agar aku bisa tetap terhubung dengan dunia luar selain aku, rumah, suami dan anak. Pokoknya mamak takut ketinggalan sama anak muda, hahaha.
Bukan kah doa yang baik itu adalah doa yang diusahakan? Keinginan hanya akan jadi angan kalau tidak diusahakan? Kalau kalian juga ingin upgrade diri dan kemampuan dalam menulis, mungkin 3 tips di bawah ini bisa menjadi inspirasi.
1. Ikut kelas menulis
Ada banyak sekali kelas dan komunitas menulis di luar sana. Baik yang gratis, berbayar, dari yang terjangkau, sampai yang mahal. Ikuti salah satunya. Kelas yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Mencari Mentor
Memiliki mentor sama seperti berjalan di jalan tol. Cepat. Karena ada mentor yang yang akan membimbing.
Saat kita kebingungan, maka ada mentor yang membantu mencerahkan. Pun jika kita merasa lama mencapai tujuan, kita bisa belajar dari jalan yang dilalui sang mentor. Jadi, kita tidak perlu melalui jalan-jalan yang terlalu terjal dan tidak mengulang kesalahan si mentor dalam berproses.
3. Terus membaca dan menulis.
Kalau kata mentor ku, tidak ada cara lain yang harus dilalui seorang penulis untuk menjadi bermanfaat selain terus menulis dan membaca. Tidak ada cara lain. Maka teruslah menulis.
Apapun alasan menulis, tentunya ingin tulisan tersebut bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Menemukan alasan utama untuk menulis adalah cara atau pagar yang bisa menjaga kita untuk selalu dalam jalur. Ketika alasan tersebut memudar, maka besar kemungkinan keinginan kita untuk menulis juga pudar.
Menulislah. Karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah. - Pramoedya Ananta Toer
Jadi, apa yang membuatmu terus menulis? Share jawaban kalian di kolom komentar, ya. Selamat menulis.
6 Comments
Masyaallah tabarakallah, kalau di dunia akademis, mungkin ini yang dinamakan linier. Dari kecil sudah akrab dengan menulis. Saya juga salut, Mbak menyiapkan dana untuk upgrade ilmu menulis. Selama ini saya masih berburu kelas gratis. :')
BalasHapusSepakat, kalau ingin upgrade skill, perlu untuk ikut kelas, cari mentor, dan juga bisa ikut komunitas...supaya semangat kita tetap terjaga dan berkembang karena saling support untuk upgrade...
BalasHapussaya suka dengan konten tulisan ini, menulis adalah upaya kita dalam menjaga kewarasan, upaya agar fungsi otak tetap berjalan dengan baik
BalasHapusAku setuju dengan kalimat "Mamak takut ketinggalan sama anak muda" 😂 Itu bisa jadi kalimat penyemangat kalau ibu-ibu itu memang harus tetap upgrade ilmu.
BalasHapusHahaha iyaaa kann. Takut banget kalau diajak ngobrol malah ngangong ngangong nggak ngerti
HapusAku terus menulis karena ingin mengisi waktu dengan cara produktif, sekaligus menjadikannya sebagai cara aktualisasi diri. Semoga yang sederhana ini bisa membawa manfaat bagi orang lain.
BalasHapus